Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 akan ditopang oleh mobilitas masyarakat yang kian longgar. Namun, pemerintah dinilai perlu mengantisipasi tertekannya daya beli masyarakat di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian tunjangan hari raya dan gaji ke-13 untuk semua pegawai negara dinilai bakal mendorong konsumsi dan memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022. Namun, pertumbuhan ekonomi pada periode ini terutama akan ditopang oleh pelonggaran mobilitas masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri 2022.
Ekonom senior Muhammad Chatib Basri berpendapat, pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2022 akan berlangsung kuat, terutama disebabkan oleh peraturan yang memperbolehkan masyarakat melakukan perjalanan mudik untuk menyambut hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Konsumsi diperkirakan akan tumbuh karena masyarakat akan berbelanja saat mudik Idul Fitri setelah mudik dilarang oleh pemerintah pada Lebaran dua tahun sebelumnya. Kenaikan konsumsi juga akan ditopang oleh rembetan efek penyaluran tunjangan hari raya dan gaji ke-13 untuk semua aparatur sipil negara, TNI-Polri, ASN daerah, pensiunan, penerima pensiun, dan pejabat negara.
”Tabungan (masyarakat) akan dibawa ke kampung saat mudik sehingga logikanya konsumsi akan naik,” ujarnya, Jumat (15/4/2022).
Tabungan (masyarakat) akan dibawa ke kampung saat mudik sehingga logikanya konsumsi akan naik. (Chatib Basri)
Sebelumnya, Chatib menyampaikan, permintaan akan melonjak karena konsumsi masyarakat sempat tertahan selama dua tahun pandemi Covid-19. Masyarakat tak banyak konsumsi, maka dananya ditumpuk di bank. Tabungan tersebut yang kemudian akan dibelanjakan tahun ini. Selain itu, peningkatan konsumsi juga akan dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas.
Meski begitu, Chatib meyakini pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022 tidak akan lebih tinggi dari triwulan II-2021 sebesar 7,07 persen. Angka pertumbuhan yang relatif tinggi pada triwulan II-2021 karena basis pertumbuhan pada tahun 2020 yang terkontraksi sangat dalam di awal pandemi.
”Pemulihan ekonomi sangat bergantung pada mobilitas masyarakat. Saat mobilitas normal, aktivitas ekonomi juga akan normal. Jadi, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 tidak perlu terlalu dikhawatirkan,” kata Chatib dalam diskusi Indonesia Macroeconomic Updates 2022, awal pekan ini.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio N Kacaribu mengatakan, konsumsi masyarakat dipastikan akan meningkat karena dorongan momentum hari raya dan pelonggaran mobilitas masyarakat yang diperbolehkan mudik.
Ia menambahkan, aliran belanja yang bersumber dari tunjangan hari raya serta gaji ke-13 untuk pegawai negara juga akan turut mengungkit pergerakan ekonomi. Namun, stabilitas ekonomi baru akan terjaga apabila masyarakat tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi demi menekan jumlah kasus Covid-19.
”Selain pegawai negeri, masyarakat golongan menengah atas juga akan membelanjakan tabungan mereka tahun ini. Peningkatan konsumsi akan dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas seperti di tahun 2011-2012,” kata Febrio.
Dampak inflasi
Minimnya pembatasan aktivitas masyarakat membuat Danareksa Research Institute memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama (triwulan I) 2022 berada di kisaran 5 persen. Namun, untuk menjaga tren pertumbuhan ekonomi di triwulan-triwulan selanjutnya, daya konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas tetap perlu dijaga dari dampak inflasi.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Rima Prama Artha mengatakan, lembaganya telah mengalkulasi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2022 akan berada di kisaran 4,7-5,21 persen secara tahunan. Prediksi tersebut mendekati perhitungan pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi periode yang sama di kisaran 4,5-5,2 persen.
”Pemerintah sudah mampu mengatasi gelombang pandemi lanjutan tanpa pembatasan aktivitas masyarakat. Tanpa adanya PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) level 4 membuat pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2022 ini masih cukup positif,” ujar Rima dalam webinar bertema ”Tinjauan Ekonomi, Keuangan, dan Fiskal”, Kamis (14/4/2022).
Akan tetapi, di sepanjang 2022, stabilitas pertumbuhan konsumsi menghadapi tantangan inflasi yang diperkirakan oleh Danareksa bergerak di kisaran 3,47-3,82 persen atau berada di ambang atas proyeksi inflasi yang dicanangkan Bank Indonesia, yakni 2-4 persen.
Peningkatan inflasi pada tahun ini, menurut Rima, tidak lepas dari peningkatan harga komoditas global yang tertransmisi ke dalam inflasi dalam negeri lewat peningkatan harga-harga komoditas pangan dan energi. Kenaikan inflasi juga didorong oleh peningkatan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang turut mengerek harga di pasar dalam negeri.
Berdasarkan perhitungan Danareksa, kenaikan tarif PPN dari 10 persen menjadi 11 persen akan berkontribusi pada peningkatan inflasi inti sebesar 0,2-0,4 persen. ”Dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat di semua lapisan. Daya beli terpengaruh turun, terutama golongan menengah ke bawah,” kata Rima.
Sebelumnya, Direktur Center of Economics and Law Studies Bhima Yudhistira menilai, mau tidak mau, efek kenaikan PPN tetap akan merembet kepada tertekannya konsumsi masyarakat. Apalagi, dalam situasi saat ini, masyarakat juga harus menghadapi lonjakan harga pangan dan energi di tengah periode Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
”Jadi, meski ada fasilitas pembebasan (pada beberapa komoditas pangan), kenaikan PPN tetap akan menekan konsumsi masyarakat, terutama menengah ke bawah,” ujar Bhima.