FotografiKlinik FotoPotret ”Glowing” Wajah...
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Bebas Akses

Potret ”Glowing” Wajah Politikus

Pada masa kampanye jelang Pemilu 2024, warga dihadapkan pada maraknya alat peraga kampanye yang memasang foto politikus. Sebagian besar foto yang ditampilkan tampak rapi, ramah, wajah berseri, dan menarik.

Oleh
WISNU WIDIANTORO
· 4 menit baca
Baliho kampanye yang memampang wajah calon anggota legislatif berjajar di Jalan Boulevard Piere Tendean, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (7/12/2023).
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Baliho kampanye yang memampang wajah calon anggota legislatif berjajar di Jalan Boulevard Piere Tendean, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (7/12/2023).

Pemilu 2024 sudah semakin dekat. Saat ini tahapan Pemilu 2024 sudah memasuki masa kampanye, baik untuk pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) maupun calon anggota legislatif (caleg). Pada tahap ini setiap calon akan mencoba memperkenalkan diri kepada pemilih.

Berbagai cara dilakukan calon untuk memperkenalkan diri mereka kepada pemilih, mulai dari memasang baliho, menggelar pertemuan, hingga mengunggah materi kampanye di media sosial. Semua cara itu dilakukan agar pemilih kenal dan akhirnya memilih mereka saat hari pencoblosan, 14 Februari 2024.

Salah satu metode kampanye yang paling mudah dijumpai adalah lewat baliho, spanduk, ataupun poster. Pada masa ini, baliho dan spanduk capres-cawapres dan caleg dapat kita jumpai di mana saja. Di setiap sudut kota dengan mudah kita menjumpai gambar sosok yang dihadirkan dengan wajah ramah dengan berbagai pose. Mereka, baik perempuan maupun laki-laki, tampil dengan kulit bersih, bercahaya, dan menarik.

Tidak susah memang untuk membuat wajah bercahaya seperti itu. Lewat teknik fotografi tertentu, wajah bisa dihadirkan lebih bercahaya, bersih, dan menarik. Terlebih saat ini perkembangan fotografi digital begitu cepat. Hanya lewat beberapa langkah, skin retouch, vivid light, dan high key, di aplikasi pengolah foto wajah seseorang dapat berubah drastis.

Baca juga: Polah Simpatisan Kontestan Pemilu

Warga berjalan di depan alat peraga kampanye caleg Pemilu 2024 di Jalan Matraman Raya, Jakarta, Rabu (6/12/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Warga berjalan di depan alat peraga kampanye caleg Pemilu 2024 di Jalan Matraman Raya, Jakarta, Rabu (6/12/2023).

Warga berjalan di samping baliho-baliho peserta Pemilu 2024 di Jalan Abdul Muis, Jakarta, Selasa (5/12/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Warga berjalan di samping baliho-baliho peserta Pemilu 2024 di Jalan Abdul Muis, Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan diri, pemasangan alat peraga tersebut sudah pas. Minimal setiap orang yang melihat tahu bahwa ada caleg dengan wajah menawan ikut kontestasi dalam pemilu. Alat peraga itu seakan menjadi pintu masuk untuk menggaet calon pemilih.

Memengaruhi pilihan lewat penampilan menawan di alat peraga ini juga diceritakan oleh Helmi, seorang warga Jakarta Timur. Helmi mengatakan, beberapa tetangga memilih setelah melihat penampilan menawan caleg walaupun di alat peraga tersebut tidak tercantum program kerja ataupun janji-janji manis. Mengenalkan diri kepada orang lain sebagai sosok yang santai, tegas, ramah, dan tentunya good looking tentunya menjadi bagian penting dalam strategi komunikasi.

Baliho peserta Pemilu 2024 terpasang di jalur pedestrian di Jalan Balikpapan, Jakarta, Selasa (5/12/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Baliho peserta Pemilu 2024 terpasang di jalur pedestrian di Jalan Balikpapan, Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Hal itu sama dengan yang dikemukakan oleh pengajar fotografi Institut Seni Indonesia Surakarta, Andry Prasetyo, yang dihubungi Kompas lewat telepon pada Jumat (8/12/2023). Menurut dia, peraga kampanye dengan tampilan wajah menawan itu bisa menjadi pintu masuk untuk hal-hal yang lebih mendalam.

