Menjaga Ketahanan Pangan 2023, Petani NTT Didorong Genjot Pangan Lokal
Mengantisipasi rawan pangan 2023 petani di NTT sebaiknya didorong menggenjot pangan lokal. Juga dibangun lumbung pangan di desa-desa untuk mengantisipasi ancaman rawan pangan itu.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
Lahan sorgum seluas 2 hektar milik petani Desa Kawalelo, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur (daratan), NTT. Petani di desa ini tergabung dalam koperasi ”Likotuden” khusus jual-beli sorgum petani.
KUPANG, KOMPAS — Mumpung hujan masih berlangsung, para petani di Nusa Tenggara Timur didorong untuk menanam jenis-jenis pangan lokal sebagai makanan cadangan selama 2023. Ancaman rawan pangan, gizi buruk, dan tengkeng setiap tahun harus diantisipasi dini dengan menyediakan pangan yang cukup.
Direktur Yayasan Insani Mandiri Nusa Tenggara Timur (NTT) Maria Imelda Toge di Kupang, Senin (2/1/2023), mengatakan, musim hujan tahun ini bakal berlangsung lebih lama. Masih empat bulan lagi NTT mendapatkan hujan. Masih ada peluang bagi petani memanfaatkan setiap lahan kosong untuk menanam.
Pemda, menurut dia, perlu memberi dorongan kepada para petani agar terus menanam jenis tanaman umur pendek yang bisa dijadikan makanan cadangan selama 2023. Tanaman sorgum, jagung, umbi-umbian, kacang-kacang, dan jagung sudah terbiasa dibudidayakan petani di daerah ini.
Selain itu, juga tanaman umur panjangsebagai cadangan makanan, seperti pisang, nangka, dan mangga. Kopi, kemiri, kakao, dan cendana dinilai bisa mendatangkan uang.Namun, jenis-jenis tanaman ini perlu dirawat, tidak boleh dibiarkan telantar, atau dibakar saat musim kemarau tiba.
Setiap desa perlu memiliki lumbung pangan desa sebagai cadangan selama musim kemarau, terutama puncak kemarau, Agustus-November.
Kekeringan ekstrem
Pengalaman selama ini setiap puncak kemarau selalu terjadi kekeringan ekstrem. Kemudian dilanjutkan dengan ancaman rawan pangan,menyusul gizi buruk, dan kasus tengkeng yang kebanyakan melanda anak–anak usia 15 tahun ke bawah.
Dinas sosial bisa mendorong pembentukan lumbung pangan ini bersama lembaga swadaya masyarakat setempat. Beberapa desa di NTT sudah memiliki tradisi membangun lumbung pangan desa. Namun, akhir-akhir ini kebiasaan itu menghilang setelah masyarakat miskin mendapatkan bantuan langsung tunai, program keluarga harapan, danbantuan sosial lain.
Dipertahankan lumbung pangan sosial ini. Jika terjadi bencana, seperti bencana banjir yang sedang melanda sebagian wilayah di Kabupaten Kupang sekarang, bisa langsung dimanfaatkan. (Anis Masneno)
Imelda menilai setiap kabupaten/kota di NTT punya potensi masing-masing. Pemda punya data untuk itu. Pulau Sumba, misalnya, cocok untuk tanaman jagung dan sorgum, Timor barat dengan jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Flores bagian timur, Sikka, dan Lembata juga memiliki potensi sorgum, jagung dan umbi-umbian. Flores barat dengan padi, jagung, dan tanaman perkebunan seperti kopi.
Khusus di Ngada, Kebijakan mengganti tanaman kopi dengan jahe seperti sudah berlangsung dua tahun terakhi ini, sebaiknya dihentikan.
Biarkan Ngada tetap dengan branding kopi arabika organiknya. Tidak boleh mengubah lahan perkebunan kopi dengan tanaman jahe. ”Buktinya, setelah jahe dipanen dalam puluhan ton, pemda kewalahan, mau jual di mana,” katanya.
Jika tetap fokus pada kopi, petani lebih diuntungkan dan pendapatan asli daerah pun bisa naik. Komunitas kopi dari hulu sampai hilir sudah terbangun. Petani pun sudah paham bagaimana menanam, merawat, dan memanen kopi itu. Ke mana kopi itu dijual pun mereka sudah mengerti.
Perempuan tiga anak ini mengatakan, masyarakat di wilayah Timor barat hampir setiap tahun dilanda kekeringan ekstrem, gizi buruk, dan tengkeng. Padahal, daerah ini juga punya potensi yang tidak kalah menarik. Jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan tanaman hortikultura tumbuh subur jika diolah dengan baik.
Masa kepemimpinan Bupati Ayup Titu Eki (2009-2018) dikembangkan tanaman umur panjang, seperti kopi, kemiri, mangga, pisang, kelapa, rambutan, dan nangka, di sejumlah sumber mata air dan daerah-daerah lembab melalui program tanam paksa dan paksa tanam.
Saat ini, tanaman itu tumbuh subur dan sebagian sudah berbuah. Petani sudah merasakan manfaat dari tanaman itu. Ini mestinya bisa dilanjutkan bupati selanjutnya, tetapi tidak demikian.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Hortikultura NTT Leky Koli kepada wartawan mengatakan, musim tanam 2022/2023 pemerintah menargetkan 1 juta hektar jagung yang ditanam, melalui program tanam jagung panen sapi. Ini, belum termasuk jenis pangan lokal lain, seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Petani sudah paham bagaimana seharusnya menanam umbi-umbian dan kacang-kacangan selama musim hujan. Lahan untuk kedua jenis tanaman itu lebih dari 1 juta hektar karena tanaman jenis ini bisa ditanami di sela-sela tanaman lain, sistem tumpang sari.
”Biasanya petani tanam jagung, juga kacang-kacangan di sela-sela jagung,” katanya.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kupang Anis Masneno mengatakan, lumbung pangan sosial yang dibangun tahun 2022 di sejumlah titik di Kabupaten Kupang tetap dipertahankan tahun 2023 ini.
Lumbung pangan sosial di Kecamatan Fatuleu Barat membawahi Kecamatan Sulamu, Amfoang Barat, Amfoang Barat Daya, Amfoang Utara, dan Amfoang Barat Laut.
Lumbung pangan sosial di Kecamatan Amfoang Tengah, selain untuk Amfoang Tengah, juga Kecamatan Takari dan Kecamatan Amfoang Timur.
Sementara lumbung pangan sosial di Kecamatan Amarasi untuk mengantisipasi bencana di Amarasi, Amarasi Selatan, Amarasi Timur, Amarasi Barat, dan Kecamatan Amabi Afeto. Tiga titik pembangunan lumbung pangan sosial ini dinilai berada di tengah-tengah sehingga mudah dijangkau.
Dipertahankan lumbung pangan sosial ini. Jika terjadi bencana, seperti bencana banjir yang sedang melanda sebagian wilayah di Kabupaten Kupang sekarang, bisa langsung dimanfaatkan,” ujarnya