Antisipasi Kereta Anjlok, Badan Penyelenggara Prasarana Diusulkan
Dalam lima tahun terakhir setidaknya terjadi enam kecelakaan anjloknya kereta api. Ketua Institut Studi Transportasi Darmaningtyas merekomendasikan dibentuknya Badan Penyelenggara Prasarana secara khusus.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Institut Studi Transportasi Darmaningtyas merekomendasikan dibentuknya Badan Penyelenggara Prasarana secara khusus sesuai amanat Undang-Undang Perkeretaapian guna meminimalisasi kecelakaan kereta api yang terus berulang. Dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada enam kecelakaan anjloknya kereta api. Jumlah tersebut belum termasuk kereta komuter yang beberapa kali juga mengalami kecelakaan serupa.
Saat ini, lanjut Darmaningtyas, pemeliharaan prasarana masih tanggung jawab regulator, tetapi implementasinya dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan dana Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara atau Infrastructure Maintenance and Operation (IMO).
Dalam waktu bersamaan, KAI juga masih dibebankan membayar track access charge (TAC), yakni biaya yang harus dibayar pihaknya pada pemerintah atas prasarana perkeretaapian yang dimiliki pemerintah. Oleh karena itu, semestinya hanya satu skema yang digunakan.
Sebagai contoh, PT KAI membayar TAC, tetapi pemeliharaan sepenuhnya dilakukan regulator. ”Sebaliknya, ketika pemeiliharaan dilaksanakan KAI, TAC tak perlu dibayarkan,” kata Darmaningtyas, Kamis, (19/10/2023).
Kecelakaan kereta api terakhir terjadi pada KA Argo Semeru yang anjlok lalu bersenggolan dengan KA Argo Wilis di Dusun Kalimenur, Desa Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo, Selasa (17/10/2023). Tercatat ada 32 korban luka ringan. Empat orang di antaranya dirawat di rumah sakit terdekat.
Delapan kereta mengalami keterlambatan akibat peristiwa itu. Vice President KAI Joni Martinus menyebut beberapa di antaranya KA 17 (Semeru) relasi Surabaya Gubeng-Gambir yang baru tiba pukul 00.35 atau terlambat hampir lima jam; KA 55 (Gajayana) relasi Surabaya Gubeng-Gambir datang pukul 05.00, terlambat hampir dua jam; serta KA 87 (Senja Utama Solo) relasi Solo-Pasar Senen yang datang pukul 04.14, terlambat lebih dari satu jam.
Sementara itu, beberapa KA lain menerima pengalihan penumpang. Salah satunya KA Sawunggalih yang menampung penumpang eks KA Argo Semeru menuju Stasiun Kroya atau Purwokerto, kemudian lanjut dengan KA lain ke Jakarta.
Terkait potensi kerugian, Joni belum dapat mengonfirmasi besarannya. ”Potensi kerugian masih dalam tahap perhitungan,” katanya.
Pihaknya juga menjamin tiap penumpang menerima kompensasi sesuai Peraturah Menhub Nomor PM 63/2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan KA. Kompensasi didapat berdasar durasi keterlambatan kereta.
Sebagai contoh, saat terjadi keterlambatan keberangkatan kereta lebih dari satu jam, penumpang dapat membatalkan tiket serta mendapat pengembalian seluruh biaya tiket (refund). Namun, penumpang yang tak membatalkan tiket akan menerima minuman ringan. Kemudian kompensasi bertambah jadi minuman dan makanan ringan berat atas keterlambatan lebih dari tiga jam.
Selain itu, jika ada kereta yang tak dapat melanjutkan ke stasiun tujuan karena hambatan dalam perjalanan, PT KAI wajib menyediakan kereta atau transportasi lain sampai stasiun tujuan dan ada ganti rugi seharga tiket.
Salah satu penumpang terdampak, Imam Ekowicaksono (34), mengatakan telah mendapat kompensasi yang sesuai. Ia merupakan penumpang KA Kahuripan relasi Kiaracondong-Blitar yang akan berhenti di Lempuyangan, Yogyakarta. Apabila perjalanan normal, waktu tempuh berjalan delapan jam. Namun, kecelakaan kemarin mengakibatkan keterlambatan hingga lima jam. Imam baru sampai Stasiun Lempuyangan sekitar pukul 13.00.
”Kami enggak lewat Kebumen (Jawa Tengah) karena KA anjlok, jadi diarahkan ke jalur utara lewat Semarang, lalu terakhir ke Solo (Surakarta). Sampai Solo pukul 11.30 lalu dioper kereta pengumpan, baru sampai Yogyakarta sekitar pukul 13.00. Jadwal lebih lama karena harus memutar,” tutur Imam.
Selama perjalanan itu, Imam menerima tiga kali kompensasi. Kompensasi tersebut berupa air mineral, camilan, serta makanan berat yang dibagi dalam paket yang berbeda-beda.
Hal serupa diutarakan penumpang lain, Desy Sulaiman (46), yang menggunakan KA Fajar Utama Yogya relasi Yogyakarta-Jakarta. Ia berangkat dari Purwokerto ke Bekasi dengan dialihkan melalui KA Sawunggalih dengan relasi yang serupa. ”On time berangkatnya hanya beda empat menit,” kata Desy.
Walau demikian, Imam berharap agar ketika kondisi serupa terjadi, para penumpang mendapat estimasi waktu kapan tiba di tujuan. Hal ini membantu mereka menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang tertunda sehingga dapat mengantisipasi lebih awal.
Agar ketika kondisi serupa terjadi, para penumpang mendapat estimasi waktu kapan tiba di tujuan. (Imam Ekowicaksono)
Menurut Darmaningtyas, kompensasi semestinya bisa disesuaikan karena keterlambatan disebabkan kecelakaan. Konsumen dapat diberi kompensasi lebih dari aturan reguler. ”Ini, kan, force majeure, jadi perlakuannya, ya, sesuai dengan kondisi itu, bukan kondisi normal,” ujarnya.
Sementara itu, jalur hulu antara Stasiun Sentolo-Wates, tempat kecelakaan berlangsung, berangsur normal sejak Rabu (18/10/2023). KA Argo Lawu relasi Stasiun Solo Balapan-Gambir merupakan kereta pertama yang melewati petak lintas KM 520+4, lokasi kecelakaan.
EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan, sejumlah perbaikan jalur rel dengan memperkuat tubuh jalan rel terus dilaksanakan agar jalur kedua dapat segera beroperasi kembali.
Dalam proses evakuasi, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menggunakan empat derek (crane), satu kereta penolong, serta satu multitie tamper. Namun, KAI belum dapat mengonfirmasi penyebab kecelakaan. Pihaknya bersama Kementerian Perhubungan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan kepolisian masih menyelidiki kejadian kemarin.