Saldo Utang Luar Negeri: Pemerintah Tambah, Swasta Turun
Saldo utang luar negeri pemerintah per Februari naik. Di periode yang sama, saldo utang luar negeri swasta turun.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Posisi utang luar negeri Indonesia pada Februari 2024 meningkat 1,4 persen secara tahunan menjadi 407,3 miliar dollar AS. Menurut Bank Indonesia, struktur utang luar negeri tersebut sehat seiring dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, peningkatan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 terutama bersumber dari sektor publik, yakni pemerintah dan bank sentral. Secara keseluruhan, struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
”Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 29,5 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,9 persen dari total ULN,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (19/4/2024).
Adapun posisi ULN pemerintah pada Februari 2024 tumbuh 1,3 persen secara tahunan menjadi 194,8 miliar dollar AS. Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah.
Dalam rangka melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan ULN diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas. Mayoritas utang tersebut atau sekitar 99,98 persen dari total ULN pemerintah merupakan utang dengan tenor jangka panjang.
Beberapa program yang memanfaatkan ULN pemerintah tersebut adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi 21,1 persen dari total ULN pemerintah. Administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib memiliki pangsa 18,1 persen. Sementara jasa pendidikan sebesar 16,9 persen, konstruksi sebesar 13,7 persen, serta jasa keuangan dan asuransi sebesar 9,7 persen.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, BI dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Adapun ULN swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta pada Februari 2024 stabil di kisaran 197,4 miliar dollar AS atau terkontraksi 1,3 persen secara tahunan. Sumber utang berasal dari lembaga keuangan dan perusahaan bukan lembaga keuangan, masing-masing terkontraksi sebesar 1,3 persen secara tahunan.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan; jasa keuangan dan asuransi; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian. Akumulasi pangsanya mencapai 78,3 persen dari total ULN swasta.
ULN swasta juga didominasi dengan tenor jangka panjang. Porsinya mencapai 76,3 persen terhadap total utang.
”Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, BI dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” ujar Erwin.
Hingga saat ini, nilai tukar rupiah terus berfluktuasi dengan kecenderungan melemah. Pada penutupan pasar, Jumat (19/4/2024), rupiah ditutup di level Rp 16.280 per dollar AS atau melemah 5,7 persen dibanding penutupan pada akhir 2023.
Pelemahan nilai tukar tersebut disebabkan oleh menguatnya indeks dollar AS terhadap berbagai mata uang. Berdasarkan data setelmen hingga 18 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik mencatatkan jual neto hingga Rp 10,64 triliun.
Itu terdiri dari jual neto senilai Rp 38,66 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto senilai Rp 15,12 triliun di pasar saham, dan beli neto senilai Rp 12,90 triliun di Sekuritas Rupiah BI (SRBI).
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, berpendapat, depresiasi nilai tukar rupiah memang tidak berdampak langsung terhadap ULN. Hal ini mengingat sebagian besar utang tersebut memiliki jatuh tempo dalam jangka panjang.
Di sisi lain, depresiasi rupiah hanya akan berpengaruh terhadap ULN dalam bentuk mata uang asing. ULN dalam bentuk dollar AS, misalnya, memiliki porsi sebesar 20 persen, sedangkan utang dalam bentuk rupiah mencapai 72 persen.
Tauhid menambahkan, stabilisasi nilai tukar tetap perlu dilakukan mengingat adanya risiko nilai tukar (exchange rate risk). Hal ini terutama akan berdampak terhadap sektor swasta.
”Ada yang disebut dengan exchange rate risk. Pada Februari 2024, tingkatnya kini sudah sama dengan 2023. Tinggi sekali, dan berpotensi akan naik lagi hingga Desember 2024,” katanya saat dihubungi dari Jakarta.
Selain itu, rata-rata jangka waktu ULN (average debt maturity) per Februari tercatat 7,97 tahun. Menurut Tauhid, semakin singkat jangka waktu akan berdampak buruk bagi perekonomian karena dapat membuat pembayaran utang dilakukan secara gali lubang tutup lubang.