Kalangan petani khawatir impor jagung bakal menekan harga jual hasil panennya. Namun, Badan Pangan Nasional memastikan jagung yang diimpor bukan jagung untuk pakan ternak, melainkan untuk industri makanan dan minuman.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Isu mengenai impor berpotensi menekan harga jagung di tingkat petani. Kalangan petani berharap, pemerintah tidak mengimpor jagung pada semester I-2023 serta mendorong tata kelola penyimpanan dan pengeringan sehingga produk dalam negeri bisa jadi prioritas pemenuhan kebutuhan nasional sepanjang tahun.
Dalam rapat dengar pendapat atau RDP Komisi IV DPR RI, Senin (3/4/2023), Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menunjukkan tabel berjudul Prognosa Neraca Pangan Nasional Periode Januari-Mei 2023. Tabel itu menunjukkan, realisasi impor jagung pada Januari-Februari 2023 sebanyak 127.165 ton. Sementara rencana impor jagung pada Maret-Mei 2023 mencapai 527.241 ton.
Menanggapi data yang mengemuka di publik itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin khawatir, harga jagung saat panen April-Mei 2023 tertekan ke angka Rp 4.000 per kilogram (kg) atau di bawah harga acuan. “Pada panen raya Januari-Februari lalu, isu impor juga berembus. Harga jagung di tingkat petani jadi sekitar Rp 3.600 per kg,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (4/4/2023).
Dia merinci, sekitar 50-60 persen produksi jagung nasional dipanen pada periode Januari-Februari. Setelah itu, petani cenderung langsung menanami lahannya lagi dan memanennya pada April-Mei. Sisanya, tanaman jagung dipanen pada Oktober. Dia menambahkan, ongkos produksi jagung yang dipanen pada tahun 2023 telah meningkat sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya karena kenaikan harga pupuk dan benih.
Menyadari adanya kebutuhan nasional sepanjang tahun, dia menyatakan, pihaknya tidak menolak impor jagung asalkan impor tidak direalisasikan pada semester pertama. Apalagi, dia memperkirakan, produksi tahun ini berpotensi lebih tinggi dibandingkan 2022 lantaran tidak ada hama ulat grayak.
Data Badan Pangan Nasional menunjukkan, perkiraan produksi jagung dalam negeri sepanjang 2023 mencapai 16,84 juta ton. Stok awal 2023 sebesar 3,29 juta ton. Adapun kebutuhan jagung sepanjang tahun diperkirakan sebanyak 16,44 juta ton.
Di sisi lain, panel harga Badan Pangan Nasional menunjukkan, rata-rata nasional harga jagung di tingkat peternak sebagai konsumen per Selasa (4/4) sekitar Rp 6.080 per kg. Sementara harga jagung pipilan kering di tingkat petani berkisar Rp 4.680 per kg.
Kedua angka itu berada di atas acuan yang ditetapkan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras. Dalam regulasi itu, harga acuan tertinggi jagung pipilan kering (dengan kadar air 15 persen) di tingkat petani ditetapkan Rp 4.200 per kg, sedangkan harga acuan jagung di tingkat peternak Rp 5.000 per kg.
Saat ini, kata Sholahuddin, harga jagung cenderung mahal karena pasokan yang terbatas dan petani masih menanti panen. Petani yang dapat menjual jagung saat ini hanya yang bermodal besar karena dapat menyimpan jagung. Oleh sebab itu, pemerintah mesti mendorong kapasitas pelaku industri pengguna yang dapat mengeringkan dan menyimpan jagung. Dengan demikian, terdapat jagung yang dapat disimpan pada masa paceklik.
Di sisi lain, Arief mengonfirmasi, jagung yang diimpor tersebut bukan untuk pakan peternak ayam. “Jagung (impor) itu untuk industri makanan-minuman yang kadar aflatoksinnya mesti rendah,” katanya saat dihubungi, Selasa (4/4).
Arief menggarisbawahi, sumber pemenuhan jagung untuk pakan peternak serta cadangan jagung pemerintah (CJP) memprioritaskan produksi dalam negeri. Untuk CJP, pemerintah telah menugaskan Bulog untuk mengadakan 250.000 ton jagung sepanjang 2023 dengan stok akhir tahun minimal 60.000 ton.
Hal itu tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional RI Nomor 03/HK.02.05/K/1/2023 tentang Jumlah, Standar Mutu, dan Harga Pembelian Pemerintah dalam rangka Penyelenggaraan Cadangan Jagung Pemerintah.
Harga jagung di atas acuan tersebut, menurut Arief, berimbas pada harga telur ayam di tingkat konsumen. Data Panel Harga Badan Pangan Nasional, Selasa (4/4), rata-rata nasional harga telur ayam di tingkat pedagang eceran Rp 28.830 per kg atau berada di atas acuan yang senilai Rp 27.000 per kg.
Oleh sebab itu, Badan Pangan Nasional memfasilitasi distribusi jagung dari sentra produksi di luar Jawa ke sentra peternakan ayam petelur di Pulau Jawa. Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional Maino Dwi Hartono menyebutkan, pihaknya tengah memfasilitasi distribusi jagung sebanyak 1.000 ton dari Nusa Tenggara Barat ke Kendal dan Solo, Jawa Tengah; Blitar, Jawa Timur; dan Lampung sejak pertengahan Maret.
Pihaknya juga berencana memfasilitasi distribusi 250 ton jagung dari Sulawesi Selatan untuk peternak di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Targetnya rampung pada pertengahan April ini.