Penampilan Rihanna mencerminkan pentingnya strategi pemasaran yang sangkil dan mangkus. Kendati hanya memanfaatkan momen lima ketukan, strategi pemasaran produk Rihanna dinilai berhasil.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
Nama Rihanna melejit selepas konser dalam Super Bowl LVII Halftime Show pada Februari 2023. Bukan hanya sang penyanyi, jenama produk riasan yang ia dirikan turut ”meledak”. Padahal, produk itu hanya muncul selama lima ketukan dalam konser. Dia juga tak mendapatkan bayaran untuk konser tersebut.
Bak terbang dari langit, Rihanna berdiri di atas panggung layang yang tergantung 15-60 kaki dari permukaan rumput. Panggung itu membawa Rihanna turun menapak panggung merah di atas rerumputan Stadion State Farm, Glendale, Arizona, Amerika Serikat (AS). Penonton yang memenuhi stadion berkapasitas 63.400-73.000 orang itu bersorak.
Konser itu digelar di tengah pertandingan final Super Bowl Liga Sepakbola Nasional (National Football League/NFL) antara Kansas City Chiefs melawan Philadelphia Eagles, Minggu (12/2/2023). Rihanna tak dibayar dalam konser di laga itu. Tentu saja, penonton yang hadir menyaksikan laga final sepakbola Amerika itu seolah-olah mendapatkan ”konser gratis” dari Rihanna.
Konser yang menjadi buah bibir itu merupakan buah kolaborasi antara NFL, Apple Music, dan Roc Nation, agensi hiburan yang didirikan Shawn Carter alias Jay-Z. Dalam tulisan yang memaparkan Halftime Show di laman resmi NFL, Jay-Z menyatakan, Rihanna adalah seniman yang terbentuk sendiri dalam karier musiknya dan bisnis.
Apresiasi terhadap Rihanna dalam berbisnis itu terbukti dalam aksinya di pertengahan konser. Dalam konser berdurasi tak sampai 14 menit itu, Rihanna dengan jaket, celana, dan atasan merah berjalan di tengah penari latar yang berbusana serba putih. Dia menghampiri seorang penari latar yang membawakan produk bedak bernama Invisimatte dari Fenty Beauty, perusahaan kosmetik yang didirikannya.
Hanya dalam lima ketukan lagu, Rihanna mengambil dan membuka bedak itu, membubuhkannya pada sisi kanan-kiri hidung, menutupnya, mengembalikannya pada penari latar, dan lanjut menyanyikan lagu ”All of The Lights”. Lima ketukan itu mencerminkan nama lengkap produk, yakni Invisimatte Instant Setting Blotting Powder. Sungguh instan aksi pemasaran Rihanna.
Rihanna dan perusahaannya tentu harus mengeluarkan uang untuk pemasaran produk sekaligus konser tersebut. Artikel di laman Forbes berjudul ”Why Rihanna Won’t Get Paid for Her Super Bowl Halftime Show” yang terbit Jumat (10/2/2023) memperkirakan, biaya produksi untuk tampil dalam pertunjukan itu 10 juta dollar AS.
Akan tetapi, anggaran sebesar itu tampaknya tak sia-sia, baik dari segi popularitas maupun pendapatan. Berdasarkan pantauan terhadap Google Trend, nilai popularitas pencarian kata Rihanna di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sehari setelah konser berada di puncak, adalah 100. Padahal, sehari sebelum konser, nilai popularitasnya 2.
Bukan cuma Rihanna, nilai popularitas kata Fenty Beauty dan Invisimatte juga melesat ke angka 100 sehari setelah konser. Dua hari sebelumnya, nilai popularitas Fenty Beauty 25, sedangkan Invisimatte di posisi nol.
Dari segi pendapatan, artikel di laman Forbes Australia berjudul ”Rihanna’s US$6 million payday from 3 second act” yang terbit Selasa (14/2/2023) memaparkan perhitungannya berdasarkan indikator Media Impact Value (MIV) dari Launchmetrics. Indikator itu merupakan algoritma yang dikembangkan Launchmetrics untuk menganalisis data kuantitatif dan kualitatif untuk menghitung laba investasi dari strategi pemasaran.
Artikel itu menyebut, angka MIV Rihanna selama 12 jam setelah konser menembus 88,3 juta dollar AS. Selama 12 jam pertama pula, angka MIV Fenty Beauty mencapai 5,6 juta dollar AS. Setelah lebih dari tiga tahun tak pentas, penyanyi berusia 34 tahun itu kembali ke atas panggung demi pemasaran berbalut konser yang terbilang berhasil.
Penampilan Rihanna itu mencerminkan pentingnya strategi pemasaran yang sangkil dan mangkus.
Penampilan Rihanna itu mencerminkan pentingnya strategi pemasaran yang sangkil dan mangkus beserta anggarannya. Penelitian berjudul ”Marketing Budget: Towards an Effective Marketing Plan” yang ditulis V S Dole (2021) menyatakan, ada lima aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran pemasaran.
Pertama, pelaku bisnis harus tahu perjalanan konsumen dari melihat produk hingga membayarnya. Setelah itu, selaraskan anggaran dengan tujuan pemasaran berdasarkan perjalanan konsumen itu. Misalnya, membayar iklan di mesin pencarian untuk mendorong penjualan produk secara spesifik atau berkontrak dengan pemengaruh demi mendapatkan kunjungan organik ke laman perusahaan.
Dalam menyusun anggaran pemasaran, pebisnis juga mesti memperhitungkan biaya tersembunyi, tak hanya fokus pada peluncuran produk dan kegiatan promosi. Riset pasar sebelum promosi juga perlu dihitung biayanya. Keempat, anggaran pemasaran harus fokus pada prioritas perusahaan. Terakhir, pelaku bisnis perlu mengevaluasi efektivitas anggaran pemasaran dengan meninjau indikator tingkat pengembalian investasi (ROI).
Selain anggaran, kanal promosi patut jadi perhitungan. Rihanna memilih Super Bowl LVII Halftime Show sebagai kanal. Dampaknya, konser dan aksi iklannya tak hanya disaksikan 60.000-70.000-an penonton di stadion, tetapi juga masyarakat di negara lain secara daring. Video penuh konser Rihanna di akun Youtube resmi NFL telah ditonton 121 juta kali pada Minggu (26/3/2023) siang. Artinya, penting bagi pebisnis untuk memperkirakan jumlah potensi konsumen yang dapat digaet oleh sebuah kanal promosi.
Video penuh konser Rihanna di akun Youtube resmi NFL telah ditonton 121 juta kali pada Minggu (26/3/2023) siang.
Optimalisasi media sosial juga tak boleh ketinggalan untuk menjaga minat calon konsumen setelah ”ledakan” promosi. Sesudah pertunjukan Super Bowl LVII Halftime Show, akun Instagram Fenty Beauty mengunggah potongan konser Rihanna yang sedang menggunakan Invisimatte. Unggahan itu disukai hingga lebih dari 431.000 akun.
Meskipun hanya dalam lima ketukan lagu, Rihanna dan timnya tampak kreatif dan tak serampangan mengonsep strategi pemasaran. Sebagai pebisnis, apa yang bisa Anda lakukan dalam lima ketukan untuk mempromosikan produk?