Menanti Smelter Tembaga Anyar di Manyar Beroperasi
Smelter Manyar ditargetkan mulai beroperasi pada Mei 2024 setelah pekerjaan konstruksi fisik selesai akhir 2023 serta dilanjutkan ”pre-commissioning” dan ”commissioning”. Operasi kapasitas penuh pada Desember 2024.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
Pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate atau JIIPE di Gresik, Jawa Timur, terus dipacu demi mengejar target beroperasi pada Mei 2024. Pemerintah pun sudah menanti-nanti smelter tersebut guna memuluskan cita-cita hilirisasi konsentrat tembaga di dalam negeri.
Terik matahari tak menghalangi sejumlah pekerja pembangunan smelter baru milik PT Freeport Indonesia (PTFI), di JIIPE, Kamis (14/12/2023) siang. Di area dengan luas 100 hektar itu, pekerjaan konstruksi dikerjakan secara paralel. Mulai dari dermaga, area penyimpanan konsentrat tembaga, bangunan untuk proses peleburan dan pemurnian, hingga fasilitas desalinasi air laut.
Kesibukan para pegawai PTFI juga tampak di kantor proyek. Pasalnya, siang itu, mereka akan kedatangan Chairman of the Board & CEO Freeport McMoran Richard Adkerson. Kunjungan dilakukan Adkerson, bersama Presiden Direktur PTFI Tony Wenas, sebelum peresmian ekspansi smelter PT Smelting oleh Presiden Joko Widodo dilakukan pada Kamis sore.
Smelter baru itu nantinya akan mengolah dan memurnikan konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per tahun dan menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga per tahun. Smelter akan melengkapi smelter PT Smelting, kerja sama PTFI dengan Mitsubishi Materials Corporation (MMC), juga di Gresik, yang saat ini mampu menyerap 1,3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Dengan demikian, saat beroperasi penuh, dua smelter di Gresik total akan mampu menyerap 3 juta ton tembaga per tahun. Adapun output yang dihasilkan 942.000 ton katoda tembaga per tahun. Ini bagian dari hilirisasi produk tambang di Indonesia. Di samping itu, di smelter baru, juga akan ada fasilitas precious metal refinery yang akan menghasilkan hingga 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun.
Smelter Manyar ditargetkan mulai beroperasi pada Mei 2024 setelah pekerjaan konstruksi fisik selesai akhir 2023 serta dilanjutkan pre-commissioning dan commissioning (pengujian fungsi). Sementara itu, operasi dengan kapasitas penuh direncanakan pada Desember 2024.
Pihak PTFI optimistis pembangunan smelter tersebut selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan. ”Kami berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan smelter PTFI sesuai target waktu yang disepakati bersama dengan pemerintah,” ujar Executive Vice President PTFI Agung Laksamana, Jumat (22/12/2023).
Smelter Manyar mulai dikerjakan pada September 2021, sedangkan seremoni peletakan batu pertama (ground breaking), oleh Presiden Joko Widodo, dilakukan pada 12 Oktober 2021. Smelter itu bagian dari kewajiban PTFI seiring ketentuan dalam perpanjangan kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) pada 2018.
Pembangunan smelter seharusnya rampung Desember 2023 atau lima tahun setelah perpanjangan izin. Namun, ada keterlambatan akibat pandemi Covid-19. PTFI pun mengajukan kurva S atau grafik kemajuan proyek baru, yang kemudian disetujui pemerintah. Di sisi lain, pemerintah juga memutuskan menunda larangan ekspor konsentrat tembaga yang sedianya diberlakukan Juni 2023.
Ketepatan waktu
Pemerintah, sebagai pemegang 51 persen saham PTFI melalui BUMN Mind.id, berharap tidak ada keterlambatan lagi. Smelter Manyar, dengan investasi sekitar Rp 42 triliun, diharapkan dapat beroperasi pada Mei 2024.
