Humor yang Menjadi "Brand"
Karakter-karakter otentik menjadi kekuatan Srimulat. Sementara Warkop DKI menawarkan banyolan verbal. Konsisten menjajakan humor pada kekuatannya, masing-masing akhirnya tumbuh menjadi brand kuat.
Saat itu sekitar tahun 1980. Gedung Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya dipenuhi penonton yang sudah siap tertawa menanti aksi grup lawak Srimulat.
Tiba-tiba, Gepeng, salah satu pentolan grup lawak itu keluar menuju panggung. Dia hanya berdiri saja di atas panggung. Tidak bicara. Tidak bergerak. Diam saja. Berdiri mematung. Tapi penonton sudah tertawa terpingkal-pingkal.
Zaman itu, saat pentas Srimulat, kami enggak ngomong saja penonton sudah tertawa. Brand Srimulat itu sudah kuat bahwa ini sesuatu yang lucu.
“Zaman itu, saat pentas Srimulat, kami enggak ngomong saja penonton sudah tertawa. Brand Srimulat itu sudah kuat bahwa ini sesuatu yang lucu,” ujar Tarzan, mantan personil Srimulat, menceritakan kembali masa jaya grup lawak legendaris itu, ketika ditemui di kediamannya, Jakarta Timur, Rabu (13/9/2023).
Tarzan yang bergabung menjadi anggota Srimulat pada periode Mei 1979 - Desember 1986, menjelaskan, barangkali jaminan lucu itulah yang membuat nama grup lawak yang berdiri sejak 1950 ini bisa melegenda dan tetap berada di hati serta ingatan masyarakat hingga saat ini.
Padahal sejatinya, jurus lawakan mereka itu ya ‘gitu-gitu’ saja alias sudah bisa ditebak. Misalkan, pelawaknya lagi adegan makan tiba-tiba sendoknya meleset mencolok mata. Atau lagi jalan, tiba-tiba kaki tersandung kaki kursi. Namun tetap saja, itu sukses meledakkan tawa penonton.
Pendiri Srimulat, Pak Teguh, punya resep khusus yaitu “Lucu itu aneh”. Maka para pelawak Srimulat pun terbiasa menciptakan lakon yang kala itu dinilai ganjil seperti laki-laki berpakaian wanita seperti diperankan Tessy. Atau lakon drakula yang kerap diperankan Paul Polii.
Tarzan menambahkan, ketika seorang pelawak sudah dikenal masyarakat sebagai sosok yang lucu dan bisa mengundang tawa, hal itu terbawa dalam benak penonton. “Saat penonton hendak menonton Srimulat, dari rumah mereka sudah siap tertawa. Bawah sadarnya kayaknya tahu itu,” ujar Tarzan.
Saat penonton hendak menonton Srimulat, dari rumah mereka sudah siap tertawa. Bawah sadarnya kayaknya tahu itu.
Selain Srimulat, bila berbicara soal legenda dunia hiburan komedi, tak afdol rasanya bila tidak menyebut Warkop DKI. Trio legendaris Dono, Kasino, Indro, ini menyajikan cara melawak yang berbeda dari Srimulat.
“Kekuatan Warkop DKI ada pada lawakan gaya verbal,” ujar Indro ditemui di kediamannya, Jakarta Timur, Senin (18/9/2023).
Bila kekuatan Srimulat pada lawakan yang mengandalkan gerakan dan tampilan fisik unik para pelawaknya, Warkop DKI lebih mengandalkan olah kata-kata atau komedi verbal. Busana para personil Warkop DKI juga tampak wajar seperti warga pada umumnya, bahkan kerap tampil rapi mengenakan jas.
Grup lawak yang awalnya kuintet lalu jadi trio ini, terkenal melalui gaya komedi verbal yang kocak namun juga menyentil kondisi sosial masyarakat. Banyak penggalan frasa yang dipopulerkan trio ini yang masih ‘hidup’ dan relevan di masa kini. Sebut saja misalnya, “gile lu, ndro!” atau “tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”.
Perbedaan cara melucu ini tak lepas dari para aktor di balik berdirinya Warkop DKI. Terbentuk pada September 1973, embrio kocak Warkop bersumber dari para mahasiswa intelek namun ngocol pada masa itu. Salah satu pendiri Warkop, Rudy Badil, di dalam buku “Main-main Jadi Bukan Main” mengisahkan, Warkop Prambors identik dengan komedian kampus andalan Radio Prambors.
Brand dan cara ngebanyol Warkop DKI ini pun tetap bertahan tak lekang waktu hingga saat ini. Bahkan, dilihat dari aspek komersial, brand Warkop DKI ini masih laris manis di pasaran.
Film yang mengangkat kembali gaya humor Warkop DKI walau dengan pemeran baru ini berhasil menyedot 6,8 juta orang penonton datang ke bioskop.
Salah satu buktinya, film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 pernah menjadi film bioskop terlaris sepanjang masa di Indonesia selama 6 tahun sejak peluncurannya pada 2016. Film yang mengangkat kembali gaya humor Warkop DKI walau dengan pemeran baru ini berhasil menyedot 6,8 juta orang penonton datang ke bioskop.
Sekuel film ini yakni Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 yang tayang setahun setelahnya juga masih mencatat jumlah penonton yang besar yakni 4,08 juta orang. Catatan ini membuat film ini menduduki peringkat ke-10 film terlaris sepanjang masa di Indonesia.
Saking masih kuatnya brand kocak nan sukses dari Warkop DKI, pada 2021 sempat muncul trio Warkopi yang berpenampilan mirip seperti trio Dono, Kasino, Indro. Namun, belum sempat naik daun lebih lanjut, aktivitas trio sudah berhenti lantaran ditegur Indro karena belum meminta izin resmi.
