Skema Tol Satu Arah dari Jakarta ke Cirebon Berlaku 5-7 April 2024
Skema arus lalu lintas satu arah dan lawan arah di jalan tol Jakarta-Cirebon akan berlaku pada 5-7 April 2024.
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mengantisipasi kemacetan saat arus mudik Lebaran 2024, pemerintah akan menerapkan skema satu arah pada 5-7 April 2024 di ruas Jakarta-Cikampek-Cipali-Kalikangkung. Pada periode yang sama, skema lawan arah akan diterapkan secara situasional mulai tol Jakarta-Cikampek hingga Tol Cipali.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah mengidentifikasi risiko kerawanan, keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas selama mudik 2024. Mitigasi ini dilakukan seiring dengan pertumbuhan jumlah volume kendaraan bermotor masyarakat.
Baca juga: Lebaran 2024 Diperkirakan Mobilisasi 194 Juta Orang
Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Inspektur Jenderal Aan Suhanan, pada konferensi pers tentang Persiapan dan Rencana Operasi Angkutan Lebaran 2024 bersama Kementerian Perhubungan secara virtual, Minggu (17/3/2024), mengatakan, pihaknya membagi risiko kerawanan menjadi tiga kluster.
Ketiga kluster itu meliputi kerawanan di jalan tol dan arteri, kerawanan di lokasi wisata, dan kerawanan di jalan menuju pelabuhan. Guna mengantisipasi kepadatan lalu lintas pada ruas jalan tol, Polri akan menerapkan skema satu arus (one way) dan skema lawan arus (contra flow).
Kondisi lapangan
Skema satu arah akan dilakukan di titik rawan kemacetan, yakni ruas Tol Jakarta-Cikampek-Cipali-Kalikangkung. Titik persisnya mulai dari Kilometer (Km) 72 Tol Cipali hingga Km 414 Gerbang Tol Kalikangkung. Penerapan skema ini juga akan diterapkan pada Km 422-442 Tol Semarang-Bawen, khusus untuk lokal Jawa Tengah.
”Kami akan lakukan one way dari 5 April 2024 hingga 7 April 2024, Jumat hingga Minggu. Namun, semua ini situasional kami lakukan. Apabila indikator arus lalu lintas itu hijau atau di bawah parameter, one way akan disesuaikan dengan arus lalu lintas yang ada,” tutur Aan.
Kami akan lakukan one way dari 5 April 2024 hingga 7 April 2024, Jumat hingga Minggu. Namun, semua ini situasional kami lakukan.
Sebaliknya, skema lawan arah dilakukan secara situasional untuk mengantisipasi kepadatan di sekitar tempat peristirahatan (rest area). Skema ini juga akan diberlakukan manakala terjadi gangguan pada jalan tertentu.
Skema lawan arah akan diterapkan mulai Km 35 Tol Jakarta-Cikampek hingga Km 72 Tol Cipali. Penerapan skema lawan arah akan bersamaan dengan skema satu arah. Pelaksanaan juga situasional bergantung pada kondisi lapangan.
Ganjil-genap
Kebijakan ganjil dan genap berdasarkan nomor polisi kendaraan, kata Aan, juga akan diterapkan. Mobilitas akan dibatasi. Apabila ada yang melanggar, tindakannya bukan meminta kendaraan putar balik atau menghentikan untuk beberapa saat lamanya, tetapi langsung menerapkan sanksi tilang berdasarkan rekaman kamera elektronik di setiap gerbang tol.
Dalam laporan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, pengoperasian jalan tol ruas baru akan dilakukan pada Lebaran 2024. Beberapa di antaranya adalah ruas Jakarta Cikampek II Selatan (segmen Sadang-Kutanegara) sepanjang 8,5 kilometer (km) serta Solo-Yogyakarta (segmen Kartasura-Klaten) sepanjang 22,3 km.
Baca juga: Apa Saja Moda Transportasi Favorit Para Pemudik di Indonesia?
