Kartu Prakerja Diharapkan Sentuh Pembangunan SDM Masyarakat Adat
Generasi muda masyarakat adat Dayak juga membutuhkan berbagai keterampilan. Keterampilan itu dapat digunakan untuk membangun komunitas, cara bertani ramah lingkungan, mendapatkan pekerjaan, dan memasarkan kerajinan,
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
SINTANG, KOMPAS — Program Kartu Prakerja diharapkan dapat menyentuh pembangunan sumber daya manusia masyarakat adat. Banyak generasi muda masyarakat adat yang membutuhkan berbagai keterampilan untuk membangun komunitas, mendapat kesempatan bekerja yang lebih baik, dan memasarkan produk-produk kerajinan mereka.
Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Sintang Jeffray Edward mengatakan, generasi muda masyarakat adat Dayak juga membutuhkan tambahan berbagai keterampilan. Keterampilan itu dapat digunakan untuk membangun komunitas, cara bertani yang ramah lingkungan, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, serta mempromosikan dan memasarkan produk-produk kerajinan mereka secara mandiri.
Beragam pelatihan dalam program Kartu Prakerja bisa menjadi salah satu alternatif meningkatkan keterampilan generasi muda masyarakat adat Dayak. Program itu bisa menjadi solusi di tengah terbatasnya jumlah pelatihan tenaga kerja yang digulirkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sintang.
”Selama ini, banyak produk kerajinan masyarakat adat Dayak yang dipromosikan dan dijual melalui perantara atau dibantu oleh pemerintah setempat. Dengan mendapatkan pelatihan pemasaran secara digital, misalnya, mereka diharapkan dapat mempromosikan dan menjual produknya secara mandiri,” Jeffray di Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (20/8/2022).
Keterampilan itu dapat digunakan untuk membangun komunitas, cara bertani yang ramah lingkungan, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, serta mempromosikan dan memasarkan produk-produk kerajinan mereka secara mandiri.
Jeffray menambahkan, informasi tentang program Kartu Prakerja masih belum menjangkau masyarakat adat. Hal itu disebabkan masih terbatasnya akses infrastruktur jaringan internet. Kalaupun bisa mendapat informasi itu, masih banyak yang kesulitan mendaftar secara digital. Oleh karena itu, program tersebut perlu disosialisasikan, termasuk cara-cara mendaftar secara digital.
Menanggapi hal itu, Direktur Kemitraan, Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Kurniasih Suditomo menuturkan, program Kartu Prakerja memang dikonsep untuk dijalankan secara digital. Hal itu membuat masyarakat yang tidak memiliki akses internet, termasuk masyarakat adat di sejumlah daerah tertentu, akan sulit terjangkau.
Selain itu, tim PMO Kartu Prakerja tidak memiliki perwakilan di daerah-daerah, sehingga penyebaran informasi dan sosialisai banyak melibatkan pemerintah daerah, serta melalui media sosial, situs, dan getok tular atau komunikasi berantai. Saat ini, PMO Kartu Prakerja tengah merintis pengembangan kanal distribusi informasi, salah satunya dengan membangun komunitas-komunitas alumni peserta program Kartu Prakerja.
”Kami telah memulainya di Sintang. Melalui komunitas tersebut, para alumni Kartu Prakerja dapat bertukar informasi dan keterampilan, menjalin kemitraan usaha, bahkan menjadi kader-kader pendamping bagi kelompok usaha atau komunitas lain, termasuk masyarakat adat, yang belum mengikuti program Kartu Prakerja,” tuturnya di sela-sela Pelatihan Luring Program Kartu Prakerja di Sintang, Selasa malam.
Melalui komunitas tersebut, para alumni Kartu Prakerja dapat bertukar informasi dan keterampilan, menjalin kemitraan usaha, bahkan menjadi kader-kader pendamping bagi kelompok usaha atau komunitas lain, termasuk masyarakat adat.
Menurut Kurniasih, perkembangan program Kartu Prakerja dan manfaatnya bagi penerima sebenarnya cukup signifikan. Program tersebut telah menjangkau seluruh kalangan, termasuk pengangguran, perempuan, serta masyarakat desa dan daerah tertinggal.
”Dalam konteks meredam imbas pandemi Covid-19 di sektor sosial-ekonomi, program Kartu Prakerja ini mampu membawa efek ganda pada peserta, yakni peningkatan keterampilan dalam bekerja dan mengelola usaha, serta memberikan bantalan ekonomi,” katanya.
Hal itu dapat dilihat dari hasil Survei Evaluasi Program Kartu Prakerja yang dilakukan oleh tim PMO Kartu Prakerja. Survei Evaluasi I dilakukan pada 15 April-15 Juli 2022 dan melibatkan 851.750 penerima Kartu Prakerja. Adapun Survei Evaluasi II digelar pada 15 Juni-15 Juli 2022 dengan melibatkan 171.787 penerima program.
Dari survei tersebut, penerima Kartu Prakerja berasal dari 514 kabupaten/kota. Sekitar 76 persen penerima tinggal di desa dan 2 persen di kabupaten tertinggal. Sebagian besar dari penerima, yakni 69 persen, tidak memiliki pekerjaan ketika mendaftar. Sisanya merupakan pegawai dan pekerja lepas yang baru pindah tempat kerja, serta pekerja informal dan pelaku usaha berpenghasilan rendah.
”Setelah mengikuti program, dari total peserta yang menganggur, sekitar 24 persennya sudah bekerja atau berwirausaha. Dari total peserta yang memiliki usaha kecil, sekitar 14 persen mengalami peningkatan omzet,” kata Kurniasih.
Adapun dari sisi kesejahteraan, kata Kurniasih, sebanyak 84 penerima insentif Kartu Prakerja senilai total Rp 2,4 juta menyatakan menggunakannya untuk membeli kebutuhan pokok. Hal ini wajar mengingat program Kartu Prakerja merupakan bentuk perlindungan sosial yang semi bantuan sosial.
Refiyanto (21), pegawai honorer Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sintang, mengaku, program Kartu Prakerja membuatnya bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Melalui empat pelatihan yang diambil, ia bisa menjadi reseller parfum, pedagang pulsa, dan penyedia jasa titip pembelian barang secara daring.
”Penghasilan tetap saya sebagai tenaga honorer Rp 1,5 juta per bulan dan dipotong menjadi Rp 1,2 juta per bulan saat pandemi. Dengan memanfaatkan pelatihan, saya berusaha merintis usaha sendiri sehingga bisa mendapatkan tambahan penghasilan Rp 2,5 juta-Rp 5 juta per bulan,” ujar penerima program Kartu Prakerja gelombang 14 yang digelar pada Maret 2021.