Ramadhan dan Ekonomi Pisang
Nilai pasar pisang dunia pada 2024 sebesar 140,84 miliar dollar AS dan akan menjadi 146,56 miliar dollar AS pada 2029.
Ramadhan tiba. Di Indonesia, pisang bakal menjadi salah satu teman sahur atau berbuka puasa. Di balik itu, pisang turut menjadi penggerak ekonomi dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bahkan menyebut pisang sebagai tanaman pangan terpenting keempat di dunia setelah gandum, padi, dan jagung.
Tak bosan rasanya hampir setiap hari menyantap pisang atau aneka menu olahan pisang. Bahkan, kala Ramadhan, pisang beserta produk-produk olahannya itu semakin banyak diperjualbelikan. Para pedagang musiman akan bersanding dengan para pedagang reguler menjajakan aneka jajanan pisang, antara lain pisang goreng, kolak pisang, es pisang ijo, dan pisang molen.
Ramadhan juga menjadi momen untuk mengenal aneka sajian pisang dari berbagai daerah di Indonesia. Sumatera Barat dan Sumatera Utara mempunyai cekodok, sedangkan Makassar terkenal dengan es pallu butung, pisang epe, dan barongko. Lampung dan Sulawesi masing-masing memiliki geguduh pisang dan sanggara talemme. Adapun Surakarta dan Gresik masing-masing mempunyai carang gesing dan bongko kopyor.
Tidak hanya itu, satu produk pisang goreng bahkan memiliki berbagai sebutan atau nama khas di sejumlah daerah di Indonesia. Sebutan itu muncul karena ada perbedaan bentuk, cara mengolah dan makan, meskipun sama-sama digoreng.
Pisang goreng di Pontianak dan Pekanbaru disebut sebagai pisang goreng kipas karena bentuknya seperti kipas. Di Banjar, Banten, dikenal pisang goreng telanjang karena digoreng tanpa tepung dan dicampur mentega.
Sementara pisang goreng khas masyarakat Bugis di Kalimantan dikenal sebagai sanggara pepe. Pisang yang ditumbuk pipih sebelum digoreng ini disantap menggunakan sambal. Pisang goreng serupa juga ada di Manado. Pisang goreng tersebut disantap menggunakan sambal roa.
Baca juga: Pisang Goreng, Sederhana nan Melegenda
Tak mengherankan jika Taste Atlas, laman panduan wisata dan kuliner dunia, menempatkan pisang goreng Indonesia sebagai camilan penutup makan terbaik dunia pada 2023. Produk pisang olahan itu menempati peringkat pertama dari 50 camilan dari 40 negara.
Pisang goreng Indonesia mendapatkan skor tertinggi, yakni 4,60, disusul quarkballen (Jerman), pastelitos criollos (Argentina), dan fouskakia (Yunani) dengan skor 4,50. Negara di Asia Tenggara yang masuk 50 besar selain Indonesia adalah Filipina. Negara tersebut menempatkan dua camilan, yakni turon (peringkat ke-21) dan meruya (peringkat ke-36).
Taste Atlas, laman panduan wisata dan kuliner dunia, menempatkan pisang goreng Indonesia sebagai gorengan penutup makan terbaik dunia pada 2023.
Lihat juga: Pertahankan Gelar Juara Terbaik Pisang Goreng
Hingga kini belum ada lembaga yang secara khusus menghitung nilai ekonomi pisang (buah segar beserta produk olahan) di Indonesia, apalagi pada periode Ramadhan-Lebaran. Data pisang yang terjadi masih berupa data umum, seperti produksi, ekspor dan impor, dan konsumsi pisang.
Indonesia merupakan negara produsen pisang segar terbesar ketiga dunia pada 2022. Statista mencatat, total produksi pisang di Indonesia sebanyak 9,24 juta ton. India menempati urutan pertama dengan total produksi sebanyak 34,52 juta ton, sedangkan China berada di urutan kedua dengan total produksi sebanyak 11,77 juta ton.
India merupakan negara yang memiliki varietas pisang paling beragam di dunia. Negara tersebut memiliki 670 jenis pisang. Sementara Indonesia mempunyai 230 jenis pisang. Dari jumlah itu, hanya 20 varietas yang dibudayakan dan dikonsumsi, beberapa di antaranya yang populer adalah pisang barangan, pisang susu, pisang kepok, pisang tanduk, pisang raja, dan pisang ambon.
Negara produsen pisang terbesar di dunia pada 2022.
Statista juga menyebutkan, pada 2022, nilai ekspor pisang di Indonesia mencapai 8,7 juta dollar AS, meningkat 42,81 persen dari tahun sebelumnya. Negara tujuan utama ekspor pisang Indonesia adalah Malaysia senilai 3,86 juta dollar AS, Singapura 1,83 juta dollar AS, dan China 1,54 juta dollar AS.
Adapun Badan Pusat Statistik menunjukkan, produksi pisang di Indonesia dalam lima tahun terakhir (2018-2022) terus meningkat. Produksi pisang Indonesia pada 2022 sebanyak 9,6 juta ton atau lebih tinggi dari produksi pada 2018 yang sebanyak 7,26 juta ton.
Daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur, yakni sebanyak 2,63 juta ton. Kemudian disusul Jawa Barat dengan total produksi sebanyak 1,32 juta ton, Lampung 1,22 juta ton, Jawa Tengah 999.739 ton, dan Sumatera Selatan 334.145 ton.
Dalam lima tahun terakhir, konsumsi pisang di Indonesia juga cenderung meningkat kendati sempat turun pada 2019 dan 2020. Produksi pisang itu meningkat dari 2,05 juta ton pada 2018 menjadi 2,41 juta ton. Sementara produksi pisang pada 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 1,86 juta ton dan 1,78 juta ton.
