Rizal Ramli adalah kritikus ekonomi yang berani dan konsisten. Ia tidak berhenti memberi masukan demi pembangunan bangsa.
Oleh
AGNES THEODORA
·3 menit baca
Indonesia kehilangan salah seorang tokoh ekonomi terbaiknya pada Selasa (2/1/2024) malam. Mantan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Indonesia Rizal Ramli mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 69 tahun.
Sepanjang hidupnya, Rizal yang lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 10 Desember 1954, dikenang sebagai seorang pakar ekonomi dan tokoh pergerakan mahasiswa yang konsisten dalam pendiriannya. Ia tak ragu melontarkan kritik pedas kepada pemerintah demi kepentingan bangsa dan negara, hingga mendapat berbagai julukan, dari ”Sang Penerobos” sampai ”Rajawali Ngepret”.
Tidak hanya berseru dari pinggiran, Rizal juga pernah mengabdi di berbagai posisi penting di pemerintahan. Ia memulai kariernya sebagai pejabat publik ketika dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri serta Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) pada periode 2000-2001 di Kabinet Persatuan Nasional di bawah kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.
Terakhir, ia menjadi Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo selama periode 2015-2016. Selain sepak terjangnya sebagai pakar ekonomi di dalam negeri, ia juga dikenal di dunia internasional sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama tokoh ekonom lain dari sejumlah negara.
Ekonom senior yang kini menjadi Ketua Tim Asistensi Menko Perekonomian Raden Pardede mengenang sosok Rizal Ramli sebagai seorang kritikus ekonomi ulung yang berani dan konsisten dalam pendiriannya. Ia tidak berhenti memberi masukan demi pembangunan bangsa sejak masih menjadi aktivis mahasiswa, bahkan hingga masuk di lingkaran kekuasaan.
”Tidak banyak orang di negara ini yang bisa terus konsisten berkontribusi bagi negara lewat kritik yang tajam. Sejak ia masih aktivis, ketika di pemerintahan, bahkan hingga di usia tuanya akhir-akhir ini, meski dalam kondisi sakit pun dengan jiwa membara ia terus memberi masukan yang sangat dibutuhkan bangsa ini,” kata Raden saat dihubungi, Selasa.
Dengan jurus ala ”Rajawali Ngepret ”, Rizal tidak ragu-ragu mengkritik dari dalam tubuh pemerintahan.
Raden, yang telah mengenal Rizal Ramli sejak bersama-sama mengenyam pendidikan di Universitas Boston, juga mengenang sosoknya sebagai seseorang yang unik dan teman yang baik.
”Meski tidak selalu setuju dengan pendapat kita sebagai teman, apalagi jika itu sudah bertentangan dengan prinsip-prinsipnya, ia bisa memisahkan antara kritik dengan hubungan personal. Itu sesuatu yang tidak gampang yang belum tentu dimiliki oleh semua orang,” tutur Raden.
Berdasarkan catatan Kompas, Rizal Ramli pernah melakukan berbagai ”gebrakan” semasa menduduki posisi penting di pemerintahan. Dengan jurus ala ”Rajawali Ngepret”, Rizal tidak ragu-ragu mengkritik dari dalam tubuh pemerintahan ketika menjabat sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman di bawah pemerintahan Presiden Jokowi.
Beberapa ”gebrakan” itu seperti kritik yang ia layangkan terhadap rencana pembelian pesawat untuk Garuda dalam jumlah yang besar. Ia juga pernah mengkritik rencana pembangunan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt yang digagas pemerintah, yang disebutnya tidak rasional dan perlu dievaluasi ulang.
Wartawan dan Kolumnis Kompas, Budiarto Shambazy, pernah mencatat, seorang pejabat atau menteri yang dipilih presiden dan bukan berlatar belakang birokrat biasanya menghadapi dua pilihan: antara mengikuti arus atau memerangi birokrasi. Rizal Ramli, dengan jurus ”kepretannya” selama menjabat, telah membuka mata publik akan praktik-praktik korup di tubuh pemerintahan.
”Jika membolak-balik pepatah berbahasa Inggris, the song, not the singer. Jangan persoalkan Rizal Ramli, tetapi pahami apa yang dia gebrak,” demikian tulis Budiarto di Kompas, 19 September 2015.