Bandara Kediri Ditargetkan Mulai Operasi Awal 2024
Kepastian pemerintah terkait jadwal pengoperasian Bandara Dhoho dinanti maskapai penerbangan. Tindakan ini dinilai memberikan kejelasan dalam memutuskan partisipasi untuk terbang dan mendarat di bandara baru.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bandara Dhoho, Kediri, akan segera beroperasi pada awal 2024. Hingga kini baru Super Air Jet yang terkonfirmasi akan memulai penerbangan di sana. Sementara maskapai lain masih menanti sertifikasi bandara yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan.
Legal, Compliance and Stakeholder Relation Manager PT Angkasa Pura (AP) I (Persero) Donny Novanto mengatakan, Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur, telah siap beroperasi baik dari konstruksi bangunan maupun operasionalisasi. Berbagai penilaian (assessment)dan pengujian telah dilakukan.
Uji kalibrasi telah berlangsung pada 8 Desember 2023 yang dihadiri Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. Setelahnya, kegiatan identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengecekan pelayanan penumpang serta kargo (ground handling) juga dilakukan oleh sejumlah maskapai penerbangan.
Meski demikian, belum ada kepastian kapan Bandara Dhoho, Kediri, akan mulai beroperasi. ”Terkait rencana operasional masih menunggu lampu hijau dari Kemenhub. Kami menunggu izin dari pihaknya. Apabila sudah ada, pada prinsipnya kami siap,” ujar Donny saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Pertemuan dengan sejumlah maskapai penerbangan telah dilakukan AP I, antara lain Super Air Jet (Lion Group), PT Citilink Indonesia, dan Sriwijaya Air. Sejauh ini tanggapannya cukup positif. Sebagai operator Bandara Dhoho, AP I tengah membahas pembukaan rute di sana.
Menanggapi hal ini, Staf Khusus Menhub Bidang SDM dan Kehumasan Adita Irawati berharap bandara ini dapat mulai beroperasi pada Januari 2024 sembari menanti kesiapan maskapai.
”Hingga saat ini (pihak) yang sudah mengonfirmasi adalah Super Air Jet (Lion Group). (Pihak) lain-lain tengah berproses mengatur penerbangan dari aspek ketersediaan pesawat maupun komersial,” ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kemenhub Novie Riyanto mengemukakan, Bandara Dhoho merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang ditargetkan segera rampung. Bandara ini diharapkan segera beroperasi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, persiapan-persiapannya terus dimatangkan.
Pihak Bandara Dhoho telah berkoordinasi pula dengan penerbangan internasional, khususnya haji dan umrah. Hal ini menunjukkan lapangan terbang ini didesain berskala internasional.
Landas pacu bandara mencapai 3.300 meter dan lebar 45 meter. Kapasitas bandara yang besar mampu menjadi tempat pendaratan pesawat-pesawat berbadan lebar, antara lain Boeing 777 dan Airbus A330.
Jalur perpindahan pesawat membentang sepanjang 306 meter x 32 meter serta 438 meter x 32 meter. Luas gedung terminal bandara mencapai 18.224 meter persegi (Kompas.id, 1/12/2023).
Pada tahap awal, terminal Bandara Dhoho dapat menampung 1,5 juta penumpang per tahun. Pembangunan tahap selanjutnya, kapasitas penumpang tahunan bertambah menjadi 4,5 juta orang, bertahap naik hingga mencapai 10 juta orang.
Pembangunan bandara di selatan Jawa ini disokong PT Surya Dhoho Investama, anak usaha PT Gudang Garam yang menanamkan modalnya hingga Rp 13 triliun. Proyek ini menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Serangkaian penilaian serta analisis dilakukan pada Bandara Dhoho, baik pemerintah maupun maskapai penerbangan. Beragam aspek menjadi pertimbangan sebelum memutuskan melakukan pendaratan di sana.
Corporate Communications Strategic of Lion Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan, Lion Group telah bersiap melakukan uji terbang tahap awal (proving flight). Evaluasi dilakukan untuk menilai aspek-aspek krusial.
Di antaranya adalah kecepatan layanan, ketepatan waktu, serta efisiensi penggunaan infrastruktur bandara. Selain itu, alur pergerakan penumpang, pemeriksaan keamanan, prosedur check in juga pelayanan di area terminal juga dipantau.
”Aspek kenyamanan dan keamanan penumpang menjadi perhatian utama dalam pengembangan alur pergerakan di Bandara Dhoho,” kata Danang secara tertulis.
Dalam waktu dekat, Lion Group akan melakukan uji terbang. Upaya ini dilakukan untuk memastikan kelaikan Bandara Dhoho melayani penerbangan komersial.
Meski Danang tak menjawab secara gamblang terkait niat Lion Group beroperasi, pihak Kemenhub mengonfirmasi Super Air Jet akan mengawali penerbangan di bandara baru ini.
Sebaliknya, Citilink belum dapat memastikan terkait operasionalisasinya. Sertifikasi bandara dari Kemenhub menjadi pertimbangan lain untuk memutuskan anak perusahaan Garuda Indonesia ini beroperasi.
”Tentunya kami masih menunggu informasi lebih lanjut dari jadwal pengoperasian Bandara Dhoho,” ujar Head of Corporate Secretary and CSR Division Citilink Haza Ibnu Rasyad.
Keberadaan Bandara Dhoho dinilai menambah konektivitas di Jawa Timur. Hal ini diharapkan bisa menyokong Bandara Juanda, Surabaya, dengan landas pacu yang sering bermasalah.
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo menilai, Bandara Dhoho akan beririsan dengan Bandara Juanda, Surabaya, dan Bandara Abdulrachman Saleh, Malang. Beroperasinya Bandara Dhoho akan menambah pasar penerbangan, termasuk makin terbaginya permintaan dari kedua bandara lainnya.
Hal ini serupa dengan apa yang terjadi pada Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. Pasar di daerah itu terpecah seiring beroperasinya bandara APT Pranoto, Samarinda.
Bandara Dhoho akan beririsan dengan Bandara Juanda, Surabaya, dan Bandara Abdulrachman Saleh, Malang.
Panjangnya landas pacu Bandara Dhoho dinilai dapat mengatasi permasalahan bandara lainnya. Penerbangan internasional diharapkan jadi pangsa pasar bandara di Kediri ini.
”Saat ini, pesawat internasional hanya dilayani bandara Juanda, tapi runway-nya sering bermasalah dan tidak bisa diperbaiki maksimal karena hanya ada satu runway. Kalau diperbaiki menyeluruh harus ditutup runway-nya,” tuturnya.
Gatot meyakini, bandara baru ini tak akan bernasib serupa dengan Bandara Kertajati, Jawa Barat, karena memiliki pasar yang lebih besar. Pihak bandara perlu mendekati maskapai, pemerintah daerah, serta pelaku usaha sekitar agar memanfaatkan lintasan tersebut.
Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) Alvin Lie berpendapat, Bandara Dhoho dapat menjadi penopang Bandara Juanda. Sebab, bandara itu hanya mempunyai satu landas pacu yang kondisinya sering bermasalah. Alhasil, jika perlu revitalisasi, bandara tersebut harus ditutup 9-12 bulan.
Desain Bandara Dhoho ini dinilai minimalis sehingga dapat menekan biaya operasi dan perawatan. Harapannya, biaya pelayanan jasa penumpang (passenger service charge) dapat lebih rendah.