Antiklimaks Prawira di Persimpangan Asia
Prawira gagal mendampingi Pelita Jaya untuk lolos ke babak utama Liga Champions Asia. Mereka kalah di laga penentu.
JAKARTA, KOMPAS — Asa Prawira Harum Bandung untuk lolos ke babak utama Liga Champions Bola Basket atau BCL Asia 2024 terkubur pada hari terakhir kualifikasi. Yudha Saputera dan rekan-rekan gagal menyusul wakil Indonesia lain, Pelita Jaya Basketball, setelah ditaklukkan tim asal Malaysia, NS Matrix Deers.
Prawira mampu memaksa perpanjangan waktu setelah tertinggal 15 poin pada paruh pertama di Stadion Britama Arena, Jumat (26/4/2024) malam WIB. Namun, mereka kembali kesulitan mengimbangi intensitas Matrix pada babak tambahan waktu. Matrix menang 91-87 dan meraih tiket terakhir ke babak utama.
Guard asing Matrix, Damion Rosser, menjadi pahlawan dengan sumbangan 25 poin hanya dalam kurang dari 17 menit. Dia menggantikan forward asing, Jordan Tolbert, yang terkena foul out pada pengujung kuarter keempat, lalu mencetak 9 poin selama babak tambahan. ”Saya hanya berusaha selalu siap kapan pun dibutuhkan,” ujarnya.
Forward asing Prawira, Brandone Francis, tidak kalah memukau dengan sumbangan total 31 poin dan 5 rebound. Namun, dia pula yang menutup peluang menang timnya di pengujung laga. Saat waktu tersisa 23 detik dan Prawira hanya tertinggal tiga poin 84-87, dia melakukan turnover. Penguasaan berbalik untuk Matrix.
Baca juga: Beda Prawira dan Pelita Jaya di Liga Champions Asia
Pelatih Kepala Prawira, David Singleton, mengatakan, timnya sudah kalah dalam hal intensitas sejak tepis mula. Mereka juga kurang kompak di dua sisi lapangan. Itu yang membuat mereka tertinggal jauh 33-48 pada paruh pertama. Matrix memimpin skor selama 38 menit dan 52 detik saat Prawira hanya unggul kurang dari 4 menit.
”Ini bukan standar penampilan kami. Banyak hal tidak sesuai rencana, serangan kami dan semua hal lainnya. Bukan ingin beralasan, tetapi kami seperti tidak siap dari sisi fisik. Para pemain tampak kelelahan. Tren ini terlihat sejak lima pertandingan terakhir, termasuk di IBL (Liga Bola Basket Indonesia),” kata Singleton.
Kekalahan Prawira disebabkan dua faktor utama, yaitu area dalam pertahanan dan turnover. Para pemain asing Matrix, Rosser, Taishaun Johnson (24 poin), dan Tolbert (14 poin), sangat agresif mengincar penetrasi ke area keranjang. Tim asuhan pelatih Felton Sealey itu mampu mencatatkan 48 poin di area berwarna atau paint area.
Ini bukan standar penampilan kami. Banyak hal tidak sesuai rencana, serangan kami dan semua hal lainnya.
Setelah kecolongan 28 poin dari paint area di babak pertama, pertahanan Prawira sempat membaik di paruh ketiga. Mereka hanya kecolongan 2 poin selama 10 menit. Namun, setelah itu, intensitas di pertahanan Prawira kembali menurun pada 15 menit terakhir. Adapun Matrix hanya mencetak 12 poin dari tembakan tiga angka.
Matrix juga banyak mencetak skor mudah dari hasil transisi atau fast break, 24 poin. Mereka memanfaatkan ”hujan” turnover para pemain Prawira. Matrix mencetak 26 poin dari 20 turnover lawan. Prawira hanya mampu menghasilkan 15 poin dari turnover Matrix. Serangan Prawira tidak mengalir seperti biasa, lebih banyak aksi individu.
Baca juga: Semua Tim Berburu Pelita Jaya
Prawira harus puas finis di peringkat ketiga klasemen grup babak kedua kualifikasi dengan catatan satu kali menang dari tiga laga. Matrix (2 menang, 1 kalah) menyusul di peringkat kedua. Adapun pemuncak klasemen Pelita Jaya sudah memastikan lolos sejak menang atas Prawira, Rabu lalu.
”Dengan segala keterbatasan, sebenarnya saya masih yakin bisa menang, tetapi ternyata belum bisa. Pada akhirnya, ini pelajaran berharga bagi kami bermain di dua kompetisi sekaligus. Hasil ini akan membuat kami bertumbuh ke depan. Saya mengapresiasi para pemain yang sudah membuat kami lolos dari babak pertama kualifikasi,” jelas Singleton.
Para pemain lokal Prawira tidak mampu membuat perbedaan di Britama Arena. Kapten Prawira yang berstatus guard tim nasional Indonesia, Yudha Saputera, mampu mencetak 10 poin dan 5 asis. Namun, dia juga membuat 7 turnover. Jumlah kesalahan itu merupakan yang terbanyak dibandingkan pemain lain.
Menurut Yudha, BCL cukup berbeda dengan IBL. ”Di sini fisik harus lebih kuat karena banyak pelanggaran yang tidak dikasih. Biasanya di IBL itu pelanggaran. Hasil ini pelajaran penting banget buat ke depan (di BCL maupun IBL). Saya sendiri merasa tidak sedang dalam performa terbaik,” ucapnya.
Lolosnya Matrix ke babak utama cukup mengejutkan. Mereka, 1 menang dan 2 kalah, hanya berada di peringkat ketiga grup pada babak pertama kualifikasi. Rosser dan kawan-kawan juga sempat kalah dari Prawira 94-105 dan Hong Kong Eastern 73-80 di Ulan Bator, Mongolia. Mereka membalaskan kekalahan atas dua tim itu di Jakarta.
”Anak-anak sangat fokus hari ini sejak awal. Kemenangan ini adalah tentang perjuangan hebat seisi tim. Kami datang dengan tujuan merebut tiket ke babak utama. Saya bangga dan tidak sabar menghadapi tantangan di babak selanjutnya. Tentu kami harus lebih bersiap karena level persaingan berikutnya semakin tinggi,” kata Sealey, pelatih Matrix.