BTS Wajib Militer, Korsel Kehilangan Potensi Cuan Rp 45,7 Triliun
BTS akan ”tenggelam sementara” dari industri kreatif karena para personelnya menjalani wajib militer. Mereka berencana terbit lagi pada 2025. Selama jeda berlangsung, bagaimana dengan nasib ekonomi Negeri Ginseng?
Mungkinkah devisa suatu negara dipengaruhi oleh sebuah boyband? Pertanyaan ini barangkali berlebihan, tapi tidak untuk Korea Selatan.
Korea Selatan seperti halnya negara-negara lain, pendapatan devisanya banyak datang dari hasil ekspor barang dan investasi modal asing. Namun negeri ginseng itu punya variabel unik dan menarik.
Dalam struktur pendapatan devisanya, ada kontribusi grup megabintang pop BTS yang tidak sedikit.
Dalam struktur pendapatan devisanya, ada kontribusi grup megabintang pop BTS yang tidak sedikit. Popularitas kelompok penyanyi pria itu menjalar hingga tingkat global. Alhasil, devisa yang dihasilkannya mencapai miliaran dollar Amerika Serikat (AS) alias triliunan rupiah.
Namun, potensi pendapatan dari BTS itu akan segera lenyap. Sebab, para personelnya harus undur diri sementara dari gemerlap panggung hiburan untuk menjalani wajib militer.
18 bulan
Kendati menyandang status megabintang pop, tujuh personel BTS tak luput dari kewajiban menjalani wajib militer. Selama kurang lebih 18 bulan ke depan, mereka akan absen sepenuhnya dari seluruh aktivitas dunia hiburan.
Selasa (12/15/2023), dua personel BTS, Jungkook dan Jimin, mulai resmi mengikuti wajib militer untuk negaranya. Mereka menyusul kelima rekannya yang telah lebih dahulu berpartisipasi, yakni Jin (Kim Seok Jin), J-Hope (Jung Ho Seok), Suga (Min Yoon Gi), RM (Kim Namjoon), dan V (Kim Taehyung).
Artinya, kini semua personel BTS menjalani wajib militer. Dengan demikian, BTS akan absen dari seluruh ingar-bingar dunia hiburan setidaknya hingga 2025. Para ARMY pun harus puasa dan bersabar menyaksikan kembalinya para idola mereka.
Baca juga: Nasib BTS Ditinggal Semua Anggota untuk Wajib Militer
Wajib militer merupakan kebijakan pemerintah Korea Selatan yang mewajibkan laki-laki berusia 18-28 tahun untuk terlibat dalam cabang militer tertentu. Kebijakan ini sudah berlaku sejak 1957 sebagai antisipasi bila ada serangan dari Korea Utara.
Perang Korea, antara Korea Utara dan Korea Selatan, berlangsung 1950-1953. Kedua negara menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 27 July 1953. Sampai saat ini, adalah perjanjian gencatan senjata inilah yang menahan kedua negara untuk tidak berperang. Artinya, status perang masih berlangsung hingga kini.
Ruang dispensasi
Sejatinya, pemerintah bisa memberikan pengecualian kepada warganya yang berprestasi. Salah satu contohnya adalah bintang sepakbola klub Tottenham Hotspurs, Son Heung Min. Son dibebaskan dari wajib militer karena berhasil membawa kesebelasan Korea Selatan meraih medali emas di Asian Games 2018.
Desakan agar dispensasi juga diberikan kepada BTS juga datang dari sejumlah pihak. Sebagian masyarakat menganggap BTS layak mendapatkan dispensasi karena berpretasi. Salah satunya adalah keterlibatan BTS dalam soft diplomacy Seoul di sejumlah panggung global.
Desakan agar dispensasi juga diberikan kepada BTS juga datang dari sejumlah pihak.
