China Jadi Fokus Strategi Pertahanan Baru Australia
›
China Jadi Fokus Strategi...
Iklan
China Jadi Fokus Strategi Pertahanan Baru Australia
Dinamika kawasan kali ini mungkin yang terberat yang pernah dihadapi Australia selama 70 tahun terakhir.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
CANBERRA, RABU — Australia meluncurkan strategi pertahanan baru yang akan meningkatkan keterlibatan lebih jauh ke wilayah Indo-Pasifik. Dalam Strategi Pertahanan Nasional itu, Australia mengindikasikan fokus baru dalam menghadapi ”taktik paksaan” China di kawasan.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengumumkan strategi baru setebal 80 halaman tersebut di Canberra, Rabu (17/4/2024). Sebagai konsekuensi atas strategi baru, Australia akan meningkatkan belanja alat utama sistem pertahanan hingga 2,4 persen dari produk domestik bruto dalam 10 tahun ke depan, mencapai 330 miliar dollar Australia.
Dalam dokumen tersebut, Pemerintah Australia menilai situasi keamanan di kawasan Pasifik akan suram. ”Asumsi optimistis tentang situasi kawasan yang menjadi landasan strategi pertahanan keamanan Australia pasca-Perang Dingin tiga dekade lalu tak bisa dipertahankan lagi,” kata Marless.
Sebagai negara kepulauan, Marless menyatakan Australia mengandalkan kehidupan dari perdagangan dan maritim. Karena itu, negara tersebut tidak bisa berpangku tangan melihat dinamika di kawasan. Perubahan strategi pertahanan nasional yang baru itu untuk memastikan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan tetap terjaga.
Fokus utama Strategi Pertahanan Nasional juga memproyeksikan kekuatan militer lebih jauh ke Asia Pasifik, tidak sebatas wilayah Australia. ”Geografi keamanan nasional kita tidak terletak di garis pantai benua. Letaknya lebih jauh,” kata Marless dikutip dari laman media Australia, ABC.
Ia menambahkan, Australia akan fokus membangun kekuatan penggentar (deterrence) untuk melindungi kepentingan negara. Marless membuka wacana potensi invasi atas Australia oleh kekuatan asing meski tidak secara langsung. ”Invasi ke Australia adalah kemungkinan yang tidak mungkin terjadi dalam skenario apa pun, justru karena begitu banyak kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh musuh terhadap negara kita tanpa harus menginjakkan kaki di tanah Australia,” katanya.
Angkatan Bersenjata Australia (ADF) nantinya akan membuat angkatan laut memiliki kekuatan lebih besar dan mematikan dalam pesenjataannya. Angkatan darat juga memiliki kemampuan tempur mumpuni di pesisir (littoral operations), sementara Angkatan Udara pun memiliki kekuatan ampuh. Demikian pula pertahanan siber dan kemampuan penguasaan teknologi luar angkasa yang terintegrasi dalam semua matra.
Peningkatan kemampuan alutsista angkatan bersenjata juga menjadi prioritas, di antaranya kepemilikan kapal selam bertenaga nuklir serta pengembangan dan akuisisi sistem persenjataan jarah jauh seperti rudal balistik dan hipersonik. Pangkalan-pangkalan militer di wilayah utara akan diperkuat. Inovasi industri pertahanan dan penunjangnya juga ditingkatkan.
Negatif
Menanggapi Strategi Pertahanan Nasional Australia yang baru, China menyatakan tidak ”memberikan ancaman” kepada negara mana pun. Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mendesak Australia untuk menahan diri dalam mengeluarkan pandangan negatif terhadap berbagai tindakan dan kebijakan China di kawasan.
”Kami berharap Australia dapat melihat perkembangan dan niat strategis China dengan cara yang benar, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, berbuat lebih banyak untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional,” kata Lin.
Lam Tran, Ketua Program Kajian Australia CSIS yang berpusat di Washington, mengatakan, perubahan ini adalah jalan panjang pemerintahan Partai Buruh Australia setelah memenangi pemilu pada 2022. Perubahan terjadi setelah menimbang berbagai tindakan China di kawasan yang dinilai agresif untuk memperluas pengaruhnya.
Australia menilai langkah China mengganggu stabilitas keamanan di kawasan, yang berada di halaman depan Australia. ”Dengan perubahan ini, Australia ingin berkontribusi lebih pada keamanan dan stabilitas regional,” katanya.
Menurut Tran, pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese menilai dinamika kawasan kali ini mungkin yang terberat yang pernah dihadapi Australia selama 70 tahun terakhir. Secara khusus, Tran menyebut perluasan pengaruh China di kawasan serta persaingan strategis Amerika Serikat dan China.
Belanja militer
Perubahan strategi pertahanan itu secara otomatis berdampak pada naiknya belanja militer Australia dalam satu dekade mendatang. Porsi terbesar, sebanyak 145 miliar dollar Australia atau 40 persen, dialokasikan untuk belanja sistem persenjataan dan perbaikan kapasitas personel angkatan laut, di antaranya untuk kapal selam bertenaga nuklir dalam kerangka kerja sama AUKUS dan drone bawah laut Ghost Shark.
Seperlima anggaran akan digunakan untuk belanja rudal jarak menengah dan jarah jauh. Mengutip laman ABC, Australia juga berencana mengakuisisi rudal jelajah Tomahawk dari Amerika Serikat. Kementerian Pertahanan mengubah anggaran untuk pembelian satu skuadron jet tempur F-35 untuk melengkapi armada yang sudah ada.
Menteri Industri Pertahanan Pat Conroy mengatakan, jet tempur F-18 Super Hornet bertugas sejak 2007 akan diperpanjang masa kerjanya hingga setidaknya tahun 2030. ”Kami memutuskan untuk mempertahankan Super Hornet karena dua alasan: pertama, mereka melakukan pekerjaan dengan baik dan kedua, Joint Strike Fighter bahkan lebih mampu dari yang kami perkirakan sebelumnya,” katanya. (AP/Reuters)