Para pegiat UMKM dijuluki pahlawan ekonomi karena memberdayakan masyarakat sekitar. Upaya inovasi terus dilakukan untuk meningkatkan omzet.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pegiat UMKM lokal mulai merambah dunia digital saat ini. Mereka turut mendukung peningkatan ekonomi Indonesia dengan memberdayakan masyarakat sekitar hingga dijuluki pahlawan ekonomi.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) mencatat sebanyak 20,5 juta UMKM sudah merambah ke dunia digital dengan memanfaatkan platform daring. Sejumlah 30 juta UMKM ditargetkan merambah dunia digital pada 2024.
Adapun Kemenkop dan UKM mencatat jumlah UMKM di Indonesia saat ini mencapai 64,9 juta. UMKM berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61 persen atau setara Rp 8.573 triliun.
”UMKM lokal ini pahlawan ekonomi yang berperan penting dalam peningkatan PDB Indonesia. Selain itu, mereka juga mulai merambah dunia digital serta memberdayakan masyarakat sekitar tempat mereka mendirikan usaha,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Regional) Tokopedia Rizky Juanita Azuz dalam acara UMKM berdayakan masyarakat sekitar dalam rangka menyambut Hari Pahlawan pada 10 November 2022 yang diselenggarakan secara virtual oleh Tokopedia pada Rabu (9/11/2022).
Sejumlah pegiat UMKM memutuskan memberdayakan masyarakat karena ingin membantu perekonomian masyarakat berstatus ekonomi menengah ke bawah di sekitar wilayah tempat tinggal mereka. Selain itu, pegiat UMKM juga menilai, masyarakat memerlukan edukasi terkait pemasaran suatu produk di wilayah masing-masing.
Pegiat UMKM Tea Heaven, Devina Amelia, mengatakan, selain mulai merambah dunia digital dengan masuk ke platform daring, Devina juga memberdayakan masyarakat di wilayahnya dalam menjalankan usaha minuman teh. Pegiat UMKM asal Sukabumi ini telah bekerjasama dengan petani teh di lebih dari 20 perkebunan teh di Indonesia dan perajin bambu di wilayahnya sejak 2017.
”Saya melihat produksi teh hanya menggunakan teh dengan kualitas terbaik yang diekspor ke luar negeri, sedangkan yang kualitasnya lebih rendah baru dijadikan produk lokal kita. Saya bersama masyarakat sekitar bekerja sama untuk mengolah daun teh lokal agar dapat bersaing dengan teh yang diekspor,” ucap Devina.
Tea Heaven bekerja sama dengan para petani di perkebunan teh di antaranya Bantul, Garut, Ciwidey, Padang, dan Bali. Selain itu, Devina bekerja sama dengan para perajin bambu di Sukabumi dalam produksi kemasan teh. Sukabumi menjadi salah satu wilayah yang memiliki cukup banyak kebun bambu namun kurang dimanfaatkan menurut Devina.
Pegiat UMKM Bakso Damas Angga Setyawan asal Malang, sudah memberdayakan masyarakat sekitarnya sebanyak 30 karyawan sejak 1995 yang didominasi karyawan usia 20-an tahun. Pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan demi membantu perekonomian mereka yang masih sekolah, ibu rumah tangga (IRT), hingga yang putus sekolah.
”Pemberdayaan masyarakat ini tidak hanya untuk mengedukasi soal pemasaran produk yang lebih luas serta peningkatan ekonomi mereka, tapi juga membekali mereka dengan keahlian membuat bakso,” kata Angga.
Upaya bertahan
Pegiat UMKM Madu Bantal Chairul Mufti asal Banjarbaru, mengatakan, 70 persen penghasilannya didapat dari platform belanja daring mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Chairul dapat menghidupi lima kepala keluarga yang bekerja sama dengannya sebagai pengurus penangkaran lebah, bahkan penghasilan saat pandemi Covid-19 dapat meningkat signifikan.
Upaya bertahan saat pandemi dilakukan Chairul dengan selalu berinovasi pada produk madunya. Dia menilai dengan berinovasi, konsumen akan selalu tertarik pada produk pegiat UMKM, salah satunya dengan memperbaharui kemasan.
”Saya dapat bertahan di tengah pandemi sebab produk saya ini termasuk herbal dan dibutuhkan saat itu. Saya juga memberdayakan masyarakat perajin purun. kerajinan anyaman khas Kalimantan Selatan yang saya gunakan sebagai kemasan madu,”
Permintaan terhadap produk teh milik Devina Amelia juga tidak menurun saat pandemi Covid-19. Produk seperti teh sangat diperlukan masyarakat dengan alasan kesehatan, terlebih di tengah pandemi saat ini hingga meningkatkan omzet Teh Heaven sebesar 30-50 persen dari tahun ke tahun.
Inovasi juga dilakukan dalam hal kemasan produk yang ramah lingkungan. Menurut Devina, para pegiat UMKM perlu memikirkan inovasi baru untuk menarik pembeli, salah satunya dengan mulai mengedepankan isu lingkungan.
”Saya rutin mengampanyekan kemasan bambu yang ramah lingkungan untuk produk teh saya,” kata Devina.
Angga Setyawan sebagai pegiat UMKM Bakso Damas juga memiliki strategi bertahan di situasi saat ini dengan membuat produk bakso baru. Berbeda dari sebelumnya, Angga justru mengalami penurunan omzet saat pandemi sehingga memutuskan untuk membuat produk baru berupa bakso beku instan. Inovasi baru yang dilakukannya mampu meningkatkan omzetnya sebesar 30 persen saat pandemi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai, para pegiat UMKM selalu bisa bertahan di tengah ancaman resesi. Bhima menambahkan, peran UMKM semakin relevan saat ini.
”Dengan selalu berinovasi pada produk dan memberdayakan masyarakat sekitar, dampaknya akan sangat terasa bagi pegiat UMKM serta masyarakat yang diberdayakan,” ucapnya.