KSP Jumpai Sejumlah Hal Terkait Beras yang Bikin Penasaran
Penurunan harga beras medium di pasar induk beras DKI Jakarta dan Jawa Barat belum sepenuhnya tertransformasi di eceran.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kantor Staf Presiden atau KSP menjumpai sejumlah hal terkait beras yang membikin penasaran. Dua di antaranya menyangkut transformasi penurunan harga beras di pasar induk beras ke pedagang eceran dan perbedaan data harga beras.
Deputi Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono, Rabu (13/3/2024), mengatakan, dalam beberapa kesempatan, Presiden Joko Widodo meninjau Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di Jakarta, dan Pasar Induk Beras Johar di Karawang, Jawa Barat. Harga beras medium di kedua pasar induk itu sudah turun hampir mendekati harga eceran tertinggi (HET) beras medium Rp 10.900 per kilogram (kg).
Banyak pedagang beras di pasar tradisional dan distributor beras di warung dan toko bahan pokok di DKI Jakarta dan Jawa Barat mengambil beras dari kedua pasar induk tersebut. Namun, harga beras medium di tingkat eceran masih tinggi.
”Hal ini bikin kami penasaran dan menimbulkan pertanyaan besar. Kenapa harga beras medium yang sudah turun di kedua pasar induk itu tidak tertransformasi sepenuhnya di pasar-pasar tradisional dan warung-warung?” ujarnya dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah yang digelar Kementerian Dalam Negeri secara hibrida di Jakarta.
Kenapa harga beras medium yang sudah turun di kedua pasar induk itu tidak tertransformasi sepenuhnya di pasar-pasar tradisional dan warung-warung?
Dalam rapat sebelumnya, lanjut Edy, persoalan waktu menjadi jawaban atas pertanyaan besar itu. Artinya, transformasi penurunan harga beras medium dari pasar induk ke pasar tradisional dan warung membutuhkan waktu.
Namun, setelah sekian lama, transformasi harga beras medium itu belum sepenuhnya terjadi. Harga beras medium di tingkat eceran di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat masih berada di kisaran Rp 14.000-Rp 16.000 per kg.
”Apakah ada kemungkinan (pedagang) mengambil margin yang cukup besar atau mungkin lantaran faktor lain, kita tidak tahu. Persoalan ini perlu didalami dan tidak perlu dijawab sekarang,” katanya.
Selain terkait transformasi harga, Edy juga menyatakan, KSP bingung dengan data harga beras medium. Dalam Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras medium secara nasional sekitar Rp 14.000 per kg. Namun, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), harganya masih sekitar Rp 16.000 per kg.
Terlepas dari kedua hal yang membikin penasaran tersebut, KSP meminta pemerintah berhati-hati mencermati harga beras. KSP juga mengapresiasi kebijakan Bapanas merelaksasi sementara HET beras medium menjadi Rp 14.900-Rp 15.400 per kg bergantung wilayah pada 10-23 Maret 2024.
Edy berpendapat, peningkatan produksi beras akibat panen raya padi pada Maret-April 2024 belum tentu berakibat signifikan terhadap penurunan harga beras. Saat panen raya padi, penurunan harga beras sudah pasti terjadi, tetapi belum tentu akan membuat harganya kembali seperti sebelum El Nino tahun lalu.
Ia juga menjelaskan, relaksasi sementara HET beras premium diperlukan untuk mengisi kembali stok beras premium di jaringan ritel modern. Selama beberapa minggu terakhir, stok beras medium di ritel modern kosong karena tidak bisa menjual beras tersebut sesuai HET lama, yakni Rp 13.900-Rp14.400 per kg.
”Harga beras premium dari pemasok sudah tinggi. Kalau ritel modern diminta menjualnya sesuai HET, sudah tidak masuk harganya,” kata Edy.
Selain itu, ia menambahkan, kebijakan relaksasi itu diperlukan untuk memeratakan stok beras tersebut. Perum Bulog memang telah diminta mendistribusikan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di jaringan ritel modern, tetapi ketersediaan dan pendistribusian beras SPHP itu masih terbatas.
Sejak relaksasi diterapkan, beras premium selain beras SPHP sudah mulai masuk ke jaringan ritel modern. Hampir semua ritel modern menjualnya sesuai HET. Kendati begitu, di DKI Jakarta, masih ada yang menjualnya sekitar Rp 15.000 per kg atau di atas HET sementara beras premium wilayah Jawa yang ditetapkan Rp 14.900 per kg.
Per 12 Maret 2024, stok beras di Bulog tercatat 1,13 juta ton. Sebanyak 1,11 juta ton berupa cadangan beras pemerintah dan 13.144 ton merupakan stok beras komersial.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga rerata nasional beras medium pada pekan I Maret 2024 Rp 15.596 per kg. Harga tersebut naik 3,06 persen dibandingkan harga rerata beras pada Februari 2024. Kenaikan harga beras itu terjadi di 271 kabupaten/kota atau 52,72 persen dari 514 kabupaten/kota di Indonesia.
”Harga beras berangsur terkendali memasuki musim panen padi di beberapa daerah sentra produksi. Jumlah daerah yang mengalami kenaikan harga beras juga berkurang dari 281 pada pekan V Februari 2024 menjadi 271 pada pekan I Maret 2024,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini.
BPS menyebutkan, harga sejumlah pangan pokok selain beras juga naik cukup signifikan, yakni telur dan daging ayam ras, minyak goreng, cabai rawit, dan cabai merah. Pada pekan I Maret 2024, misalnya, harga rerata nasional cabai rawit naik 15,94 persen menjadi 67.760 per kg dibandingkan rata-rata harga Februari 2024.
Dalam periode perbandingan yang sama, harga rerata nasional telur ayam ras juga naik 5,26 persen menjadi Rp 32.096 per kg. Harga daging ayam pun naik 4,34 persen menjadi Rp 39.345 per kg.
Dalam kesempatan itu, Bapanas menyebutkan, kenaikan harga daging dan telur ayam ras terjadi akibat kenaikan harga pakan ayam, termasuk jagung. Per 12 Maret 2024, harga rerata nasional jagung di tingkat peternak Rp 8.820 per kg. Harga tersebut lebih tinggi 76,4 persen dari harga acuan penjualan (HAP) jagung di tingkat peternak yang ditetapkan Rp 5.000 per kg.
Pengendalian harga telur dan daging ayam ras itu juga bergantung pada percepatan impor dan distribusi jagung pakan ke peternak.
Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwignyo mengemukakan, pengendalian harga telur dan daging ayam ras itu juga bergantung pada percepatan impor dan distribusi jagung pakan ke peternak. Saat ini, impor jagung baru terealisasi 61 persen.
”Kami harap Bulog segera mempercepat realisasi impor jagung pakan dan mendistribusikannya ke peternak ayam pedaging dan petelur,” ujarnya.
Pada tahun ini, pemerintah menetapkan kuota impor jagung untuk kebutuhan industri sebanyak 1,2 juta ton. Adapun untuk jagung pakan, kuota impornya disepakati sebanyak 750.000 ton.