Bulan Ramadhan, Industri Manufaktur Mulai Menggeliat
Produk industri pengolahan terserap di pasar, terutama domestik, memasuki bulan Ramadhan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Momentum Lebaran biasanya memicu peningkatan permintaan konsumsi masyarakat yang kemudian diikuti dengan peningkatan produksi dunia usaha. Hal ini mendorong peningkatan kinerja industri manufaktur.
Ini tecermin pada kenaikan Indeks Keyakinan Industri (IKI) Maret 2024 yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian, Kamis (28/3/2024). IKI Maret 2024 adalah 53,05, meningkat 0,49 poin dibandingkan dengan Februari 2024 sebesar 52,56.
Angka indeks di atas 50 menunjukkan bahwa industri berada dalam posisi ekspansi. Sementara indeks di bawah itu menunjukkan sebaliknya.
IKI adalah indikator kondisi sektor industri pengolahan atau manufaktur yang dirilis setiap akhir bulan oleh Kementerian Perindustrian sejak November 2022. Setiap perusahaan dari berbagai subsektor industri wajib mengirim data kondisi perusahaannya lalu kemudian diolah menjadi IKI.
Adapun variabel indikator yang diukur adalah pesanan baru, produksi, dan persediaan produk.
Kenaikan IKI pada Maret dipengaruhi oleh peningkatan variabel persediaan produk dan pesanan baru. Indeks persediaan produk meningkat 1,35 poin menjadi 55,63, tertinggi sejak IKI dirilis pada November 2022.
Indeks variabel pesanan baru juga meningkat 1,11 poin menjadi 54,25. Mulai stabilnya kondisi Amerika Serikat dan China sebagai mitra dagang utama diduga mendorong peningkatan pesanan.
”Kondisi ini menunjukkan produk industri pengolahan terserap secara optimal di pasar terutama pasar domestik. Momen Ramadhan merupakan salah satu pendorong penyerapan produk industri dengan optimal mengingat sejak awal 2024 ketidakstabilan kondisi perekonomian global menekan pesanan dan produksi industri pengolahan Indonesia,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (28/3/2024).
Variabel produksi turun
Namun, variabel produksi justru turun 1,12 poin atau menjadi kontraksi pada level 49,33, pertama kali terjadi sejak IKI dirilis. Hal ini diduga terjadi karena keputusan produsen untuk menghabiskan persediaan produk yang menumpuk sejak akhir 2023.
Selain itu, kondisi umum kegiatan usaha di Maret 2024 sedikit menurun dibandingkan pada Februari 2024. Ini terlihat dari turunnya jumlah responden yang menjawab bahwa kondisi usahanya meningkat dan stabil, dari 76,8 persen ke 76,4 persen.
Meski demikian, optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan terus naik dari 71,0 persen menjadi 72,3 persen. Ini adalah nilai ini tertinggi sejak IKI dirilis.
Subsektor industri kertas dan barang kertas memiliki optimisme tertinggi, diikuti industri pencetakan dan reproduksi media rekaman dan industri makanan. Beberapa faktor dominan optimisme pelaku usaha adalah adanya kebijakan pemerintah pusat, kondisi ekonomi, pasar global, dan pasar domestik yang lebih baik.
Selain itu, faktor musiman bulan Ramadan dan libur Idul Fitri mendatang juga mendukung naiknya optimisme para pelaku industri.
Indikator
Dihubungi secara terpisah, Kamis, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Agraria, Tata Ruang, dan Kawasan Sanny Iskandar mengatakan, peningkatan IKI ini mengindikasikan industri manufaktur dalam negeri dalam posisi baik dan terus ekspansif.
”Industri manufaktur tetap berjalan dan bertumbuh mengikuti perekonomian yang juga masih terus bertumbuh,” ujarnya.
Hal ini, Sanny melanjutkan, juga menunjukkan produksi manufaktur dalam negeri bisa terserap dalam pasar dalam negeri. Apalagi momentum Lebaran selalu menjadi pendorong permintaan masyarakat dan dimanfaatkan dunia usaha untuk ikut meningkatkan produksinya.
Ia mengatakan, perkembangan yang positif ini bisa terus berlanjut pasca-Lebaran. Dengan pemilu yang sudah berakhir, dunia usaha bisa memperoleh kepastian usaha dan bisa melanjutkan ekspansinya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohamad Faisal mengatakan, pendapatan dunia usaha dari momentum Lebaran kali ini tercatat lebih baik ketimbang tahun lalu. Ini tecermin dari indeks penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia (BI).
Tahun lalu, banyak sektor riil yang masih terkontraksi sekalipun di momen Lebaran. Misalnya adalah penjualan bahan bakar, telekomunikasi, dan penjualan peralatan rumah tangga. Namun, tahun ini semuanya tercatat tumbuh.
”Ini mengindikasikan Lebaran ini mendorong penyerapan produksi manufaktur dalam negeri,” ujar Faisal.
Ini menjadi momentum baik bagi industri manufaktur karena pasar global masih melambat. Apalagi mitra dagang utama Indonesia, yakni China, masih mengalami perlambatan ekonomi.
Saat pasar global sedang melambat, industri manufaktur bisa mengoptimalkan pasar dalam negeri. Terlebih saat momentum Lebaran ada dorongan kenaikan belanja masyarakat, salah satunya dari dikeluarkannya tunjangan hari raya (THR).
Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.