Forum pisang dunia
Pisang tidak hanya membawa berkah di Indonesia, tetapi juga dunia. FAO bahkan menyebut pisang sebagai tanaman pangan terpenting keempat di dunia setelah gandum, padi, dan jagung. Komoditas pangan tersebut menjadi sumber hidup dan ekonomi masyarakat desa.
Mordor Intelligence memperkirakan, nilai pasar pisang dunia pada 2024 sebesar 140,84 miliar dollar AS. Pada 2029, nilai pasar komoditas tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 146,56 miliar dollar AS dengan rerata pertumbuhan tahunan sebesar 0,8 persen.
TrendEconmy mencatat, pada 2022, total nilai ekspor pisang dunia, termasuk pisang segar ataupun kering, sebesar 12 miliar dollar AS. Nilai tersebut turun tipis dari tahun sebelumnya yang mencapai 12,3 miliar dollar AS.
Ekuador menjadi negara pengekspor pisang terbesar dunia, yakni senilai 3,52 miliar dollar AS atau sekitar 29 persen dari total nilai ekspor pisang dunia. Filipina dan Kolombia menempati urutan kedua dan ketiga dengan kontribusi masing-masing sebesar 9,14 persen dan 8,93 persen dari total ekspor pisang dunia.
Adapun pada 2022, total nilai impor pisang dunia sebesar 13,7 miliar dollar AS atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 14,9 miliar dollar AS. Negara pengimpor pisang terbesar adalah Amerika Serikat, yakni senilai 2,89 miliar dollar AS atau 21 persen dari total impor pisang dunia. Kemudian disusul China (8,47 persen), Jerman (7,04 persen), Jepang (6,49 persen), dan Belanda (5,29 persen).
Nilai pasar pisang dunia pada 2024 diperkirakan sebesar 140,84 miliar dollar AS dan akan meningkat menjadi 146,56 miliar dollar AS pada 2029.
Melihat potensi pisang yang sangat besar itu, FAO menginisiasi berdirinya Forum Pisang Dunia (World Banana Forum/WBF) pada 2009. Forum itu merupakan ruang pertemuan bagi pemerintah dan pelaku industri hulu-hilir rantai pasok pisang global. Pada tahun ini, pertemuan ke-4 forum yang melibatkan 150 negara produsen dan konsumen pisang itu akan digelar pada 12-13 Maret di Roma, Italia.
Sekretaris WBF Victor Prada mengatakan, WBF akan fokus membahas empat topik utama, yakni perbaikan hak buruh, kesetaraan jender, dampak lingkungan, serta ekonomi pisang produksi berkelanjutan.
Sektor tersebut menjadi tumpuan ekonomi masyarakat desa di sejumlah negara produsen. Sektor itu juga tengah menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari dampak perubahan iklim, kenaikan biaya, penurunan daya beli konsumen, hingga merebaknya jamur perusak tanaman.
”Kita harus menciptakan model bisnis baru yang ramah lingkungan dan menyentuh aspek sosial,” kata Prada melalui siaran pers, Kamis (7/3/2024), di Roma.
Prada juga menjelaskan tentang kewajiban sertifikasi pisang yang masuk pasar Uni Eropa. Sertifikasi tersebut telah menimbulkan biaya tinggi dan beban bagi produsen kecil.
Dalam kesempatan itu, Ekonom senior FAO Pascal Liu menyinggung tentang investasi dan dominasi jaringan supermarket besar. Investasi besar-besaran di industri hulu-hilir pisang telah menyebabkan produksi pisang dunia surplus. Di sisi lain, inflasi tinggi menyebabkan daya beli konsumen di banyak negara turun.
Hal itu membuat harga pisang dunia turun. Tekanan penurunan harga itu semakin besar karena jaringan supermarket besar mendominasi pasar pisang dunia.
Di tengah penurunan harga, lanjut Liu, produsen pisang terkena dampak kenaikan biaya pupuk, bahan bakar, dan logistik. Mereka juga tengah melawan serangan jamur fusarium ras tropis (TR4) yang dalam beberapa dekade terakhir merebak dari Asia dan Pasifik ke Asia Tengah dan Afrika Timur.
”Jamur ini menginfeksi banyak varietas termasuk pisang cavendish yang berkontribusi sekitar setengah pasokan pisang dunia dan hampir seluruh pisang yang diekspor. Lebih dari 80 persen produksi pisang global diperkirakan berasal dari plasma nutfah yang rentan terhadap TR4,” katanya.
Untuk itu, melalui Konferensi ke-4 WBF, perkembangan masalah-masalah tersebut akan dibahas dan dicarikan solusinya. Sejumlah inisiasi, seperti perlindungan petani pisang, pengendalian jamur TR4, dan sertifikasi pisang berkelanjutan juga akan terus digulirkan.
Baca juga: Manis, Nasib Petani Pisang Mas Tanggamus
Di tengah berbagai tantangan itu, Indonesia tidak hanya membidik pasar pisang dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri. Bahkan, salah satu provinsi di Indonesia, yakni Sulawesi Selatan, menjadikan pisang sebagai salah satu solusi kemiskinan dan penganggur.
Pada 2023, Penjabat Gubernur Bahtiar Baharuddin akan menjadikan Sulsel sebagai provinsi dengan 1 miliar pohon pisang. Pisang-pisang tersebut akan dibudidayakan di lahan seluas 500.000 hektar dan dana yang dibutuhkan sekitar Rp 51 triliun. Penanaman pisang itu akan dilakukan secara bertahap dengan anggaran tahun ini sebesar Rp 1 triliun. Salah varietas yang ditanam adalah cavendish.
Baca juga: Pisang, Tradisi dan Harapan Baru Sulsel