Shell mulai membangun pabrik gemuk pertama mereka di Indonesia.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, disebut sebagai salah satu pasar kunci bagi perusahaan pelumas, termasuk untuk produk gemuk atau pelumas dengan kekentalan tinggi. Pelumas bakal terus dibutuhkan oleh multisektor dalam menopang pertumbuhan ekonomi sehingga kemandirian dan ketersebaran produksi bakal dibutuhkan.
Melihat kesempatan itu, Shell, produsen sekaligus pemasok pelumas skala global, membangun pabrik manufaktur gemuk atau grease manufacturing plant (GMP) berkapasitas 12 kiloliter per tahun. Seremoni peletakan batu pertama pabrik yang terletak di area Lubricants Oil Blending Plant (LOBP) Marunda 2.0 di Bekasi, Jawa Barat, itu dilangsungkan dari Jakarta, Senin (4/3/2024).
Global Executive Vice President Shell Lubricants Jason Wong di sela-sela acara mengatakan, pembangunan pabrik gemuk Shell tersebut guna mendekatkan ketersediaan produk dengan kebutuhan para konsumen. Tidak cuma menguntungkan perusahaan, pembangunan GMP Shell pertama di Indonesia dan ketiga di Asia Tenggara itu diyakini bakal berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
”Indonesia, dengan jumlah penduduk yang besar, adalah kunci pertumbuhan pasar kami. Kami mendukung pemerintah yang tengah mencoba meningkatkan perekonomian di era industri 4.0. Dengan inovasi dan keberlanjutan, kami berharap bisa berkontribusi lebih jauh bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” kata Wong.
Gemuk adalah pelumas dengan kekentalan tinggi yang bertujuan mengurangi gesekan di antara dua permukaan. Gemuk diaplikasikan pada semua kendaraan atau peralatan di berbagai sektor, seperti pertambangan, baja, robotik, hingga alat-alat yang berkaitan dengan transisi energi seperti kendaraan listrik, kereta cepat listrik, hingga pembangkit energi terbarukan.
Wong menambahkan, Shell memang memiliki perencanaan panjang di Indonesia guna memastikan keberlanjutan bisnis sekaligus memenuhi permintaan konsumen. Itu, antara lain, dengan mengoperasikan pabrik pelumas pertama Shell (LOBP) di Indonesia pada 2015 dengan kapasitas 136 juta liter. Kemudian, Shell meningkatkan kapasitas pabrik menjadi 300 juta liter per tahun pada 2022.
Indonesia, dengan jumlah penduduk yang besar, adalah kunci pertumbuhan pasar kami.
Managing Director Lubricants Shell Indonesia Andri Pratiwa mengatakan, produk gemuk Shell, dengan jenama Gadus, akan didistribusikan ke seluruh Indonesia, terutama di sektor-sektor industri, di antaranya pertambangan/smelter, agrikultur, pembangkit listrik, dan manufaktur. Salah satu tantangan ialah memasarkan produk ke industri-industri yang terletak di daerah terpencil.
Untuk itu, pihaknya akan mendistribusikan melalui jaringan-jaringan Shell sehingga produk dapat dipasarkan secara optimal. ”(Kami menyasar) seluruh area, termasuk remote area. Apalagi, sekarang industri-industri baru, seperti smelter, ada di Pulau Obi ataupun Weda Bay (Maluku Utara). Kami siap mendistribusikannya sampai ke pelosok Indonesia,” ujar Andri.
Ia menambahkan, selama ini, sebanyak 90 persen produk pelumas Shell yang dipasarkan di Indonesia diproduksi di LOBP Marunda. Kini, dengan adanya fasilitas pabrik gemuk di area tersebut, maka 99 persen produk Shell di Indonesia dipastikan diproduksi di Marunda. Adapun 1 persen lebih pada aplikasi-aplikasi khusus dari Original Equipment Manufacturer (OEM).
Ia meyakini, pasar pelumas akan terus berkembang. ”Selama ada kontak metal dengan metal, pasti dibutuhkan pelumasan. (Pada industri) bukan hanya untuk pertambangan atau smelter, tetapi juga semua, termasuk pupuk. Di sisi lain, pertambangan nikel dan kobalt juga berkembang. Alat-alat berat dan permesinan pasti butuh gemuk,” jelasnya.
Kebutuhan di Luar Jawa
Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi pada Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Emmy Suryandari mengemukakan, investasi pada sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2023 sebesar Rp 162,3 triliun atau meningkat 22,5 persen dibandingkan periode sama pada 2022. Itu menunjukkan bahwa Indonesia mempertahankan daya tarik investasi di bidang itu.
Investasi Shell dalam membangun pabrik gemuk di Indonesia pun menunjukkan sinyal positif. Emmy pun berharap, hal serupa ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan lain, terutama untuk pendirian pabrik di luar Pulau Jawa.
”Sebab, secara jumlah (populasi), mau kendaraan apa pun, baik mobil penumpang maupun lainnya, cukup besar. Dengan adanya investasi di luar Pulau Jawa, diharapkan rantai distribusi juga dapat dijangkau dengan cepat oleh konsumen. Dengan demikian, perekonomian bisa lebih merata,” kata Emmy.
Berdasarkan catatan Kemenperin, ada 52 perusahaan yang terdaftar sebagai produsen pelumas dalam Sistem Informasi Industri Nasional dengan kapasitas terpasang 2 juta kiloliter (KL) per tahun. Adapun produksi tercatat 1,2 juta KL per tahun. Penyerapan tenaga kerja, hingga 2023, sebanyak 4.898 orang.
Selama ini industri pelumas terus berkembang dengan permintaan yang diperkirakan akan terus tumbuh di Indonesia. Hal itu juga yang membuat PT Pertamina Lubricants (PTPL), anak perusahaan PT Pertamina Patra Niaga, meresmikan Lubricants Technology Center (LTC) di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Pusat riset untuk menjawab tantangan industri pelumas yang dinamis mengikuti perkembangan zaman.
Direktur Utama PTPL Werry Prayogi mengatakan, pasar industri pelumas di Indonesia meningkat 15 persen sejak tahun 2021. Peningkatan jumlah penduduk dan kendaraan bermotor memengaruhi pertumbuhan tersebut. Pemenuhan kebutuhan pasar itu diisi tak hanya oleh pelaku usaha pelumas lokal, tetapi juga internasional.
Di sisi lain, hal itu menjadi tantangan bagi PTPL yang harus adaptif terhadap perkembangan dan perubahan pasar produk pelumas. ”Dengan keberadaan LTC, kami berkomitmen terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen dan pasar yang kami kelola. Ini penting bagi pembangunan bisnis masa mendatang," ujar Werry (Kompas.id, 30/5/2023).