Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan berkontribusi 19,28 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) triwulan I-2024. Angka ini meningkat dibandingkan triwulan IV-2023 yang sebesar 19,08 persen. Kontribusi industri pengolahan ini juga meningkat jika dibandingkan triwulan I-2023 yang sebesar 18,57 persen.
Industri pengolahan pada triwulan I-2024 ini bertumbuh 4,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun dibandingkan triwulan sebelumnya, industri pengolahan terkontraksi 0,35 persen.
Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengatakan, kontribusi industri manufaktur yang meningkat terhadap rasio PDB menjadi indikator positif bahwa dunia usaha dan perekonomian merespons positif terhadap kebijakan ekonomi serta membuat nilai tambah yang lebih maksimal.
”Semakin tinggi kontribusi industri terhadap perekonomian akan menjadi daya ungkit atau leveraging terhadap pertumbuhan,” ujar Ajib dihubungi, Selasa (7/5/2024).
Ia menambahkan, pemerintah baru membuat target pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Hal ini harus didukung oleh peningkatan nilai tambah ekonomi yang tecermin dengan meningkatnya industri manufaktur. Bukan hanya bertumpu pada konsumsi saja.
Pada kesempatan berbeda, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto mengatakan, meningkatnya kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian ini sejalan dengan berbagai hasil riset yang menunjukkan perindustrian Tanah Air memang masih dalam kondisi ekspansif.
Lembaga riset S&P Global Indonesia melalui risetnya menyebutkan, purchasing managers index (PMI) Indonesia pada April 2024 tercatat pada level 52,9. Ini menunjukkan industri manufaktur Indonesia berada dalam posisi ekspansif yang sudah bertahan sejak 32 bulan berturut-turut.
PMI merupakan survei yang menggambarkan indeks seberapa besar belanja manajer di industri manufaktur. Nilai indeks yang tinggi menunjukkan ada belanja yang besar yang diartikan sebagai dunia usaha yang tengah ekspansif.
Ekspansi di industri manufaktur ini sejalan dengan survei Indeks Keyakinan Industri (IKI) April 2024 yang dirilis Kementerian Perindustrian pada akhir April. Nilai IKI pada April 2024 pada posisi 52,3, turun 0,75 poin dibandingkan Maret.
”Angka kontribusi manufaktur terhadap ekonomi ini sangat solid. Ini sejalan dengan angka PMI dan IKI yang masih terus dalam level ekspansif,” ujar Eko.
Ia menjelaskan, industri manufaktur yang ekspansif itu dipicu berbagai investasi yang masuk ke sektor ini. Investasi yang masuk ini membuka lapangan kerja dan mendorong perputaran ekonomi.
Mengutip data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 161,1 triliun atau 40,2 persen. Dari sisi penanaman modal asing (PMA), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi salah satu subsektor penyumbang investasi terbesar.
Industri manufaktur perlu dipacu lebih cepat untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih besar juga.