Investor China dan Singapura Danai Koperasi untuk Pangan dan Energi
Investasi di sektor pangan dan energi diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dan jaminan produk hasil pertanian.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua perusahaan asal China dan Singapura mendanai koperasi Indonesia untuk pengembangan sektor pangan dan energi. Investasi akan berfokus pada komoditas tebu, sorgum, singkong, dan lainnya di bagian hulu hingga hilir produksi. Total dana yang dikucurkan masih bisa bertambah tergantung luas ketersediaan lahan.
Komitmen investasi disepakati oleh perusahaan Sinolib Holding Group asal China, Caesiumlab asal Singapura, Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), dan Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas). Adapun nilai investasi sebesar 100 juta dollar AS atau Rp 1,5 triliun akan dialirkan kepada koperasi-koperasi untuk penanaman komoditas, infrastruktur pendukung, dan industri pengolahan.
Ketua Umum Inkoppas Yudianto Tri mengatakan, pihaknya berperan untuk menyalurkan pendanaan ke koperasi pertanian di setiap daerah. Para petani yang tergabung dalam koperasi nantinya akan menanam komoditas dan menjual hasil produksinya untuk ketahanan pangan ataupun bahan bakar nabati seperti bioetanol.
”Saat ini, sudah ada beberapa koperasi yang bergabung, misalnya, di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Komitmen kami menjaring minimal 50.000 hektar lahan. Kalau lebih, maka semakin baik,” ujarnya saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
Adapun 50.000 hektar lahan akan digunakan untuk menanam komoditas tebu, sorgum, singkong, dan lainnya. Total dana yang diterima, kata Yudianto, dapat bertambah sesuai luas ketersediaan lahan. Walakin, ia enggan menyebut secara gamblang total tambahan dana, tetapi para investor masih menyanggupi pendanaan hingga 1 juta hektar lahan.
Secara spesifik, koperasi di Pulau Lombok menyediakan 50.000-80.000 hektar lahan yang mempekerjakan 200.000 petani. Lahan-lahan tersebut kini tengah memasuki proses pendataan dan pemetaan potensi komoditas yang perlu ditanam oleh petani.
Kami hadir untuk membantu petani dalam menentukan komoditas tanaman yang tepat sesuai lahan mereka. Selain itu, kami juga memberi jaminan pasar untuk penjualan produk-produk dari petani.
”Kami juga akan membuat kesepakatan dengan para petani mengenai jenis komoditas yang harus ditanam dan target penjualan hasil produksi. Rencananya, akhir tahun 2023 sudah bisa dilakukan penanaman,” ucapnya.
Dalam pelaksanaannya, Sinolib akan menentukan komoditas yang ditanam sesuai hasil analisis produktivitas tertinggi. Sementara itu, CaesiumLab berperan dalam perancangan rantai pasok hasil produksi pertanian.
President Sinolib, Miao Xin, mengatakan, perusahaannya telah lama bergerak di bidang penelitian dan pengembangan khususnya sektor pangan serta energi. Lahan-lahan di Indonesia, kata dia, masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
”Kami hadir untuk membantu petani dalam menentukan komoditas tanaman yang tepat sesuai lahan mereka. Selain itu, kami juga memberi jaminan pasar untuk penjualan produk-produk dari petani,” katanya.
Chief Executive Officer (CEO) Caesiumlab Manivanan Saman menyebutkan, lahan-lahan yang disediakan petani akan dipetakan keperluan infrastruktur pendukung seperti jembatan dan jalan. Selain itu, industri pengolahan juga akan dibangun dengan pertimbangan kebutuhan pasar dan akses logistik.
Hasil produksi pertanian, saat proyek telah berjalan, akan dijual sesuai perkembangan pasar. Hal ini sesuai pertimbangan harga, stok, hingga kemampuan industri pengolahan. Industri pengolahan ini meliputi pabrik bioetanol dan biometanol.
Pabrik bahan bakar nabati itu akan terintegrasi dengan industri peternakan untuk memanfaatkan limbah kebun dalam produksi pakan ternak. Pabrik akan terintegrasi dalam lahan yang tersedia.
Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) kini tengah menguji coba campuran bioetanol 5 persen pada pertamax. Produk tersebut memanfaatkan tetes tebu untuk menghasilkan bahan bakar dengan RON 95.
Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, pihak swasta bisa menjual produk olahan bioetanol untuk dimanfaatkan oleh Pertamina. Produk bioetanol tersebut bisa berasal dari olahan gula, sorgum, dan lainnya.
Rencana implementasi pencampuran bioetanol dengan bensin tersebut juga beriringan dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati. Salah satu poinnya adalah peningkatan produksi bioetanol dari tanaman tebu, paling sedikit sebesar 1,2 juta kiloliter. Sementara itu, kemampuan kapasitas bioetanol yang siap untuk E5 sekitar 40.000 kiloliter per tahun (Kompas.id, 21/6/2023).