Produktivitas Masih Tertinggal, Kompetensi Buruh Perlu Ditingkatkan
Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di posisi kelima di Asia Tenggara.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia perlu terus meningkatkan produktivitas dan kuantitas serapan buruh/tenaga kerja agar bisa menjadi negara maju. Meningkatkan dua hal itu akan berujung pada meningkatnya daya saing industri manufaktur dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam mengatakan, produktivitas tenaga kerja dalam negeri ini masih tertinggal dan perlu harus terus ditingkatkan.
Hal ini salah satunya tecermin dalam riset Organisasi Buruh Internasional (ILO), produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya menduduki peringkat kelima di Asia Tenggara pada 2021. Produktivitas tenaga kerja Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.
Setiap satu orang pekerja di Indonesia tiap jam kerja menyumbang 12,96 dollar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2021. Produktivitas pekerja Indonesia masih berada di bawah Singapura (74,15 dollar AS/orang/jam), Brunei Darussalam (55,92 dollar AS/orang/jam), Malaysia (25,59 dollar AS/orang/jam), dan Thailand (15,06 dollar AS/orang/jam).
”Ini kita prihatin. Di Asia Tenggara saja kita hanya nomor lima. Jadi, ini enggak main-main, ya karena menyangkut daya saing generasi berikutnya. Kita harus banyak mengalokasikan waktu, tenaga, termasuk biaya untuk meningkatkan keterampilan ke depan sehingga paling tidak di Asia Tenggara kita bisa bersaing,” ujar Bob di sela-sela acara perayaan hari buruh internasional di kawasan pergudangan PT Puninar Logistic di Cakung, Jakarta Timur, Rabu (1/5/2024).
Selain masalah produktivitas, lanjut Bob, Indonesia juga masih menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran pada data terbaru, yakni Agustus 2023 mencapai 7,86 juta orang.
Bob mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mendorong investasi lebih banyak lagi khususnya di sektor manufaktur yang padat karya. Industri manufaktur bisa menyerap banyak tenaga kerja, memberikan dampak domino perekonomian, yang ujungnya mendorong pertumbuhan ekonomi makro.
Di Asia Tenggara saja kita hanya nomor lima. Jadi, ini enggak main-main ya, karena menyangkut daya saing generasi berikutnya.
Padahal, industri manufaktur adalah kontributor terbesar perekonomian Indonesia. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur berkontribusi sebesar 18,67 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2023.
Indonesia juga bercita-cita menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045 atau 100 tahun Indonesia Merdeka. Salah satu caranya adalah meningkatkan kontribusi manufaktur terhadap PDB menjadi 28 persen.
Peningkatan kompetensi
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan, peningkatan kompetensi adalah salah satu jawaban pasti dari tantangan industri. ”Kita harus meningkatkan kualitas SDM kita, SDM di dalam negeri harus lebih baik dari SDM negara lain,” ujar Ida.
Ia menjelaskan, targetnya tentu setidaknya di Asia Tenggara Indonesia harus memiliki SDM terbaik. ”Kemudian kita tingkatkan di level Asia bahkan dunia, itu jika kita serius untuk meraih impian kita, yaitu Indonesia Emas 2045,” ujar Ida.
Presiden Federasi Serikat Pekerja Panasonic Globel (FSPPG) Djoko Wahyudi dihubungi terpisah mengatakan, produktivitas menyangkut output tenaga kerja, yang sangat bergantung juga pada input-nya. Sejauh ini tenaga kerja Indonesia masih banyak berkutat pada industri padat karya dan masih sedikit yang menggunakan teknologi tinggi sehingga output-nya pun rendah. Peningkatan kapasitas dan investasi diyakini akan membuat tenaga kerja Indonesia lebih kompetitif.
Djoko mencontohkan, lembaganya telah mengirimkan lebih 300 tenaga magang ke Jepang beberapa tahun terakhir. Dan hasilnya bagus. Ternyata tenaga kerja Indonesia mampu berkompetisi di negara lain. Selain meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri, magang selama 3 tahun dan bisa diperpanjang selama 5 tahun itu meningkatkan kapasitas mereka dan memudahkan investasi Jepang di Tanah Air.
Peserta mempersiapkan diri dengan mengenakan alat pelindung diri sebelum mulai praktik dalam pelatihan perawatan pendingin ruangan (AC) di Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas Teknik Pendingin Federasi Serikat Pekerja Panasonic Gobel di Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (31/01/2024)
Di tengah perlambatan usia kerja penduduk dunia, termasuk Jepang, tenaga kerja Indonesia punya kesempatan untuk mengisi hal itu bersaing dengan negara Asia Tenggara lainnya. Selain keterampilan dan produktivitas, tenaga kerja Indonesia, menurut Djoko, memiliki keunggulan di bidang attitude. Perilaku baik akan membuka lebih besar peluang di pasar tenaga kerja.
Oleh karena itu, salah satu yang perlu dilakukan pemerintah adalah meningkatkan keterampilan pekerja dengan menyesuaikan program pelatihan balai latihan kerja (BLK) komunitas dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Ini agar setiap orang memiliki setidaknya satu keterampilan sehingga mampu bersaing di pasar tenaga kerja sehingga memiliki kehidupan yang layak.
”Dengan demikian, tenaga kerja Indonesia memiliki keunggulan. Jangan sampai nanti soal mengecat tembok di Indonesia pun diambil alih tenaga kerja dari India,” kata Djoko.