Bahkan, Menteri BUMN Erick Thohir, saat memberikan sambutan pada peresmian ekspansi smelter PT Smelting, memastikan ketepatan waktu kepada Richard Adkerson. Setelah menyebut kalimat ”Bulan Mei 2024”, Erick berhenti sejenak dan berujar, ”Apakah benar, Mr Richard? I'mteasing you, Pak,” katanya sambil tertawa kecil.
Mendengar itu, Adkerson, yang duduk di barisan depan kursi undangan, mengangkat jempolnya. Presiden Jokowi pun tersenyum.
”Pada bulan Mei 2024, pembangunan smelter tembaga baru akan selesai dengan kapasitas 1,7 juta ton (serapan konsentrat tembaga) per tahun, serta precious metal refinery (dengan kapasitas serapan lumpur anoda) sebesar 6.000 ton per tahun. Ini merupakan desain single smelter terbesar di dunia,” kata Erick.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo berharap peningkatan kapasitas smelter untuk menyerap konsentrat tembaga, bakal menarik investasi untuk tahapan hilirisasi lebih lanjut. Katoda tembaga yang dihasilkan agar diserap lebih banyak di dalam negeri.
”Nilai tambahnya ada semua di Indonesia,” kata Presiden. Sebab, dengan peningkatan kapasitas smelter, lanjut dia, akan muncul industri baru. Seperti dalam proses pembangunan copper foil (foil tembaga). ”Urutan turunan lainnya juga harus ditarik ke negara kita,” ujarnya.
Sebelumnya, pelarangan ekspor produk tambang mentah sudah diterapkan pada bijih (ore) nikel sejak 2020. Pada Juni 2023, pemerintah juga resmi melarang ekspor bauksit. Dalam berbagai kesempatan, Presiden menekankan hilirisasi mesti berjalan pada produk-produk mentah lainnya. Bahkan, tak hanya sektor pertambangan, tetapi juga perkebunan, pertanian, dan perikanan.
Nilai tambahnya ada semua di Indonesia. (Presiden Joko Widodo)
Tembaga tergolong sebagai mineral kritis, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 296 Tahun 2023 tentang Penetapan Jenis Komoditas yang Tergolong dalam Klasifikasi Mineral Kritis.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya tembaga di Indonesia sebanyak 15,8 miliar ton (ore) dan cadangan sebanyak 3 miliar ton (ore). Saat ini, industri hilir tembaga sampai pada katoda tembaga dan kabel. Adapun pada 2022 telah diproduksi 271.000 ton katoda tembaga.
Penyelidik Bumi pada Kelompok Kerja Mineral, Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Badan Geologi, Kementerian ESDM Herry Rodiana mengatakan, cadangan tembaga di Indonesia masih terbilang banyak. Hal itu juga yang mendasari rencana memperpanjang lagi IUPK PTFI yang saat ini hingga 2041. ”Apalagi kalau dieksplorasi lagi (cadangan akan lebih banyak),” ujarnya.
Reindustrialisasi
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika memang memilih untuk melakukan hilirisasi, pemerintah harus konsisten serta menyelaraskan langkah dengan upaya reindustrialisasi yang juga tengah digencarkan. Dengan adanya pembangunan smelter oleh PTFI, ia menilai, setidaknya sudah ada komitmen untuk mendukung hal itu.
Dalam mendukung hilirisasi serta reindustrialisasi itu, ujar Yusuf, diperlukan koordinasi yang matang lintas kementerian, bukan 1-2 kementerian saja. ”Perlu disinkronkan. Sebenarnya, tidak hanya, misalnya, Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian, tetapi semua. Maka, harus dikonsolidasikan dulu sehingga kebijakannya sinkron satu sama lain,” kata Yusuf.
Terkait potensi dinamika dengan dihelatnya Pemilihan Umum 2024, Yusuf menilai tidak akan terlalu mengganggu arah perekonomian selama ada bingkai yang sama dalam komitmen para capres dalam reindustrialisasi. Menurut dia, pergantian kepemimpinan hanya akan memerlukan beberapa penyesuaian jika pemimpin pemerintahan yang baru juga memiliki komitmen yang sama.