68 Perusahaan Melantai, BEI Himpun Rp 49,6 Triliun
Dana saham itu terkumpul untuk perusahaan dengan aset skala menengah.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS –Bursa Efek Indonesia mencatat rekor pencatatan emiten baru secara tahunan, 68 perusahaan per Oktober 2023. Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 49,6 triliun.
Rekor itu terjadi menyusul masuknya dua emiten baru, yakni PT Kokoh Exa Nusantara Tbk dan PT Sumber Sinergi Makmur Tbk, Jumat (6/10/2023). Sebanyak 26 emiten lainnya akan menyusul hingga akhir 2023. Jumlah itumengalahkan pencatatan bursa pada tahun 1990 yang mencapai 66 perusahaan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/10/2023), menyebutkan, pencatatan emiten baru itu disumbang antara lain oleh korporasi dengan aset menengah.
”Sebanyak 27 dari 68 perusahaan atau sekitar 39,7 persen merupakan perusahaan dengan aset skala besar, disusul sebanyak 31 perusahaan atau sekitar 45,6 persen termasuk dalam kategori aset skala menengah. Sisanya, yaitu 10 perusahaan atau sekitar 14,7 persen, termasuk dalam kategori aset skala kecil,” tuturnya.
Penawaran saham (Initial Public Offering/IPO) oleh perusahaan yang mayoritas beraset menengah itu berhasil mengumpulkan dana Rp 49,6 triliun. Jumlah korporasi yang melakukan IPO dan catatan dana terhimpun tahun ini melampaui pencatatan pada 2022 yang mencapai 59 perusahaan dengan dana sebesar Rp 33,06 triliun.
Namun catatan dana yang dihimpun per Oktober 2023 itu masih di bawah catatan pada 2021. Saat itu, dana terhimpun mencapai Rp 62,61 triliun dari 54 perusahaan. Fenomena ini terjadi antara lain karena masuknya dua korporasi besar.
Kedua korporasi yang dimaksud adalah perusahaan e-dagang PT Bukalapak Tbk (BUKA) dan anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL). Masing-masing berhasil menghimpun dana senilai Rp 21,9 triliun dan sebesar Rp 18,8 triliun.
Dua emiten ini masih menjadi dua teratas dari 10 emiten baru terbesar dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini, kata Nyoman, menunjukkan bahwa BEI tidak hanya eksklusif bagi perusahaan sektor ataupun ukuran tertentu. Bursa senantiasa berupaya untuk memberikan pendekatan yang lebih inklusif sesuai dengan dinamika bisnis Indonesia.
"Kami menyambut kehadiran perusahaan-perusahaan Indonesia dari berbagai ukuran, jenis dan sektor usaha dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dan kepatuhan. Harapannya, Bursa dapat memberikan kesempatan yang lebih luas dan menjadi katalis bagi perusahaan di Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan skala kecil dan menengah, serta meningkatkan going concern bagi perusahaan skala besar," ujarnya.
Sementara itu, penghimpunan dana emiten tidak lepas dari tumbuhnya jumlah investor di pasar modal Tanah Air. Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat, dalam diskusi di Jakarta baru-baru ini melaporkan, jumlah investor yang tercatat di Bursa sudah mencapai 11,7 juta orang. Angka itu meningkat 36 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Sebagian besar investor di pasar modal berusia muda di bawah 30 tahun. Menurut data KSEI per Agustus 2023, investor dari kategori usia termuda itu mencapai 57,04 persen dengan total aset Rp 50,51 triliun.
Secara umum, investor saham atau reksa dana di pasa modal juga sudah menyebar hampir di seluruh pulau besar di Indonesia. Sampai September lalu, sebanyak 5 persen investor tersebar di Kalimantan, 4 persen di Sulawesi, 3,54 persen di Balinusra, dan 1,13 persen di Maluku dan Papua.
"Semua kepulauan Indonesia sudah tumbuh investornya dan saya kira itu juga berkat kerja keras dan kerja sama sangat erat di SRO (Self-Regulatory Organization) pasar modal dan OJK. Mudah-mudahan dari hari ke hari makin proporsional ke depannya, terutama mungkin nantinya ketika IKN sudah di Kalimantan, saya kira angkanya lebih menyebar," kata Samsul.