Tunjangan hari raya keagamaan biasa menjadi harapan tambahan pendapatan bagi pekerja. Namun, tidak semua bisa memperolehnya, termasuk mereka yang bekerja di sektor informal. Misalnya, mitra pengemudi transportasi daring.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
Perayaan Lebaran 2023 tinggal menghitung hari. Tunjangan hari raya atau THR sudah bisa dinikmati oleh sejumlah kalangan pekerja sektor formal. Kisah berbeda dialami oleh mereka yang bekerja sebagai mitra pengemudi layanan transportasi berbasis aplikasi.
Sebagai lajang dan telah menjadi mitra pengemudi ojek daring secara penuh sejak 2015, Nilawati (36), tidak pernah berharap ada THR dari perusahaan aplikasi transportasi. Pemberian THR, sepanjang yang dia ketahui, tidak wajib bagi mitra pengemudi.
Meski demikian, Nilawati menceritakan selalu ada saja rezeki menjelang Lebaran untuk dirinya. Dari konsumen, dia pernah menerima berbagai macam pemberian, seperti uang tips, sembako, dan kain sarung. Sementara dari pihak perusahaan aplikasi transportasi sering menyediakan program kupon diskon perawatan kendaraan, potongan membeli sembako, dan pembelian tiket kereta api.
“Biasanya, kami mitra pengemudi juga akan mendapat insentif khusus jika mereka menerima pesanan saat Lebaran. Meski demikian, mekanisme insentif khusus setiap tahun berbeda. Saya tetap berusaha mensyukuri dan percaya akan selalu ada rezeki,” ujar Nilawati yang juga tergabung dalam komunitas Srikandi Merah Putih, Minggu (16/4/2023), di Jakarta. Komunitas Srikandi Merah Putih beranggotakan mitra pengemudi perempuan Gojek.
Yokke, mitra pengemudi ojek daring lainnya, mengatakan, pendapatan bersihnya dan sudah dipotong ongkos makan sehari-hari yaitu sekitar Rp 100.000. Inilah yang dia bawa pulang ke rumah. Menurut dia, saat ini semakin banyak warga terjun menjadi mitra pengemudi sehingga persaingan mencari rezeki semakin ketat. Jika tidak buru-buru memencet tombol ‘terima’ pesanan, maka kesempatan meraih pendapatan akan pergi.
“Ya mau tidak mau hampir setiap hari bekerja. Menjelang Lebaran seperti ini, seandainya ada THR, anak-anak di rumah pasti akan senang,” katanya.
Sementara itu, menurut Ketua umum Serikat Pekerja Platform Daring yang berafiliasi kepada Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, Herman Hermawan, pekerjaan sebagai mitra pengemudi termasuk pekerjaan yang rentan. Jika satu hari tidak ‘narik’ (menerima pesanan), mereka tidak mendapat penghasilan.
“Kalaupun ‘narik’, mitra pengemudi aplikasi transportasi biasa mendapat biaya potongan dari pemilik aplikasi yang mencapai 20 persen. Belum lagi ada biaya pemesanan dan argo. Para mitra pengemudi juga terdampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu,” ucapnya.
Menurutnya, sejak bisnis on demand services di bidang transportasi muncul tahun 2014, pemerintah belum mengatur bisnis ini, terutama yang menyangkut hubungan kemitraan. Pekerja atau biasa disebut para mitra pengemudi yang terlibat dalam hubungan kemitraan masih masuk kategori pekerja informal. Kondisi seperti itu berdampak pada ketiadaan regulasi seputar THR. Regulasi THR yang ada sekarang diperuntukkan bagi pekerja sektor formal.
“Kalau pekerja formal merayakan Hari Raya Idul Fitri memperoleh THR, kami dari mana lagi kalau bukan dari terus ‘narik’. Cuma, ‘narik’ sekarang tidak seramai dulu,” kata Herman.
Pengurangan beban
Head of Region and External Affairs Gojek Gede Manggala mengatakan, pemerintah memang tidak mengatur THR bagi hubungan kemitraan, tetapi Gojek fokus mengurangi beban operasional mitra. Selama bulan Ramadhan 2023, Gojek merilis program Gojek Swadaya Mudik yang diperuntukkan eksklusif bagi mitra pengemudi untuk mudik. Cakupan isi program ini yaitu diskon perawatan kendaraan bermotor, kupon diskon khusus pemesanan tiket kereta api, dan makanan.
“Kami juga menghadirkan Bazar Swadaya di kantor operasional Gojek setiap daerah. Jadi, mitra pengemudi dapat membeli paket sembako dan produk perawatan kendaraan dengan harga terjangkau. Acara itu berlangsung 10-14 April 2023,” ucap Gede, Rabu (5/4), di Jakarta.
Di luar program Swadaya Mudik, lanjut Gede, Gojek telah memiliki program swadaya sejak 2016. Isinya meliputi pulsa, kupon diskon perawatan kendaraan, sembako, jaminan sosial ketenagakerjaan, beasiswa bagi anak mitra, tabungan, dan akses ke kredit kepemilikan rumah. Setiap bulan terdapat 450.000 orang mitra pengemudi memanfaatkan program swadaya dan membantu menghemat hingga 15 persen dari biaya operasional mereka.
Sementara itu, Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi, mengatakan, mitra pengemudi memiliki peran kunci dalam ekosistem Grab. Grab berkewajiban menyediakan program-program yang tidak saja dirasakan berguna, tetapi juga sebagai bentuk dukungan serta apresiasi kepada mitra pengemudi.
Beberapa contoh program yang dikembangkan Grab bagi mitra pengemudi, yaitu Grab Modal, Grab Benefits Day, Grab Scholar, Kopdar Komunitas, dan Hari Mitra Grab. Grab Modal merupakan program cicilan yang bekerja sama dengan Julo dan biasa dipakai mitra untuk uang darurat. Grab Benefits Day berbentuk bazar yang memudahkan mitra membeli produk sehari-hari dengan potongan harga. Grab Scholar berupa beasiswa pendidikan yang bisa dipakai mitra ataupun anaknya.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, yang ditemui usai menghadiri Buka Bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Selasa (4/4), di Jakarta, mengingatkan, hubungan kemitraan yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi digital perlu memperhatikan kesejahteraan mitra. Lebaran merupakan momentum terbaik untuk memberikan kesejahteraan.
“Perusahaan-perusahaan penyedia kemitraan ojek daring mungkin bisa memberikan program untuk membantu kesejahteraan mitra pengemudi. Mungkin bentuknya bukan THR, tetapi program lain yang tetap bisa membantu mereka. Dengan begitu, mitra pengemudi bisa terapresiasi dan hubungan kemitraan bisa langgeng,” ujar Ida.