Presiden Semeja dengan Prabowo, Pupuskah Kabar Kerenggangan Keduanya?
›
Presiden Semeja dengan...
Iklan
Presiden Semeja dengan Prabowo, Pupuskah Kabar Kerenggangan Keduanya?
Buka puasa bersama Presiden dan Kabinet berlangsung adem. Hiruk pikuk pascapemilu pun seakan pupus.
Oleh
NINA SUSILO, MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
Seakan menepis kabar merenggangnya hubungan Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto, keduanya duduk semeja dalam acara buka puasa bersama antara Presiden dan anggota Kabinet Indonesia Maju, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/3/2024). Di meja bundar, Presiden Jokowi hanya dipisahkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Meja tersebut juga diisi oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Menko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto.
Sebanyak 12 meja bundar terisi penuh di Istana Negara yang masing-masing diisi 5-6 anggota Kabinet Indonesia Maju. Wapres Amin membuka acara dengan memberikan tausiah Ramadhan. Acara buka puasa bersama kali ini menjadi bukber pertama kabinet Jokowi setelah bukber terakhir sebelum pandemi Covid-19, yaitu pada 6 Mei 2019. Bukber kala itu juga digelar setelah Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif pada 17 April 2019.
Pada bukber kali ini, sebagian anggota kabinet memilih memakai atasan bernuansa putih, sedangkan lainnya memilih batik. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memadukan baju kurung berwarna coklat muda dengan kerudung berwarna putih tulang dan celana berwarna senada. Adapun sahabatnya sejak SMA, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, menggunakan blus hitam beraksesoris kerah berenda putih, celana panjang hitam, serta menutup kepalanya dengan turban.
Seakan menepis kabar merenggangnya hubungan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, keduanya duduk semeja dalam acara buka puasa bersama antara Presiden dan anggota Kabinet Indonesia Maju.
Keakraban di saat menjelang berbuka puasa juga terasa. Sri Mulyani dan Retno Marsudi duduk mengelilingi meja yang sama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi. Mereka pun langsung mengobrol hangat seraya berfoto bersama.
Tak lama kemudian, saat Prabowo tiba, Airlangga segera menyalami. Saling sapa antarmenteri pun terjadi. Demikian pula saat Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin tiba di ruang utama Istana Negara, Presiden pun langsung menyalami Prabowo, Airlangga, dan para menteri lain dengan menangkupkan telapak tangannya. Prabowo pun menangkupkan tangan di depan dada membalas salam dengan takzim sebelum kembali duduk.
Dalam buka puasa bersama itu, beberapa menteri tak hadir. Mereka antara lain para menteri dari koalisi yang tak mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, seperti Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Tri Rismaharini, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Suharso Monoarfa.
Segala yang tidak adil, penuh kebencian, permusuhan, dan kerusakan harus dihindari karena tak sesuai dengan hukum syariah.
Ketika memberikan tausiah Ramadhan, Wapres Amin menegaskan bahwa segala yang tidak adil, penuh kebencian, permusuhan, dan kerusakan harus dihindari karena tak sesuai dengan hukum syariah. Hukum syariah yang berasal dari Allah dibangun di atas dasar hikmah-hikmah. Dengan demikian, hukum syariah memiliki manfaat dan kemaslahatan.
”Syariat itu semuanya adil. Aturan-aturan dalam syariat semua adil karena pembuatnya, Allah SWT, tidak punya kepentingan apa-apa. Beda, kalau manusia, ada kepentingannya. Tapi, kalau Allah, enggak ada,” kata Wapres.
Hukum syariah berisi rahmat, maslahat, dan hikmat. ”Kalau syariah adil, tidak adil bukan syariah. Syariah rahmat, kebencian bukan syariah, permusuhan bukan syariah. Walau dimasukkan tafsir syariah, tapi kalau enggak adil, kebencian, permusuhan, kerusakan itu bukan syariah walau pakai tafsir,” tuturnya menambahkan.
Syariat itu semuanya adil. Aturan-aturan dalam syariat semua adil karena pembuatnya Allah SWT tidak punya kepentingan apa-apa.
Ceramah ini seakan mendinginkan suasana setelah beberapa bulan ini semua sibuk dan berkerut kening dengan urusan pemenangan pemilu. Saling bertarung memenangi kekuasaan menjadi tujuan utama.
Ramadhan pun seakan membuat suasana di ruang utama Istana Negara adem. Wapres juga menegaskan bahwa puasa Ramadhan adalah hikmah sehingga puasa merupakan ibadah spesial. ”Karenanya, Allah dalam hadis mengatakan, amalnya manusia semua untuk dia kecuali puasa. Puasa untuk Saya, kata Allah, dan Saya membalasnya,” ujar Wapres Amin.