Pada September 2021 misalnya, BTS hadir dalam Sidang Majelis Umum ke-76 Perserikatan Bangsa Bangsa (UN) di New York, AS. Tahun berikutnya, BTS juga ikut menjadi pengisi soundtrack Piala Dunia 2022 di Qatar.
Merespons desakan itu, Pemerintah Korea Selatan akhirnya mengambil jalan tengah dengan memberikan kelonggaran usia mengikuti wajib militer hingga 30 tahun, khusus bagi BTS. Kebijakan ini setidaknya sempat menahan kepergian BTS untuk ikut wajib militer. Namun, dengan berbagai pertimbangan teknis dan non teknis, BTS akhirnya tetap memenuhi kewajiban negara itu.
Konser triliunan rupiah
Kembali ke urusan devisa, nilai ekonomi dan pendapatan devisa negara dari tujuh laki-laki idola remaja sedunia ini memang tidak main-main. Menurut Hyundai Research Institute seperti dikutip Fortune, BTS pada 2018 berkontribusi lebih dari 4 triliun won atau 3,6 miliar dollar AS untuk Korea Selatan.
Dana ini setara dengan kontribusi 26 perusahaan ukuran menengah di Korea Selatan. Kalau dirupiahkan, nilainya lebih-kurang Rp 55,82 triliun. Ini lebih besar dibandingkan gabungan anggaran belanja Provinsi Banten (Rp 11 triliun) dan Provinsi Jawa Barat (Rp 35 triliun).
Sebuah konser BTS selama tiga hari di Seoul memiliki dampak ekonomi setara dengan Rp 11,55 triliun
Penelitian ini juga mengungkap, 1 dari 13 wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Korea Selatan pada 2017 karena alasan kegandrungan pada BTS. Kehadiran para wisman ini menciptakan kegiatan ekonomi dengan nilai 1,1 miliar dollar AS hasil dari penjualan barang konsumsi seperti pernak-pernik BTS dan kosmetik.
Pengajar di Korea University, Pyun Ju-Hyun, dalam risetnya mengatakan, sebuah konser BTS selama tiga hari di Seoul memiliki dampak ekonomi setara dengan 1 triliun won atau setara dengan 773 juta dollar AS. Angka ini lebih-kurang setara Rp 11,55 triliun atau sama dengan satu tahun APBD Banten.
Itu baru dari kegiatan di Korea Selatan saja. Saat menggelar tur di luar negeri, BTS juga mendulang cuan. Uang yang ditransfer dari luar negeri ke Korea Selatan menjadi pendapatan devisa.
Pendulang cuan
Mengutip situs pencatat statistik konser, Touring Data, konser BTS bertajuk Permission to Dance On Stage berhasil mengumpulkan 230,7 juta dollar AS atau lebih kurang Rp 3,6 triliun dari total 12 konsernya yang tersebar di berbagai format, baik konser panggung maupun livestream.
Angka ini lebih tinggi dari band top dunia lainnya seperti Coldplay dalam tur konser Music of The Spheres yang mendulang pendapatan 178 juta dollar AS dari 34 konser di seluruh dunia.
Pada periode 2014-2023, analis ekonomi Korea Selatan memproyeksikan BTS berkontribusi rata-rata Rp 45,7 triliun per tahun.
Konser BTS juga lebih banyak mendulang cuan ketimbang tur konser dunia penyanyi solo pop dunia Harry Styles misalnya yang meraup keuntungan 157,4 juta dollar AS dari 67 konsernya.
Pada periode 2014-2023, analis ekonomi Korea Selatan memproyeksikan BTS berkontribusi 41,8 triliun won atau sekitar 29,4 miliar dollar AS untuk negara itu. Dalam rupiah, nilainya kurang lebih Rp 456,6 triliun selama sepuluh tahun atau rata-rata Rp 45,7 triliun per tahun.
Duta global
Laporan Forbes menyebutkan, pada 2019, BTS menyumbang 4,65 miliar dollar AS atau sebesar 0,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan. Ini membuat kontribusi BTS setara dengan perusahaan konglomerasi seperti Samsung.
