Permintaan Energi Meningkat, Daya Beli Masyarakat Perlu Dijaga
Permintaan masyarakat terhadap energi diperkirakan masih akan meningkat seiring pulihnya aktivitas perekonomian pascapandemi Covid-19. Di sisi lain, ada tren harga minyak mentah (”crude oil”) global meningkat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan energi, seperti bahan bakar minyak dan elpiji 3 kilogram, diperkirakan akan meningkat seiring pulihnya aktivitas ekonomi masyarakat pascapandemi Covid-19. Daya beli masyarakat didorong agar tetap terjaga disertai upaya diversifikasi, seperti terus meningkatkan kapasitas bahan bakar nabati atau BBN.
Potensi peningkatan permintaan energi mulai terlihat sejak awal tahun. Kuota BBM jenis pertalite pada 2023 mencapai 32,56 juta kiloliter atau naik 8,9 persen dibandingkan kuota pada 2022. Belakangan, kebutuhan elpiji 3 kilogram (kg) atau elpiji bersubsidi pada akhir 2023 diperkirakan 8,28 juta ton atau di atas kuota 2023 sebesar 8 juta ton.
Di sisi lain, tren harga minyak mentah global meningkat. Berdasarkan catatan Trading Economics, harga minyak mentah jenis Brent meningkat dari 72,5 dollar AS per barel pada 27 Juni 2023 menjadi 88,9 dollar AS per barel pada 4 September 2023 atau tertinggi sejak November 2022.
Pengamat ekonomi energi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung, Yayan Satyakti, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (5/9/2023), menilai, permintaan terhadap energi dari masyarakat, termasuk dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), diperkirakan masih akan meningkat.
Menurut dia, biaya sejumlah bahan baku produksi masih dirasa mahal meskipun aktivitas perekonomian sudah mulai pulih. Oleh karena itu, pengendalian inflasi, seperti pada komoditas elpiji 3 kg, ataupun terjaganya harga BBM mesti dipastikan. Kendati demikian, ia tetap mendorong diversifikasi BBM lewat peningkatan pemanfaatan BBN.
”Saya menyarankan, jangan menggeser subsidi (dari pertalite) ke pertamax. Substitusi tidak bisa dilakukan dengan cepat. Kalau pertalite dihapus, (akan berdampak pada harga) karena kita lihat daya beli masyarakat saat ini sudah turun. Namun, secara perlahan biofuel terus ditingkatkan sehingga tidak semakin bergantung pada energi fosil,” kata Yayan.
Sementara terkait elpiji 3 kg, Yayan menilai masih ada kendala dari sisi logistik, terutama distribusi ke daerah-daerah yang jauh dari perkotaan, yang kerap membuat komoditas itu sulit didapat masyarakat. Kendala juga masih ditemui dari sisi supply mengingat sebagian besar kebutuhan elpiji dalam negeri dipenuhi dengan impor.
Ia juga mendorong kepastian regulasi agar subsidi energi menjadi tepat sasaran, misalnya revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM. Revisi perpres itu sempat digaungkan agar pertalite benar-benar dinikmati oleh mereka yang berhak saja. Namun, progres penerbitannya kini belum jelas.
”Kalau berbicara subsidi memang pasti rentan (dikaitkan dengan) politik. Namun, untuk menghindari ketidakpastian harus dipastikan apakah kebijakan-kebijakan itu akan dieksekusi atau tidak. Harus segera dicarikan solusinya,” katanya.
Menjaga pasokan
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023 yang disiarkan secara daring, Senin (4/9/2023), menuturkan, saat ini ada tren kenaikan harga minyak mentah. Namun, ia meyakini pemerintah akan tetap menjaga agar harga BBM bersubsidi tidak naik.
”Kalau pemerintah akan menjaga tak ada kenaikan harga sampai akhir tahun, kami menjaga dari sisi supply. Sebab, ketika supply berkurang, maka akan terjadi kenaikan harga di pasar. Kami harus menjaga agar produksi (minyak mentah) di hulu untuk kilang cukup dalam memenuhi permintaan pasar. Kami tingkatkan produksi hulu-hilir,” kata Nicke.
Nicke menambahkan, pihaknya pun terus memantau ketersediaan pasokan BBM, terutama menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Pada momen besar itu, distribusi logistik akan meningkat sehingga pasokan mesti dijaga. Pertamina sebenarnya sudah tidak lagi melakukan impor dalam produksi solar sehingga yang perlu dijaga ialah kilang.
”Tapi, untuk gasolin, seperti pertamax dan pertalite, 30 persen masih impor. Ini harus kita jaga. Seperti halnya diesel yang bisa mandiri dengan biodiesel, dari sawit, kami juga mendorong kemandirian untuk gasolin, dengan mencampurnya dengan bioenergi. Ini untuk jangka panjang,” ucap Nicke.
Untuk biodiesel, saat ini B35 atau pencampuran solar dengan biodiesel sebanyak 35 persen sudah diterapkan di tingkat nasional. Sementara pencampuran gasolin dengan bioetanol 5 persen (E5) sudah diperkenalkan kepada pelanggan, tetapi baru tersedia di 17 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur.
Pelaksana Tugas Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti mengemukakan, pada inflasi Agustus 2023 menurut wilayah, secara tahunan (year-on-year) komoditas bensin menjadi kontributor di semua wilayah. Bahkan, bensin paling berkontribusi pada inflasi di Sumatera (0,82 persen) dan Kalimantan (0,92 persen).