Puasa juga mengajarkan jihad untuk memerangi hawa nafsu. ”Semua punya nafsu dan kata Al Quran nafsu membawa kejelakan, nafsu apa pun. Karena itu, harus dikendalikan,” kata Wapres.
Hikmah puasa
Wapres menegaskan, puasa jangan hanya menghentikan makan, minum, dan memindahkan makan siang ke sahur. ”Apalagi habis pemilu. Kalau kurang mengendalikan diri, membawa pengaruh buruk. Banyak hikmah puasa. Maka, kalau tidak berdampak, puasanya tidak memiliki nilai. Banyak orang puasa enggak dapat apa-apa,” ucap Wapres.
Apalagi habis pemilu. Kalau kurang mengendalikan diri, membawa pengaruh buruk.
Terkait relasi antara Prabowo dan Presiden Jolowi yang masih terpelihara dan dipertontonkan dengan duduk semeja di acara bukber kali ini, pengamat menyebut bahwa relasi tersebut dibangun di atas kepentingan yang sama.
Pengajar politik dari Universitas Sam Ratulangi, Ferry Daud Liando, menyebut hubungan Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto akan sangat tergantung pada kepentingan di antara keduanya. Sepanjang kepentingan mereka masih searah, hubungan akan tetap baik-baik saja. Namun, ketika kelak kepentingan keduanya menjadi berbeda, saat itulah hubungan keduanya akan putus.
Tiga ujian
Dalam waktu dekat akan ada tiga ujian yang bisa menentukan apakah hubungan keduanya akan bertahan atau putus. Pertama partai-partai mana yang bisa diajak atau diterima untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan kelak. Parpol mana yang bisa diterima atau ditolak.
Jika pandangan keduanya sama, hubungan keduanya bisa berlanjut. Namun, jika keduanya memiliki pertimbangan lain, potensi konflik antarkeduanya bisa terjadi.
Ujian kedua adalah soal formasi kabinet. Meski pengangkatan menteri adalah hak prerogatif presiden, mustahil jika Presiden Jokowi tidak akan minta ”jatah”. Prabowo pun tidak mungkin tidak akan mengakui bahwa terpilihnya dia menjadi presiden merupakan andil besar Jokowi.
”Karena itu, bisa jadi Pak Jokowi tidak hanya akan memintah jatah berapa jumlah, tetapi bisa saja Pak Jokowi akan mengapling posisi-posisi menteri yang strategis akan diisi oleh orang-orang kepercayaan Jokowi,” ujar Ferry.
Ketiga, hubungan mereka akan diuji tentang kiblat hubungan ekonomi internasional. Dua kiblat ekonomi terbesar negara-negara dunia berpusat di China dan Amerika Serikat.
Terdapat banyak negara yang elite politiknya terpecah karena tarik-menarik apakah berhubungan dengan China atau AS. Jika pilihan kiblat negara akan sama, hubungan bisa bertahan. Jika ternyata beda, hubungan mereka berpotensi akan berakhir.
Ada kompromi
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, menilai, antara Jokowi dan Prabowo pasti ada kompromi. Lagipula, menurut dia, Jokowi mendukung Prabowo-Gibran bukan hanya karena anaknya yang didapuk sebagai cawapres pendamping Prabowo, melainkan juga karena Prabowo dianggap loyal. Sebagai seorang prajurit, loyalitas biasanya dipegang kuat.
Adanya bayang-bayang Jokowi pada pemerintahan Prabowo mendatang, diakui hal ini disebabkan Jokowi berkontribusi besar dalam kemenangan Prabowo-Gibran. Namun, kata Ujang, pasti ada kompromi dalam hubungan setara yang saling menguntungkan.
”Jokowi juga harus tahu batasan, harus tahu diri ketika presidennya berganti Prabowo Subianto. Enggak usah cawe-cawe juga, enggak usah intervensi pada pemerintahan yang baru. Toh, di situ sudah ada anaknya sebagai wapres baru yang akan dilantik,” tutur Ujang.
Jokowi pun diharapkan legawa dan bisa menjadi negarawan yang tidak cawe-cawe. Ke depan, setelah dilantik sebagai presiden, Prabowo akan menyusun rancang bangun kabinet dan pemerintahannya. Lalu, apakah Jokowi akan terus membayangi atau memilih menjadi negarawan, masyarakat tentu bisa menilai sendiri.