Andry juga melihat bahwa wajah ramah dan menawan yang ditampilkan dalam alat peraga kampanye merupakan strategi komunikasi politikus untuk menggaet pemilih. Terutama bagi calon pemilih yang tidak mempunyai latar belakang informasi yang kuat tentang caleg. ”Berdasarkan sejumlah riset, bagi pemilih yang mempunyai pengetahuan sedikit (tentang caleg), penampilan rupawan dan menawan itu menjadi daya tarik sendiri,” ucapnya.

Banyaknya wajah menawan di alat peraga kampanye saat ini mengingatkan kita pada salah satu gugatan hasil Pemilu Legislatif 2019. Pada tahun 2019, Mahkamah Konstitusi (MK) menolak perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang diajukan oleh Farouk Muhammad.

Farouk meminta majelis hakim MK membatalkan kemenangan calon anggota DPD RI, Evi Apita Maya, karena diduga telah memanipulasi atau mengedit pas foto di luar batas kewajaran. Foto editan itu diduga mengubah identitas diri, antara lain dagu, hidung, mata, warna kulit, dan struktur tubuh jika dibandingkan dengan gambar keadaan asli.

Pengeditan foto yang di luar kewajaran itu membuat Evi terpilih walaupun diduga tidak melakukan kampanye secara maksimal. Saat itu Evi mendapatkan suara terbanyak dan terpilih sebagai anggota DPD.

Perkara yang melibatkan Farouk dan Evi itu bisa menjadi salah satu contoh bagaimana tampilan menawan di alat peraga kampanye dapat memengaruhi calon pemilih. Hal itu tentunya tidak berlaku bagi warga yang mempunyai banyak informasi terkait dengan latar belakang caleg peserta kontestasi.

Baca juga: Memanusiakan Pejalan Kaki di Jakarta

Pengendara melintas di sekitar spanduk yang dipasang Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Jawa Timur di Jalan Raya Sukodono, Sidoarjo, Senin (11/12/2023).
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pengendara melintas di sekitar spanduk yang dipasang Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Jawa Timur di Jalan Raya Sukodono, Sidoarjo, Senin (11/12/2023).

Seperti yang diungkapkan oleh Anton Ida, pelaku bisnis perjalanan di Semarang. Ia sama sekali tidak terpengaruh oleh menawan atau tidaknya wajah caleg di alat peraga. Baginya, alat peraga itu hanya menjual tampang, meminta izin dan restu, serta meminta dipilih tanpa adanya tawaran program. Pada akhirnya baliho akan menjadi sampah visual. ”Walaupun terdengar klise (tawaran program), setidaknya calon tidak sekadar menjual tampang dan ketenaran,” lanjutnya.

Senada dengan Anton, Junianto, karyawan swasta, juga berpendapat sama. Junianto melihat bahwa alat peraga hanya berguna untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Namun, soal daya tarik, setiap orang mempunyai preferensi lain dari sekadar foto. Beberapa yang ia gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih adalah rekam jejak calon dan arah partai pengusungnya.

Terkait rekam jejak dan preferensi bagi pemilih ini, Andry mengatakan, caleg dapat memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk menunjukkan kebolehan mereka. Tidak saja menampilkan wajah menawan nan glowing untuk menarik rasa ingin tahu pemilih, tetapi juga menyajikan rekam jejak untuk meyakinkan pemilih.

Terlebih, saat ini media sosial juga sudah menjadi sumber informasi bagi warga, terutama anak muda. Apalagi jumlah pemilih mula yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap Pemilu 2024 sekitar 52 persen dari hampir 205 juta pemilih. ”Paling tidak, warga tidak memilih kucing dalam karung,” ucapnya.

Memuat data...
Memuat data...
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000