Kemelekatan
Dihubungi terpisah, Chief Executive Officer (CEO) Institut Humor Indonesia Kini (IHIK) Novrita Widiyastuti mengatakan, fenomena lawakan Srimulat dan Warkop DKI itu unik. Sebab, penonton sejatinya sudah paham dan bisa menebak arah guyonan pelawak itu, tapi penonton tetap tertawa bahkan menantikannya.
Ini berbeda dengan guyonan yang disampaikan komika masa kini. Ketika mereka mengulang materi lawakan lamanya untuk kedua atau ketiga kalinya, penonton sudah tidak lagi tertawa karena sudah tahu.
Bahkan, lanjut Novrita, cara lawak Srimulat ini saat ini berkembang jadi satu genre sendiri. “Sampai ada ungkapan, bercandaanmu Srimulat banget atau kayak Warkop DKI. Berarti produk humor mereka itu sudah melekat di masyarakat,” ujar Novrita.
Fenomena Srimulat dan Warkop DKI ini adalah contoh nyata suatu brand sudah pada tahap advokasi atau evangelisme.
Pengamat Pemasaran dan Branding yang juga Managing Partner Inventure Yuswohady mengatakan, fenomena Srimulat dan Warkop DKI ini adalah contoh nyata suatu brand sudah pada tahap advokasi atau evangelisme. Artinya, publik sendiri yang saking suka dan gandrungnya, sampai mengajak orang lain untuk ikut menyukainya. Ini adalah level tertinggi capaian sebuah brand setelah sebelumnya melewati beberapa tahapan seperti menciptakan kesadaran, lalu kesetiaan akan produk.
“Srimulat dan Warkop DKI itu levelnya sudah legenda. Sudah makrifat istilahnya. Sudah melekat di masyarakat sebagai suatu produk humor yang disukai masyarakat,” ujar Yuswohady dihubungi Rabu (27/9/2023).
Ini merupakan hasil kerja keras mereka bertahun-tahun bisa konsisten menghasilkan produk humor yang berkarakter kuat dan digemari masyarakat. Ingatan akan brand itu terus menebal menjadi sebuah produk humor yang jadi jaminan lucu di benak masyarakat.
Melestarikan
Kendati demikian, Yuswohady mengatakan, sebuah brand juga perlu terus dirawat dan diremajakan. Bila tidak, brand yang telah melegenda dan melekat di benak masyarakat sekalipun bisa menghilang karena keadaan pasar telah berubah.
Penggemar setia Srimulat kebanyakan generasi baby boomers dan generasi X yang kebanyakan sudah menua dan jumlahnya terus berkurang. Sedangkan kini, pasar didominasi generasi milenial dan Generasi Z. Generasi muda ini punya cita rasa berbeda. Untuk tetap melestarikan brand Srimulat, perlu ada penyesuaian produk humor dan kemasan baru agar bisa tetap relevan serta dinikmati generasi yang lebih muda.
Warkop DKI diuntungkan karena mereka tampil di sejumlah film yang dulu rutin diputar stasiun televisi.
Hal ini berhasil dilakukan oleh Indro Warkop dan timnya dalam melestarikan brand-nya. Ini tak lain salah satunya karena Indro sebagai satu-satunya personil asli Warkop merangkul banyak anak muda sehingga bisa tetap menciptakan produk humor sesuai selera generasi masa kini.
Ia menambahkan, Warkop DKI diuntungkan karena mereka tampil di sejumlah film yang dulu rutin diputar stasiun televisi. Bahkan kini, beberapa film lawas Warkop DKI juga sudah bisa dinikmati di berbagai layanan pemutar film berbayar. Hal ini turut melestarikan Warkop DKI.
Berbeda dengan Srimulat yang lebih banyak tampil dengan format panggung. Maka kekuatan lucunya adalah para aktor dan pelawaknya yang sangat otentik. Ketika para aktor itu sudah meninggal atau menua, maka para penggantinya kesulitan untuk membuat penonton tertarik.
“Kekuatan Srimulat itu adalah para aktornya yang sangat otentik. Ketika mereka diganti, ada kesulitan untuk mencapai level lucu itu. Kekuatan mereka itu juga sekaligus juga jadi tantangan untuk melestarikan brand grup ini,” ujar Yuswohady.
Ia menambahkan, Michael Jordan dan brand produk sepatu Air Jordan bisa menjadi pelajaran. Mega bintang bola basket NBA itu sudah lama pensiun. Namun Air Jordan masih saja menjadi produk sepatu yang laris manis di pasaran sampai sekarang. Ini tak lain dari kecerdasan tim Nike untuk melestarikan produk itu dengan menyesuaikan selera pasar saat ini.
Baca juga: Di Balik Lucunya Srimulat dan Warkop yang Selalu Dirindukan
Guru Besar Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Rhenald Kasali mengatakan, brand bisa saja hilang dari masyarakat bila sudah tidak lagi terjadi interaksi atau engagement dengan masyarakat. Maka upaya melestarikan brand itu perlu dilakukan dengan strategi menyesuaikan produk dan pemasarannya dengan selera pasar saat ini.
Ia merujuk musisi kawakan asal Kanada, David Foster. Musisi yang usianya sudah lebih dari kepala tujuh ini sudah aktif di dunia hiburan sejak era 1970-an. Namun sampai kini, dia masih eksis. Saat menggelar konser di Jakarta pada Agustus 2023, tiketnya laris manis. Rahasianya, dia menggandeng musisi dalam negeri yang tengah naik daun, yakni Raisa
“Perlu terus mengembangkan strategi yang bisa menarik penonton,” ujar Rhenald.