Sektor pariwisata perlu siap menghadapi momentum libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Bali masih menjadi destinasi favorit para pelancong di akhir tahun.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 atau nataru akan dimanfaatkan 72,8 persen masyarakat untuk berlibur. Sejumlah survei menunjukkan Provinsi Bali teratas dalam destinasi wisata favorit masyarakat Indonesia.
Merujuk survei Badan Kebijakan Transportasi, sebanyak 72,8 persen masyarakat akan melakukan perjalanan liburan nataru. Sebanyak 36,6 persen di antaranya secara spesifik diprediksi akan pergi ke lokasi wisata. Pilihan hari perginya mayoritas pada 23-24 Desember 2022 dan 30-31 Desember 2022.
Hasil riset Populix, perusahaan penyedia layanan tren konsumen, menemukan, sebanyak 99 persen responden yang berlibur akan melakukan perjalanan domestik. Tempat tujuan wisatawan didominasi Bali (30 persen), Yogyakarta (25 persen), Bandung (24 persen), Bogor (21 persen), dan Malang (14 persen). Mayoritas di antara mereka berlibur bersama keluarga dan pasangan serta memilih untuk menginap di hotel dan vila.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi, mengatakan, lonjakan wisatawan mancanegara dan domestik merupakan suatu harapan bagi sektor pariwisata Bali untuk pulih dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Pemantauan wilayah destinasi wisata juga telah dirancang dan akan diterapkan.
"Pengawasan pintu-pintu masuk Bali juga akan dilaksanakan menjelang nataru. Peningkatan kunjungan wisatawan pasti diiringi oleh kunjungan dengan maksud lain seperti mencari pekerjaan dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi pariwisata," ujar Dharmadi saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (18/12/2022).
Ketertiban umum, kata Dharmadi, masih menjadi perhatian utama untuk mencegah timbulnya kesan negatif terhadap sektor pariwisata Bali. Ia juga menyinggung laporan masyarakat mengenai potensi polusi suara di Bali yang perlu diantisipasi.
Preferensi lokasi pilihan seperti alam atau perkotaan cukup sulit untuk dipetakan karena tergantung pada kesukaan dan lingkaran pertemanan masing-masing (Sigit Rochadi).
Selain itu, tren wisata dan akomodasi merujuk pada Destination Insight with Google dari awal Desember 2022 hingga 13 Desember 2022 menunjukkan, secara berturut-turut Kota Denpasar, Jakarta, Bandung, Kuta Selatan, merupakan empat wilayah dengan permintaan perjalanan teratas baik internasional maupun domestik.
Adapun minat penerbangan yang masuk dari luar negeri ke Indonesia didominasi Australia (23,7 persen), Amerika Serikat (13,3 persen), India (11,3 persen), dan Singapura (9,4 persen). Meskipun demikian, permintaan perjalanan wisata tertinggi masih didominasi wisatawan domestik.
Data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan per 13 Desember 2022, tiket pesawat yang paling banyak terjual pada periode nataru (19 Desember 2022-3 Januari 2023) adalah rute Jakarta (CGK) menuju Bali (DPS). Selain itu, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali merupakan salah satu dari tiga Bandara tujuan wisata terpadat dan memerlukan kapasitas penerbangan tambahan.
Pola liburan
Pemandangan alam seperti laut bagi sejumlah wisatawan memiliki daya tarik tersendiri. Diyah Dwi Maharani (24), memprioritaskan akomodasi tempat wisata yang berada di sekitar bibir pantai ataupun akses pada laut yang cukup dekat. Ia dan teman-temannya berencana menyewa penginapan yang muat untuk beramai-ramai.
"Kalau bisa yang menghadap ke pantai, misalnya sudah penuh dapat juga penginapan yang memiliki kolam renang," ucap Diyah, warga Riau yang berencana berlibur ke Batam, Kepulauan Riau.
Ada juga tidak terlalu mempermasalahkan lokasi liburan seperti Assyifa Shafia Adiyanti (21), baik pantai, dalam kota, maupun pegunungan asal bisa menghabiskan waktu bersama teman-temannya sudah cukup. Lingkaran pertemanan, menurut Assyifa, juga berpengaruh pada preferensi wisata setiap individu. "(Saya) menyesuaikan saja dengan teman-teman yang mengajak liburan duluan," ujarnya yang juga mahasiswa pariwisata asal Yogyakarta.
Sosiolog dari Universitas Nasional Sigit Rochadi, mengutarakan, tidak terjadi perubahan drastis terkait preferensi wisata antargenerasi. Generasi Z cenderung memilih tempat liburan dan fasilitas yang mendukung aktivitas serta nyaman ditempati. Pertimbangannya juga tidak banyak, yakni harga terjangkau dan pemandangan indah. Sementara generasi X lebih banyak pertimbangannya seperti keamanan, kenyamanan, dan tempat tidur yang luas.
"Anak muda lebih pragmatis pertimbangannya, hotel hanya sekadar tempat untuk menginap dan aktivitasnya lebih banyak di luar hotel," ujarnya.
Preferensi lokasi pilihan seperti alam atau perkotaan, kata Sigit, cukup sulit untuk dipetakan karena tergantung pada kesukaan dan lingkaran pertemanan masing-masing. Bahkan, wisata budaya dan kuliner tidak bisa diabaikan dalam pemilihan lokasi liburan.
Perbedaan yang siginifikan adalah pola liburannya, yakni pasif dan aktif. Orang-orang tua senang menikmati atraksi, menonton pertunjukan, dan hal-hal lainnya yang tidak terlalu banyak kegiatan. Sementara anak muda cenderung ingin menjadi bagian dari suatu atraksi dan merasakannya secara langsung.