Pengoperasian jalan tol ruas baru juga akan diterapkan pada Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi yang terintegrasi dengan fungsional Tebing Tinggi-Kualatanjung (Indrapura), Tebing Tinggi-Kisaran (Lima Puluh) dan Tebing Tinggi-Parapat (Sinaksak).
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hendro Sugiatno menyatakan, sebanyak 30.361 bus siap melayani mobilitas masyarakat pada Lebaran 2024. Bus-bus ini tersebar di 113 terminal.
Angkutan bus
Dari jumlah tersebut, bus pariwisata berjumlah 14.441 unit. Angkutan antarkota dan antarprovinsi berjumlah 13.780 unit. Selanjutnya angkutan antarjemput antarprovinsi dan sewa sebanyak 2.140 unit.
”Bus sekarang sudah bagus-bagus. Minat masyarakat sudah meningkat untuk naik bus,” kata Hendro.
Kamera CCTV juga dipasang agar masyarakat dapat memantau arus lalu lintas di jalan secara langsung (real time). Pantauan ini bisa diakses melalui aplikasi Mitra Darat.
Bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan menggelar mudik gratis. Tak lama setelah pembukaan pendaftaran, kuotanya langsung ludes. Saat ini, evaluasi tengah dilakukan untuk menentukan seberapa perlu menambah angkutan mudik gratis.
Kamera CCTV juga dipasang agar masyarakat dapat memantau arus lalu lintas di jalan secara langsung (real time). Pantauan ini bisa diakses melalui aplikasi Mitra Darat.
Angkutan umum rugi
Jalan tol dinilai lebih menguntungkan para pengguna kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum, di antaranya bus. Meski mendominasi dari arah barat ke timur saat menjelang Lebaran, tetap ada angkutan yang berangkat dari arah sebaliknya. Hal ini berlaku pula setelah Idul Fitri.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang meyakini, rekayasa lalu lintas secara langsung merupakan dampak dari ketersediaan jalan tol yang terbatas dibandingkan jumlah kendaraan bermotor. ”Lebaran memang menjadi karpet merah bagi pengguna kendaraan-kendaraan pribadi,” ujarnya.
Baca juga: Masih Ada Kesempatan untuk Dapat Tiket Mudik
Sebaliknya, keuntungan itu tak dirasakan angkutan umum. Mereka akan rugi waktu karena jalur digunakan untuk satu arah. Akibatnya, kendaraan-kendaraan ini akan melalui jalur pantai utara (pantura) atau jalan nasional.
”Itu terjadi bottleneck di sana, macet, sehingga arus balik bus-bus angkutan umum atau travel terjebak. Saat kembali ke tempat asal, (kursi) kosong,” kata Deddy.
Jumlah pemudik bertambah
Hasil survei bertajuk ”Potensi Pergerakan Angkutan Lebaran Tahun 2024” oleh Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan menunjukkan, 71,7 persen responden akan pergi mudik pada Lebaran kali ini. Jika diproyeksikan pada total jumlah penduduk Indonesia, jumlahnya mencapai 193,6 juta orang.
”Hal ini mengindikasikan terdapat kecenderungan peningkatan minat masyarakat untuk mudik Lebaran pada 2024, jika dibandingkan 2023 sebesar 45,8 persen atau 123,8 juta orang,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada keterangan pers yang sama.
Baca juga: Catatan Mudik 2023, Pola Pemudik Kereta Api dan Pemerataan Penumpang Masa Lebaran
Masyarakat yang memilih mudik mayoritas berniat merayakan Idul Fitri di kampung halaman (52 persen). Alasan lain adalah melakukan tradisi mengunjungi orangtua dan sanak saudara di kampung (35,2 persen). Ada pula yang ingin memanfaatkan waktu libur Lebaran ke lokasi wisata (10,6 persen).
Jumlah pemudik pada 2024 diprediksi akan lebih tinggi sejak 2022. Potensi pergerakan nasional pada tahun itu diperkirakan 85,5 juta orang yang direfleksikan oleh 31,6 persen responden. Pada 2023, potensi pergerakannya naik menjadi 123,8 juta orang, terefleksikan dari 54,2 persen responden.