Gubernur BI: Kecerdasan Buatan Mengubah Lanskap Ekonomi
Kecerdasan buatan atau ”artificial intelligence” (AI) mulai digunakan sistem perbankan di Indonesia. Teknologi ini dinilai dapat mendongkrak perekonomian dan siap digunakan dalam skala besar karena tren yang solid.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lanskap perekonomian Indonesia dapat berubah seiring perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sejumlah lembaga keuangan dalam negeri telah memanfaatkan teknologi ini, tetapi tetap berhati-hati untuk mewaspadai risikonya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, dapat mendongkrak ekonomi global. AI diyakini mampu meningkatkan produktivitas. Mengutip laporan McKinsey, AI dapat menghasilkan 2,6 triliun dollar AS hingga 4,4 triliun dollar AS secara global dalam setahun.
”Ini adalah potensi bagaimana penggunaan AI nanti juga akan mengubah lanskap ekonomi Indonesia,” ujar Perry dalam webinar nasional bertajuk ”Masa Depan Ekonomi Indonesia di Era Teknologi AI”, Senin (7/8/2023).
Dalam diskusi tersebut, sejumlah pembicara lain turut hadir. Di antara pembicara terdapat Ketua Data Science Center Alhadi Bustamam, Ketua Masyarakat AI Indonesia (IAIS) Lukas, Wakil Presiden Teknologi Informasi PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Taufikurrahman, serta Chief Economist PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David E Sumual.
Perry menilai, sejumlah faktor produksi, termasuk investasi pada berbagai sektor ekonomi, seperti manufaktur, kesehatan, dan transformasi dapat berlipat ganda nilai tambahnya dengan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan. Selain itu, proses reformasi proses bisnis dapat berjalan cepat.
Meski demikian, keberadaan AI juga dapat bersifat destruktif. Sebab, penyediaan produk dan jasa layanan keuangan tak lagi mengenal batas-batas bentuk institusi keuangan. Fenomena ini pula yang mendukung terjadinya perubahan lanskap ekonomi.
Perry menambahkan, risiko-risiko teknologi digital perlu diwaspadai. Hal ini, antara lain, berupa ancaman dan kejahatan siber. ”Sekarang saja kita sudah mengalami serangan-serangan, termasuk (terkait) berbagai teknologi digital di berbagai keuangan, seperti pinjaman online ilegal, kripto. (Mereka) berisiko tidak hanya (bagi) sistem keuangan, tapi juga stabilitas sistem keuangan,” tuturnya.
Sementara itu, David berpendapat, AI merupakan tren yang solid. Teknologi ini telah siap digunakan dalam skala besar karena kekuatan komputerisasinya berkembang cepat. Investor juga berminat besar pada perusahaan yang mengadopsi AI.
Meski demikian, David mengatakan, tetap butuh jangka waktu lebih dari 10 tahun sebelum inovasi menghasilkan ledakan produktivitas. ”Puncak ledakan produktivitas tercapai setelah adopsi teknologi sudah melebihi 60 persen populasi,” katanya.
Ia memperkirakan, pemanfaatan otomatisasi mampu mendongkrak produk domestik bruto berkisar 1,9-2,2 persen. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan saat ini selama 1-5 tahun mendatang.
Dalam riset BCA, porsi belanja teknologi informasi (TI) terkait AI dan kecerdasan bisnis (business intelligence) mencapai 10,3 persen dari total belanja. Proporsi terbesar dibelanjakan jasa usaha (3,5-10,3 persen) diikuti sektor distribusi, retailer, dan toserba (1,3-4,7 persen).
Sistem perbankan Indonesia mulai mengadopsi AI dalam berbagai bentuk. Hal itu dilakukan guna meningkatkan efisiensi. David mengatakan, sektor keuangan telah memanfaatkan AI, khususnya dalam bentuk machine learning. Beberapa di antaranya dalam bidang operasional dan prediksi tunai, analitik risiko dan penipuan, serta analitik pemasaran dan penyimpanan.
Hal serupa dilakukan BNI. Menurut Taufikurrahman, AI meningkatkan dukungan finansial dan efisiensi operasional. Bank pelat merah itu juga memberlakukan pembukaan akun dengan rekam biometrik.
Selain itu, BNI juga menerapkan komunikasi perbankan dari telepon ke digital hingga 33 persen per Juni 2023. Dengan melakukan panggilan langsung, biaya telepon akan lebih besar untuk alokasi infrastruktur dan petugas. ”Harapannya ini, implikasinya, mengurangi biaya transaksi,” kata Taufik.