Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia dan Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan kinerja industri manufaktur triwulan kedua lebih baik ketimbang triwulan pertama.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemulihan ekonomi terus berlanjut. Salah satunya tecermin dari kegiatan dunia usaha dan industri manufaktur yang lebih menggeliat di triwulan II-2023 dibandingkan dengan triwulan pertama.
Mengutip Prompt Manufacturing Index yang dirilis Bank Indonesia (PMI-BI) pada triwulan II-2023 mencapai 52,39 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2023 yang ada pada level 50,75 persen. Level indeks di atas angka 50 persen mengindikasikan fase ekspansi pada dunia usaha, adapun level indeks di bawah 50 persen mengindikasi kontraksi.
Peningkatan level indeks ini terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI, yakni volume produksi, volume pesanan, dan volume persediaan barang jadi. Adapun berdasarkan sub-lapangan usaha, peningkatan terjadi pada industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri mesin dan perlengkapan, industri barang galian bukan logam, serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, kinerja industri pengolahan yang terus meningkat ini diperkirakan akan berlanjut pada triwulan III-2023 dengan level PMI-BI 53,35 persen. “Pertumbuhan ditopang sub-lapangan usaha industri mesin dan perlengkapan, industri pengolahan tembakau, serta industri logam dasar,“ ujar Erwin dalam keterangannya, Jumat (14/7/2023).
PMI-BI merupakan sebuah indikator gambaran umum mengenai sektor industri di Indonesia. Hasil perhitungan PMI-BI merupakan hasil pre-assessment dari PMI yang dilakukan beberapa negara.
Makin menggeliatnya industri manufaktur itu sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang juga dirilis BI. Kapasitas produksi dunia usaha pada triwulan II-2023 tercatat 74,88 persen dari total terpasang 100 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan pertama 2023 yang sebesar 72,33 persen.
Erwin menjelaskan, serapan tenaga kerja juga terindikasi meningkat dan berada dalam fase ekspansi. Sementara itu, kondisi keuangan dunia usaha terindikasi membaik dari seluruh aspek, yaitu aspek likuiditas dan rentabilitas, dengan akses pembiayaan yang tetap mudah.
Dihubungi terpisah, Jumat, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengatakan, tidak mengherankan kapasitas produksi di triwulan II-2023 meningkat. Hal ini disebebkan adanya kenaikan permintaan pasar dalam negeri karena momentum bulan puasa dan Idul Fitri.
”Ekspansi usaha ini sifatnya memang terdorong dari permintaan,” ujar Shinta.
Shinta menambahkan, ekspansi sektor usaha didominasi oleh sektor komoditas primer, seperti pertanian, perkebenunan, dan perikanan. Sektor ini permintaannya masih tinggi di triwulan II.
Kendati demikian, lanjut Shinta, hal ini tidak terjadi di semua sektor usaha. Masih ada sektor yang terkontraksi, seperti industri garmen yang pasar dalam negerinya tergerus dan pasar ekspornya sedang lesu.
”Sektor manufaktur ekspansinya tidak meningkat signifikan karena permintaan pasarnya juga tidak tumbuh sebesar itu secara domestik, sementara di sisi ekspor juga masih lemah,” ujar Shinta.