PT Pertamina Patra Niaga resmi memperkenalkan Pertamax Green 95 sebagai produk baru bahan bakar kendaraan. Produk itu hasil pencampuran bensin dengan bioetanol 5 persen yang berbahan baku tetes tebu.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertamina telah mengenalkan produk bahan bakar minyak atau BBM baru, yakni Pertamax Green 95, yang merupakan campuran gasoline atau bensin dengan bioetanol sebesar 5 persen. Pasokan bioetanol, yang berasal dari tetes tebu, dijamin oleh produsen, yakni PT Energi Agro Nusantara.
Direktur PT Energi Agro Nusantara (Enero) Puji Setiyawan saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (25/7/2023), mengatakan, kapasitas produksi pabrik Enero di Mojokerto, Jawa Timur, ialah 100.000 liter per hari atau 3 juta liter per bulan. Oleh karena itu, kebutuhan bioetanol fuel grade yang dibutuhkan Pertamina untuk tahap awal penerapan bioetanol 5 persen (E5) dapat dipenuhi PT Enero, yang juga anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X.
”Kemarin, PT Pertamina Patra Niaga baru mengambil (etanol) sekitar 100.000 liter. Pengambilan pertama 60.000 liter untuk Surabaya dan 40.000 liter untuk Jakarta. Kebutuhan Pertamina pasti akan lebih dari itu. Dengan adanya sinergi BUMN, kami siap dan melayani kebutuhan Pertamina,” kata Puji.
Sebelumnya, di Jakarta, Senin (24/7/2023), PT Pertamina Patra Niaga resmi memperkenalkan Pertamax Green 95 sebagai produk baru bahan bakar kendaraan. Produk itu hasil pencampuran bensin (gasoline) dengan bioetanol sebanyak 5 persen (E5) yang berbahan baku tetes tebu (molases), hingga menghasilkan BBM RON (nilai oktan) 95.
Untuk tahap awal, Pertamax Green 95 tersedia di 10 SPBU di Surabaya dan 5 SPBU di Jakarta, dengan harga jual Rp 13.500 per liter. Harga jual itu berada di antara Pertamax (RON 92) yang Rp 12.400 per liter dan Pertamax Turbo (RON 98) seharga Rp 14.000 per liter (untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya).
Implementasi pencampuran bioetanol dengan bensin itu beriringan dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel), yang diundangkan pada 16 Juni 2023.
Salah satu poin dalam perpres itu ialah adanya peningkatan produksi bioetanol, paling sedikit sebesar 1,2 juta kiloliter. Selain itu, pemerintah menugasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) antara lain untuk rencana investasi, paling sedikit berupa revitalisasi pabrik, pembangunan pabrik gula baru, dan pembangunan pabrik bioetanol.
Puji menambahkan, dalam memenuhi tantangan perluasan jangkauan wilayah Pertamax Green 95 ke depan, seperti tertuang dalam perpres, akan menjadi peran holding (perusahaan induk) perkebunan. ”Dengan membangun 10 pabrik bioetanol seperti Enero,” ucapnya.
Catatan Kompas, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk tahap awal, kemampuan kapasitas bioetanol yang siap untuk E5 sekitar 40.000 kiloliter per tahun. Itu dipenuhi oleh PT Enero sebanyak 30.000 kiloliter dan PT Molindo 10.000 kiloliter.
Kurangi impor
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di sela-sela konvensi dan pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (25/7/2023), menjelaskan, saat mencampur 5 persen bioetanol ke gasoline, terjadi peningkatan nilai oktan signifikan. Hal itu turut berkontribusi pada penurunan emisi karbon.
”Ini salah satu terobosan Pertamina dalam menurunkan emisi sekaligus mengurangi impor gasolin. (Pelaksanaannya) bertahap dan harus disinkronkan antara hulu dan hilir. Sama seperti biodiesel yang dicampur sawit. Jadi, secara bertahap akan ditingkatkan porsinya (bioetanol),” kata Nicke.
Pencampuran bioetanol dengan pertamax juga berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 252.K/HK.02/DJM/2023 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) BBM RON 95 Dengan Campuran Bioetanol 5% (E5) Yang Dipasarkan di Dalam Negeri.
Dalam peluncuran di Jakarta, Senin, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengemukakan, meski saat ini masih fokus di Jakarta dan Surabaya, produk Pertamax Green 95 ditargetkan dapat dijual di kota-kota lain di Pulau Jawa. Ia menargetkan, dalam 12 bulan ke depan, produk dapat dipasarkan untuk seluruh Pulau Jawa.
Khusus untuk Jakarta dan Surabaya, penjualan ditargetkan sekitar 400 liter per hari. Setelah pengenalan dan komersialisasi perdana Pertamax Green 95 pada Selasa, pihaknya juga menyiapkan grand launching dalam waktu dekat. Saat grand launching, pihaknya akan menyampaikan sejumlah keuntungan yang bisa didapat pelanggan dengan membeli Pertamax Green 95 tersebut.