Presiden Jokowi Janji Bujuk Prabowo Garap Tambak Udang ”Nganggur”
Permintaan nila tahun 2024 diproyeksi mencapai 14,4 miliar dollar AS atau lebih kurang Rp 230 triliun.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Seluas 78.000 hektar lahan bekas tambak udang di kawasan pantai utara Jawa menganggur atau dibiarkan mangkrak tanpa pengerjaan. Oleh karena tak lagi bisa digunakan sebagai tambak udang, Presiden Joko Widodo mendorong pemanfaatannya untuk tambak budidaya ikan nila salin. Presiden Jokowi bahkan berjanji akan membujuk presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mendukung program budidaya nila tersebut.
”Kita lihat ini dulu dan kalau memang sangat feasible (layak dilakukan) ini akan saya siapkan di APBN 2025-2026. Dan, saya akan bisikin kepada pemerintahan baru, oleh presiden terpilih, agar mimpi besar ini betul-betul bisa direalisasikan,” ujar Presiden Jokowi dalam sambutan ketika meresmikan pemodelan kawasan tambak budidaya ikan nila salin di kawasan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024).
Sesuai kalkulasi dari Kementerian Perikanan dan Kelautan, menurut Presiden, pengelolaan 78.000 hektar lahan bekas tambak ini membutuhkan anggaran senilai Rp 13 triliun. ”Saya bilang, kalau Rp 13 triliun dari Banten sampai ke Jatim, dari Serang sampai ke Banyuwangi, semuanya bisa dikerjakan, saya kira akan mengangkut tenaga kerja yang sangat gede sekali, membuka lapangan kerja yang sangat besar sekali,” tambah Presiden.
Ini akan saya siapkan di APBN 2025-2026. Dan, saya akan bisikin kepada pemerintahan baru, oleh presiden terpilih, agar mimpi besar ini betul-betul bisa direalisasikan.
Dalam paparannya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menekankan bahwa tambak budidaya nila salin menjadi pemodelan di kawasan pantai utara (pantura) Jawa. Di pantura terdapat 78.000 hektar tambak yang menganggur sebagai bekas tambak udang windu.
”Nilai pasar nila besar di dunia. Kita berharap, dengan budidaya nila salin ini, 78.000 hektar digarap bisa produksi 4 juta ton per tahun. Nilai ekonomi sangat tinggi,” tutur Trenggono.
Presiden Jokowi juga membenarkan bahwa permintaan pasar dunia untuk ikan nila sangat besar. Pada tahun 2024, permintaan nila mencapai 14,4 miliar dollar AS atau lebih kurang Rp 230 triliun. Potensi permintaan yang sangat besar tersebut harus dimanfaatkan.
Di sisi lain, tambak yang menganggur pun menjadi perhatian Kepala Negara. ”Tadi sudah disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan kepada saya mengenai tambak udang di pantura yang telah lama kosong, idle, tidak ada kegiatannya di sana. Ada 78.000 hektar sepanjang dari Serang sampai Banyuwangi, dari Banten, Jateng, Jatim, 78.000 tambak yang idle,” ujar Presiden.
Presiden pun meminta agar produksi nila di pantura tetap harus dibuat dalam skala pemodelan terlebih dulu. ”Saya setuju bahwa dibuat model dulu, ada modeling-nya dulu. Kalau modeling-nya sudah benar, yang diinfokan ke saya dari yang biasanya 1 hektar hanya 0,6 ton per hektar menjadi 80-an ton per hektar. Dan, ini nanti akan bisa mengangkut, membuka lapangan kerja yang sangat besar sekali,” ucap Presiden.