Tantangan hulu migas kian berat. Selain menggenjot produksi menjadi keharusan, desakan mengurangi emisi juga menguat.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sumber energi fosil, terutama gas bumi, masih akan tetap dibutuhkan selama proses transisi energi. Kendati demikian, proses manajemen produksi energi fosil harus mengedepankan komitmen pengurangan emisi karbon.
”Transisi energi itu baik untuk dunia (yang lebih bersih). Transisi energi di Indonesia (ditargetkan) sampai tahun 2060 dan selama proses bertransisi ini, energi dari minyak dan gas bumi (migas) masih tetap dibutuhkan, tetapi harus bersih. Maka, pengusaha migas harus bersama-sama bekerja keras mengurangi emisi karbon,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA) Marjolijn Wajong di acara konferensi pers Konvensi dan Pameran IPA ke-46 tahun 2022, Selasa (13/9/2022), di Jakarta.
Marjolijn menambahkan, gas bumi yang dianggap lebih bersih semakin dibutuhkan selama masa transisi energi tersebut. Setelah masa transisi selesai, diperlukan kajian antara kebutuhan dan pasokan di pasar.
Marjolijn percaya, semua pelaku industri migas pada umumnya telah berkomitmen mewujudkan karbon netral (net zero emission). Akan tetapi, pekerjaan-pekerjaan mengurangi emisi ada nilai keekonomiannya. Artinya, pengusaha migas memiliki tambahan aktivitas, yaitu pengurangan emisi karbon dan ini membutuhkan investasi tambahan.
”Tentunya, segala aktivitas mengurangi karbon secara komersial tetap menarik buat kami. Beberapa hal yang harus kami lakukan, yaitu mengatasi masalah teknis dan kebutuhan pendanaan,” kata Marjolijn.
Sementara pada saat bersamaan, lanjut Marjolijn, pelaku industri hulu migas masih membutuhkan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk menaikkan produksi. Seperti diketahui, pemerintah telah membidik target produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.
”Target itu telah dicanangkan sebelum pandemi Covid-19. Kami telah berdiskusi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengenai bagaimana upaya memenuhi target itu,” ucap Marjolijn.
Wakil Presiden IPA Greg Holman berpendapat, masih banyak negara berjuang menyusun peta jalan transisi energi. Pada saat bersamaan, sejumlah negara di Eropa sedang mengalami krisis energi, yang salah satunya dipengaruhi oleh konflik Rusia-Ukraina. Kedua isu ini akan turut menjadi topik yang dibahas selama Konvensi dan Pameran IPA ke-46 tahun 2022 pada 21–23 September 2022 di Balai Sidang Jakarta (JCC).
Sebelumnya, Jumat (9/9/2022), di Jakarta, pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR RI menyepakati produksi siap jual (lifting) migas tahun 2023 sebesar 1.769.000 barel setara minyak per hari (BOEPD), terdiri dari lifting minyak bumi 660.000 barel per hari dan gas bumi 1,1 juta BOEPD.
Kesepakatan ini melihat realisasi lifting migas hingga Agustus 2022 yang mencapai 1,562 juta BOEPD. Ini terdiri dari realisasi lifting minyak bumi sebesar 606.400 barel minyak per hari dan gas bumi 956.000 BOEPD.
Sementara untuk proyeksi lifting migas pada APBN 2022 sebesar 1,597 juta BOEPD, terdiri dari lifting minyak bumi sebesar 633.000 barel minyak per hari dan gas bumi 964.000 BOEPD.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pihaknya terus mendorong agar kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) meningkatkan produksi migas melalui penetapan pengembalian biaya operasi yang dapat dipulihkan (cost recovery) tahun 2023 sebesar 8,50 miliar dollar AS. Selain itu, ia mendorong pemanfaatan teknologi modern untuk diaplikasikan pada sumur-sumur tua.
”Kita lihat sumber-sumber minyak kita ini sudah tua, memang perlu upaya-upaya keras dengan teknologi yang baru yang tentu saja akan memakan biaya. Kita memang sedang mengupayakan supaya bisa mencapai target 1 juta barel per hari di 2030,” ucap Arifin.