Analis memprediksi reli ini akan selesai April ini dan harga emas kembali turun pada Mei.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga emas telah mengalami reli kenaikan lebih dari 6 persen sepanjang sebulan terakhir dan memecahkan rekor hingga saat ini. Analis memprediksi reli ini akan selesai pada April ini untuk kemudian harga emas akan kembali turun pada Mei.
Mengutip situs Gold Price, harga emas pada perdagangan Senin (8/4/2024) dini hari waktu New York kembali menembus rekor tertinggi, 2.344,22 dollar AS per troy ons. Level itu naik 31,56 poin atau 1,41 persen dari harga emas di penutupan perdagangan Jumat lalu yang juga sempat memecahkan harga tertinggi di angka 2.329 dollar AS per troy ons. Catatan rekor ini meningkat lebih dari 6 persen dari sebulan lalu, yakni 2.100-2.150 dollar AS per troy ons.
Pedagang komoditas ini mungkin terlalu berlebihan dalam mengantisipasi pembelian bank sentral di masa depan.
Situs analis pasar keuangan dan komoditas FXEmpire, dalam artikelnya, menyebut, sebagian besar kenaikan yang terjadi pada Jumat pekan lalu tersebut menunjukkan ketidakstabilan. Alih-alih karena fundamental yang kuat, lonjakan ini sebagian disebabkan oleh aktivitas bank sentral AS dan perdagangan spekulatif.
”Pedagang komoditas ini mungkin terlalu berlebihan dalam mengantisipasi pembelian bank sentral di masa depan. Strategi ini bisa menjadi bumerang jika kondisi pasar berubah. Volatilitas mendadak yang terlihat pada Jumat jadi peringatan terlalu percaya dirinya pelaku perdagangan di pasar emas,” sebut artikel itu, yang dikutip pada Senin (8/4/2024).
Kenaikan harga pada Jumat membuat banyak pembeli baru masuk pada jeda intraday. Sementara itu, potensi pembalikan harga yang cepat diprediksi bisa terjadi.
Pelaku perdagangan emas di bursa berjangka justru perlu menyiapkan strategi keluar dari pasar agar tidak masuk jebakan banteng (bull trap). Jebakan banteng adalah sinyal palsu yang menipu investor dengan berpikir bahwa pasar sedang beralih dari tren penurunan harga (bearish) ke tren kenaikan harga (bullish).
Prediksi sama juga disampaikan Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi. Ia menyebut, pelaku pasar besar di Asia, Amerika, dan Eropa sudah pasang posisi untuk ambil untung di level 2.350 dollar AS per troy ons. Target harga itu diperkirakan tercapai di bulan ini. Setelah harga itu tercapai, harga emas kemungkinan akan alami bearish.
”Kemungkinan harga emas akan jatuh, turunnya bisa sampai 2.100 dolar AS per troy ons,” ungkap Ibrahim kepada wartawan, Sabtu (6/4/2024).
Penurunan harga emas ini tergantung perkembangan beberapa faktor. Pertama, melihat kondisi geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Israel versus Gaza dan negara-negara Arab. Ia memprediksi ketegangan geopolitik di sana akan turun pada Mei karena Amerika, Eropa, Rusia, dan China turun tangan untuk mempercepat gencatan senjata di Timur Tengah.
Gencatan senjata berkorelasi dengan penurunan harga minyak mentah global, yang menurut Ibrahim, 70 persen berpengaruh pada fluktuasi harga emas. Meredanya konflik di sana bisa kembali menstabilkan produksi dan harga minyak mentah.
Harga minyak mentah masih dalam tren kenaikan, dengan pertumbuhan sekitar 9 persen dalam sebulan terakhir hingga posisi saat ini. Harga minyak mentah di perdagangan West Texas Intermediate (WTI) Berjangka sekitar 85 dollar AS per barel, Senin (8/4/2024) dini hari waktu New York.
Harga minyak mentah masih dalam tren kenaikan, dengan pertumbuhan sekitar 9 persen dalam sebulan terakhir hingga posisi saat ini.
Sementara itu, dari sisi fundamental ekonomi, harga emas dunia bisa dipengaruhi suku bunga bank sentral AS, The Fed, yang diprediksi turun pada semester kedua tahun ini. Penurunan suku bunga di AS, yang akan disusul bank Indonesia, kemungkinan kembali meningkatkan harga emas.
”Hanya saja, kemungkinan kenaikan itu tidak akan melampaui harga 2.350 dollar AS per troy ons pada April,” tuturnya.
Hanya saja, kemungkinannya kenaikan itu tidak akan melampaui harga 2.350 dollar AS per troy ons pada April.
Prediksi serupa dimungkinkan dengan adanya sentimen pemilihan presiden AS pada November 2024. Jika Donald Trump memenangi pemilu AS, pasar akan berasumsi pemerintahan AS akan meningkatkan intensitas perang dagang dengan Tiongkok. Pasar juga membaca, Trump kemungkinan akan membawa AS keluar dari NATO.
”Itu yang membuat harga emas kemungkinan akan naik di semester II, tapi tidak akan melampaui 2.350 dollar AS per troy ons,” pungkas Ibrahim.