Keunikan kostum petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)di setiap tempat pemungutan suara (TPS) tidak selalu sekadar pemeriah suasana. Hal ini menjadi refleksi perayaan pesta demokrasi yang menghadirkan harapan dan keceriaan rakyat sekaligus menjadi pernyataan sikap warganya.
Kesibukan pada hari pencoblosan biasanya berlangsung sejak pagi hingga sore atau bahkan malam hari, mulai dari persiapan pemungutan suara hingga penghitungan suara. Keunikan kostum yang pada dasarnya dilakukan untuk memeriahkan suasana pemilihan baik pilkada maupun pemilu tersebut dapat menambah semangat kerja petugas. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan antusiasme dan partisipasi pemilih untuk hadir ke TPS menggunakan hak suara mereka.
Dengan menciptakan suasana yang lebih santai, warga menjadi nyaman di TPS saat menggunakan hak pilihnya. Petugas KPPS menyalurkan ide-ide kostum menarik dengan mengusung tema tertentu seperti pakaian adat daerah masing-masing, pakaian unik, pakaian seragam sekolah, pakaian tokoh pewayangan, tema horor, hingga tema olahraga. Pemandangan berbeda ini menunjukkan upaya ekstra petugas KPPS dalam bertugas di hari pemungutan suara. Beberapa petugas KPPS patungan untuk menyewa kostum unik tersebut.
Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, tepatnya Kantor Kelurahan Leteh, Kecamatan Rembang, berdandan menyambut pilkada, 26 April 2010. Pintu pagar depan kompleks kantor tersebut berhias penjor, sementara pintu masuk ruang pencoblosan berhias janur, bertuliskan aksara Jawa, ”Kori Mlebet” yang berarti pintu masuk. Memasuki ruang pencoblosan, terdengar suara gending dan tembang Jawa. Seluruh anggota KPPS mengenakan belangkon, berbeskap, dan berjarit. Plakat nama dan petunjuk pun ditulis dalam bahasa Jawa.
”Sugeng rawuh Kangmas, Dimas, lan para Sedherek, wonten TPS 08 Leteh (Selamat datang Mas-mas, Mbak-mbak, dan Saudara-saudari di TPS 08),” kata anggota KPPS TPS 08 Leteh, Edi Subagyo, melalui pengeras suara.
Terbawa suasana tersebut, para pemilih yang memasuki TPS 08 tersenyum. Sejumlah pemilih mengaku suasana di TPS itu mirip kondangan manten atau hajatan pernikahan. Ketua KPPS TPS 08 Kelurahan Leteh Sarman Wibowo pada waktu itu mengatakan, tujuan panitia mendandani TPS dengan nuansa keraton karena ingin menarik masyarakat pemilih datang ke TPS. Selain itu, panitia ingin melestarikan kebudayaan Jawa yang mulai luntur di pesisir timur pantai utara. ”Kami menambah dana secara patungan sekitar Rp 900.000 untuk dekorasi dan sewa pakaian Jawa. KPU hanya memberi dana Rp 1,47 juta,” kata Sarman.
Pemilih di TPS 08 Leteh berjumlah 435 orang. Pada Pilkada 2005, tingkat partisipasi pemilih lebih kurang 70 persen dengan jumlah pemilih yang lebih kurang sama dengan Pilkada 2010. Dari hasil penghitungan di TPS tersebut, warga yang menggunakan hak pilih 353 orang dan jumlah suara sah 346 suara. Persentase partisipasi pemilih sebesar 84 persen.
Nuansa kostum petugas khas Jawa juga dijumpai saat Pilpres 2014 di TPS 5 yang mengusung tema wayang di Panti Wredha Budhi Dharma, Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta, 9 April 2014. Petugas KPPS dengan kostum para tokoh pewayangan Ramayana begitu ramah menyambut warga yang hendak menggunakan hak pilih. Para petugas mengenakan kostum pewayangan untuk menarik para warga agar menjadi antusias memilih. Selain itu, juga untuk melestarikan kebudayaan yang sudah sejak lama ada di kampung atau Desa Unggalan.
Dulu banyak seniman di kampung tersebut. Dari latar belakang itulah, Desa Unggalan dulu terkenal dengan sebutan desa budaya. Kostum tokoh-tokoh pewayangan Ramayana yang digunakan di antaranya Rama, Gatotkaca, Anoman, dan beberapa tokoh kera. Warga yang menggunakan hak pilih pun terhibur melihat para petugas KPPS yang menggunakan kostum pewayangan tersebut.
Sementara itu, dalam pilkada serentak tahun 2015, petugas KPPS TPS 02 Kelurahan Gapura Sukalila, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 9 Desember 2015, mengenakan kostum ala Majapahitan. Semua anggota KPPS mengenakan mahkota dan kostum unik, dengan biaya masing-masing berkisar Rp 800.000 hingga Rp 1,2 juta.
