Jokowi Panggil Gubernur BI dan Sejumlah Menteri Bahas Respons Dampak Iran-Israel
Presiden Jokowi memanggil Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan sejumlah menteri bahas perkembangan situasi global.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas di Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (16/4/2024), membahas perkembangan situasi global. Strategi kebijakan diperlukan untuk merespons gejolak perekonomian global yang dipicu eskalasi konflik di Timur Tengah akhir pekan lalu.
Berdasarkan pantauan Kompas, hadir dalam pertemuan itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Hadir pula Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Agenda dalam jadwal rapat disebutkan Rapat Terbatas bersama Presiden Republik Indonesia tentang Perkembangan Situasi Global. Rapat dimulai pukul 10.00 WIB dan berakhir sekitar 11.30 WIB.
Perekonomian global bergejolak pada akhir pekan lalu menyusul serangan udara oleh Iran ke Israel pada Minggu (14/4/2024). Dampak langsung yang terdeteksi adalah kenaikan harga minyak mentah dunia.
Iran melakukan serangan udara selama beberapa jam terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024) tengah malam hingga Minggu (14/4/2024) pagi. Pemerintah Iran menyatakan, serangan itu merupakan balasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus pada 1 April.
Meski serangan Iran telah berhenti pada Minggu pagi, risiko eskalasi konflik sangat terbuka. Situasi memanas penuh ketidakpastian ini berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian global. Dampak langsung yang sudah terjadi adalah kenaikan harga minyak dunia yang biasanya akan diikuti kenaikan harga komoditas lain.
Baru sebatas kabar tentang potensi Iran menyerang Israel beredar pada Jumat (12/4/2024) saja, harga minyak dunia sudah melonjak. Mengutip data situs pencatat basis data ekonomi dan komoditas, Refinitiv, harga minyak Brent pada penutupan perdagangan Jumat (12/4/2024) mencapai 90,45 dollar AS per barel.
Ini merupakan harga minyak tertinggi sejak 20 Oktober 2023 atau sekitar enam bulan terakhir. Harga ini sudah melampaui asumsi Indonesia Crude Price (ICP) yang ditetapkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 senilai 82 dollar AS per barel.
Pengajar di Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, Minggu, menyatakan, dampak konflik Iran-Israel bersifat fundamental terhadap pasokan dan permintaan minyak dunia. Dengan demikian, elastisitasnya terhadap kenaikan harga minyak dunia lebih besar ketimbang perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas.
Disebut berdampak fundamental sebab, di satu sisi, Iran adalah salah satu anggota OPEC yang dominan. Posisi ini bisa menekan OPEC dalam bentuk kuota produksi minyak mentah dan kebijakan harga.
Di sisi lain, Israel merupakan sekutu AS yang merupakan produsen sekaligus konsumen minyak terbesar dunia. ”Jadi, konflik Iran-Israel langsung berhubungan dengan fundamental suplai dan permintaan minyak dunia,” kata Pri.
Belum lagi variabel lain yang akan memengaruhi pembentukan harga minyak dunia, yakni China dan Rusia. China adalah salah satu konsumen minyak terbesar dunia. Sementara Rusia adalah salah satu eksportir besar dunia.
”Kalau ini (Iran-Israel) terus bergulir perangnya, katakanlah durasinya panjang, kemungkinan harga minyak melampaui 100 dollar AS terbuka. Karena, sebelum ini, harganya sudah bertahan relatif tinggi. Harga di kisaran 80 dollar AS selama ini termasuk tinggi dalam ukuran komoditas yang digempur isu transisi energi dan permintaan global yang masih lemah pasca-Covid,” paparnya.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji mengatakan, saat ini pemerintah memandang situasi masih bersifat jangka pendek. Hal ini disampaikannya pada diskusi daring tentang dampak konflik Iran-Israel terhadap ekonomi RI, yang digelar Perkumpulan Eisenhower Fellowship Indonesia, Senin (15/4/2024).
”Kita perlu berhati-hati karena prediksi yang lebih panjang saya pikir akan kurang akurat. Ini akan bergantung dari reaksi investor, produsen, dan konsumen dalam menilai risiko ke depan. Misalnya, bagaimana potensi respons Israel akan memengaruhi persepsi kemungkinan terjadinya eskalasi pasar. Ke depan, harga minyak sudah mengandung risiko geopolitik,” tutur Tutuka.
Namun, dengan tren harga minyak yang sudah naik sejak awal 2024, ditambah terjadinya konflik Iran-Israel, menurut Tutuka, harga minyak bisa di sekitar 100 dollar AS per barel. Ini bergantung pada reaksi Israel dan Amerika Serikat.
Kementerian ESDM telah membuat simulasi jika harga minyak Indonesia (ICP) menyentuh 100-110 dollar AS per barel atau jauh di atas ICP Maret 2024, yakni 83,79 dollar AS per barel. Dalam skenario ini, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor energi akan meningkat, tetapi subsidi energi dan kompensasi energi akan melonjak jauh lebih tinggi.
Jika ICP naik menjadi 100 dollar AS per barel, dengan kurs Rp 15.900 per dollar AS, total subsidi serta kompensasi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji akan membengkak, dari Rp 244,18 triliun (asumsi APBN 2024) menjadi Rp 356,14 triliun. Jika ICP adalah 110 dollar AS per barel, subsidi akan melambung menjadi Rp 404,21 triliun.