Waspadai Potensi Tsunami akibat Erupsi Gunung Ruang
›
Waspadai Potensi Tsunami...
Iklan
Waspadai Potensi Tsunami akibat Erupsi Gunung Ruang
Sejarah mencatat tsunami terjadi pada rangkaian erupsi Gunung Ruang tahun 1871 dengan korban hingga 400 orang.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Warga sepanjang pesisir barat Pulau Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau Sitaro, Sulawesi Utara, diminta mengungsi karena rentan terdampak tsunami, sebagai salah satu dampak erupsi Gunung Ruang. Sementara itu, status Gunung Awu, di utara Gunung Ruang, kini Siaga dengan area steril dalam radius 5 kilometer.
Ketua Tim Pengamatan Gunung Api di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Heruningtyas Desi Purnamasari menyatakan, kenaikan status Gunung Ruang menjadi Awas berdampak pada perluasan area steril di sepanjang pesisir barat daya hingga barat Pulau Tagulandang. Area tersebut masuk ke dalam radius 6 km dari puncak Gunung Ruang sehingga penduduk di daerah itu harus mengungsi.
”Hal itu harus dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat erupsi Gunung Ruang. Selain terpapar material vulkanik, tsunami rawan terjadi akibat material gunung yang jatuh ke laut,” kata Heruningtyas di Bandung, Kamis (18/4/2024).
Berdasarkan catatan sejarah erupsi Gunung Ruang, tsunami dengan tinggi gelombang sekitar 25 meter pernah terjadi pada 3 Maret 1871. Kejadian itu melanda daerah pesisir Pulau Tagulandang dan merangsek hingga 180 meter dari bibir pantai.
Saat itu, korban jiwa mencapai 400 orang. Bencana ini terjadi sebelum erupsi Gunung Ruang pada 9 dan 14 Maret 1871 yang menyemburkan batu dan pasir. Erupsi merusak peradaban terakhir tercatat pada tahun 2002. Kejadian itu menyebabkan kerusakan lahan dan permukiman serta memicu pengungsian.
”Hingga Kamis pagi belum terjadi tsunami. Namun, tetap perlu diwaspadai,” ujar Heruningtyas.
Berdasarkan Peta Rekomendasi Gunung Ruang pada Level IV atau Awas, penduduk di pesisir barat daya hingga barat Pulau Tagulandang sudah diminta mengungsi. Warga diarahkan pergi ke bagian timur dan tengah pulau.
Heruningtyas berujar, pihaknya masih menunggu perkembangan data penambahan warga terdampak akibat erupsi Gunung Ruang tersebut. Saat status Siaga, jumlah warga terdampak sebanyak 838 jiwa dari Kampung Limpatehe dan Kampung Pumpente di Kecamatan Tagulandang.
”Jika melihat penambahan area steril, jumlah warga terdampak tentu meningkat. Namun, sebagian besar telah mengungsi mandiri sehingga penjumlahan secara detail masih dilakukan,” ujarnya.
Rangkaian erupsi
Serangkaian erupsi Gunung Ruang ini terjadi sejak Selasa (16/4/2024). Berdasarkan catatan Badan Geologi, asap kawah dengan ketinggian 200-500 m dari puncak mulai terlihat pada Selasa pagi.
Erupsi dengan intensitas lemah kemudian terjadi pukul 13.37 Wita. Selanjutnya, erupsi eksplosif mulai terjadi pukul 21.45 Wita. Estimasi tinggi kolom erupsinya mencapai 2.000 m dari puncak.
Erupsi serupa kembali terjadi pada Rabu (17/4/2024) pukul 01.08 Wita dengan kolom erupsi mencapai 2.500 m. Kali ini diiringi dentuman hingga gemuruh. Pada 05.05 Wita, erupsi setinggi 1.800 m terjadi di Gunung Ruang.
Berdasarkan catatan PVMBG, sepanjang Rabu pukul 00.00-12.00 Wita, tercatat 373 gempa vulkanik dalam, 564 gempa vulkanik dangkal, dan gempa tektonik lokal satu kejadian. Bahkan, antara pukul 12.00 dan 20.15 Wita terjadi sekali gempa erupsi dan tremor vulkanik menerus dengan amplitudo dominan 55 milimeter.
Erupsi ini menghasilkan lontaran batu (pijar) ke segala arah yang bisa diikuti dengan awan panas ataupun erupsi efusif (aliran lava). Masyarakat di Pulau Tagulandang, khususnya di dekat pantai, agar mewaspadai lontaran batuan pijar hingga awan panas.
Masih pada hari yang sama, terjadi erupsi dengan ketinggian mencapai 2.500 m dari puncak pada pukul 18.00 Wita. Erupsi eksplosif dengan tinggi kolom berwarna kelabu hingga hitam sekitar 3.000 m di atas puncak juga terjadi pukul 20.15 Wita dan disertai suara gemuruh dan gempa.
”Pencatatan terakhir pada 17 April 2024 pukul 20.39 Wita. Kemungkinan dampak dari material erupsi dan jaringan listrik yang terputus. Kami akan segera memasang stasiun pengganti untuk memastikan pemantauan tetap berlangsung,” paparnya.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menyatakan, hingga Kamis (18/4/2024) pukul 12.00 Wita, teramati erupsi Gunung Ruang berupa asap menerus berwarna putih hingga kecokelatan dengan intensitas relatif lemah. Namun, dari hasil pemantauan, aktivitas vulkanik gunung ini masih tinggi dengan potensi bahaya erupsi eksplosif yang mungkin terjadi.
”Erupsi ini menghasilkan lontaran batu (pijar) ke segala arah yang bisa diikuti dengan awan panas ataupun erupsi efusif (aliran lava). Masyarakat di Pulau Tagulandang, khususnya di dekat pantai, agar mewaspadai lontaran batuan pijar hingga awan panas,” ujarnya.
Wafid juga mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Ruang untuk menggunakan masker. Tujuannya, menghindari paparan abu vulkanik yang dapat mengganggu sistem pernapasan. Pihaknya juga akan terus mengevaluasi secara berkala atau saat terjadi perubahan yang signifikan.
Gunung berdekatan
Selain Ruang, aktivitas dua gunung lainnya di Sulut, yaitu Karangetang dan Awu, juga meningkat. Menurut Heruningtyas, status Gunung Awu, berjarak sekitar 100 km dari Gunung Ruang, naik dari Waspada menjadi Siaga sejak 16 April 2024 pukul 18.00 Wita. Area steril warga berjarak 5 km dari puncak.
”Kami tidak menyangka peningkatan aktivitas kegempaannya secepat ini di Awu, sedangkan meski meningkat, status Karangetang masih Waspada,” katanya.