Kepopuleran BTS ini membuat mereka juga menjadi duta merek global seperti Samsung Electronics, Fila, Hyundai Motor, Coway, dan Lotte Duty Free. Di Indonesia, BTS kerap menghiasi iklan Tokopedia.
Ini membuat kontribusi BTS setara dengan perusahaan konglomerasi seperti Samsung.
D luar ini, masing-masing personel BTS juga jadi duta merek global lainnya. Sebut saja misalnya Jungkook yang jadi duta merek jenama pakaian Calvin Klein.
Dengan ketenaran dan kesuksesan yang telah mendunia, BTS pun menikmati banjir cuan. Mengutip Forbes, boyband yang populer dengan lagu “Dynamite” ini berhasil meraup pendapatan hingga 50 juta dollar AS pada 2020. Ini menempatkan mereka sebagai selebritas dengan pendapatan terbesar nomor 47 di seluruh dunia.
Diferensiasi produk
Lantas bagaimana devisa Korea Selatan saat semua personel BTS sedang menjalani wajib militer? Layaknya jurus korporasi yang sudah jamak, Korea Selatan telah menerapkan diferensiasi produk.
Dan Korea Selatan tidak hanya BTS. Masih ada deretan bintang pop yang masih berkibar di dunia hiburan dengan membawa panji-panji Negeri Gingseng itu. Sebut saja grup pop wanita Blackpink dan Newjeans.
Di luar musik, Korea Selatan juga menawarkan berbagai jenis industri kreatif lainnya yang tak kalah populer.
Ada pula boyband lain yang tak kalah top seperti Seventeen, EXO, dan NCT. Beberapa musisi kawakan juga masih bersinar, seperti Super Junior dan PSY.
Di luar musik, Korea Selatan juga menawarkan berbagai jenis industri kreatif lainnya yang tak kalah populer seperti drama Korea (drakor), film, busana, makanan-minuman, kosmetik, hingga barang elektronik. Demam hal-hal berbau Korea atau biasa disebut ‘Hallyu’ ini masih akan menjamur tak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.
Persepsi positif
Mengutip riset Asia Fund Managers, ekspor produk ‘Hallyu’ atau industri kreatif Korea terus menunjukkan pertumbuhan pesat. Pada 2004, nilainya 1,87 miliar dollar AS. Pada 2018 nilainya meroket menjadi 9,48 miliar dollar AS. Pada 2019, nilainya melonjak menjadi 12,3 miliar dollar AS.
Tak hanya soal berkontribusi pada kocek devisa negara, industri kreatif ini juga menjadi instrumen vital pada soft diplomacy Korea Selatan di dunia. Hasilnya, persepsi dunia akan Korea Selatan menjadi positif dan populer.
Mengutip “Global Hallyu Trends” yang dirilis Korean Foundation for International Cultural Exchange pada 2020, persepsi positif akan produk ‘Hallyu' di AS meningkat pesat dari 49,9 persen pada 2017 menjadi 78,6 persen pada 2019.
Di luar musik, Korea Selatan juga menawarkan berbagai jenis industri kreatif lainnya yang tak kalah populer.
Di Uni Emirat Arab, persepsi positif produk ‘Hallyu’ melonjak dari 41 persen pada 2017 menjadi 69 persen pada 2019. Begitu juga di Indonesia, persepsi positif produk ‘Hallyu' naik signifikan dari 47,8 persen pada 2017 menjadi 77 persen pada 2019.
Kondisi Korea Selatan saat ini, sesuai dengan kata dalam Bahasa Korea Selatan yang saat ini sedang tren di Tiktok yaitu ‘Gwenchana’, yang artinya semua baik-baik saja. Namun, tak lupa mengucapkan ‘Kamsahamnida’ atau terima kasih kepada BTS atas kontribusinya selama ini.