Masih dengan nuansa Jawa, petugas KPPS di Kota Surakarta, Jawa Tengah, memeriahkan suasana dengan mengenakan pakaian adat jenggoloan saat Pilkada 2005. Sementara petugas KPPS di TPS 3 Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, merias diri seperti Warok lengkap dengan busananya dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur, 9 Maret 2008.
Kostum nuansa adat Jawa juga digunakan petugas KPPS TPS 01 Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada pilpres, 8 Juli 2009. Petugas berkostum punakawan terlihat membantu warga yang baru menggunakan hak suaranya.
Tidak hanya petugas KPPS yang mencoba berinovasi. Ada pula warga yang mendatangi TPS dengan memakai kostum unik. Pemilih yang menggunakan kostum tokoh pahlawan super Spiderman dan tokoh wayang menggunakan hak pilih mereka dalam pilkada di TPS 1, Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, 27 Juni 2018. Penggunaan kostum tersebut merupakan wujud sukacita warga menyambut perayaan pesta demokrasi serta untuk mengajak masyarakat aktif menggunakan hak pilih.
Sementara warga Tanggulsari, Banjarsari, Surakarta, tak kalah unik dengan mengenakan kostum karakter Star Wars saat mencoblos di TPS 87, Tanggulsari, 27 Juni 2008. Dengan menggunakan kostum hitam-hitam, membawa pedang-pedangan, serta membawa spanduk bertuliskan A New Hope, mereka berharap kepala daerah yang baru dalam pemilihan kepala daerah langsung pertama di Surakarta ini membawa pembaruan bagi kehidupan masyarakat setempat.
Di Kalimantan Selatan saat pilkada serentak pada masa pandemi Covid-19, anggota KPPS berkostum pahlawan super terlihat memeriksa suhu tubuh warga yang hendak memilih di TPS 15 Kelayan Timur, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, 9 Desember 2020. Kondisi pandemi yang serba dibatasi tak menyurutkan niat petugas KPPS untuk membuat sesuatu yang berbeda di tempat mereka bertugas.
Masih dalam masa pandemi, petugas KPPS di TPS 24 Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, tetap berupaya kreatif dengan menggunakan kostum tenaga medis saat bertugas dalam Pilkada Kota Surabaya, 9 Desember 2020. Ide kostum ini sebetulnya sederhana, tetapi sangat sesuai dengan konteks situasi saat itu.
Ada pula yang mengangkat tema humor seperti para petugas KPPS di TPS 20 RT 003/RW 007, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Mereka melayani para pemilih menggunakan seragam ala siswa sekolah dasar, 17 April 2019. Sajian unik TPS seperti ini menjadi atraksi menarik bagi warga yang mengikuti pemungutan suara Pemilu 2019.
Petugas KPPS di TPS 21, Kelurahan Kemijen, Semarang, Jawa Tengah, berkostum badut saat bertugas, 8 Juli 2009. Kostum unik tema humor juga dijumpai saat petugas di TPS 3 RW 002 Cibadak, Bandung, Jawa Barat. Mereka menggunakan kostum ala pria di Timur Tengah saat pencoblosan Pemilu 2014, 9 Juli 2014.
Ada juga tema horor yang diangkat, seperti para petugas KPPS TPS 073, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dengan mengenakan kostum hantu, 17 April 2019. Suasana horor tersebut diciptakan untuk menarik minat warga agar mau datang ke TPS dan menekan angka golput.
Tema lain diangkat oleh petugas KPPS di TPS 86, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah, 20 September 2004, yang difoto saat disumpah sebelum menjalankan tugasnya. Mereka tampil beda pada pemilu putaran kedua kali ini dengan mengenakan pakaian dan atribut layaknya pemain sepak bola.
Masih mengangkat tema sepak bola, petugas KPPS di TPS 45, Jalan Tambaksari, Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya, mendandani diri bernuansa Piala Dunia 2010 saat pencoblosan Pilkada Kota Surabaya, 2 Juni 2010.
Momentum Piala Dunia Brasil 2014 juga dimanfaatkan anggota KPPS di TPS 43, Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya, dengan berdandan unik pada pemilihan anggota legislatif 2014.
Tak melulu tematik, ada juga kostum unik petugas KPPS yang mengkritisi fenomena hukum yang sedang mencuat. Seperti di TPS 34, Kampung Nagabonar, Tambak Asri Gang 25, Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya. Mereka mengenakan kostum hakim dan dukun saat pelaksanaan Pilkada Kota Surabaya, 9 Desember 2015. Mereka menyindir buruknya kinerja Mahkamah Kehormatan Dewan dalam mengusut dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Ketua DPR Setya Novanto.
Selain berupaya kreatif, pemandangan berbeda ini menunjukkan upaya kesungguhan petugas KPPS dalam bertugas di hari pemungutan suara. Pada masa kampanye para calon, baik legislatif, kepala daerah dan wakil kepala daerah, maupun presiden dan wakil presiden berlomba-lomba mencari simpati warga untuk memilihnya. Saat pencoblosan, giliran tim KPPS berlomba-lomba untuk menggugah warga datang ke TPS.
Meskipun demikian, kehadiran dan antusiasme warga yang sudah memiliki hak pilih terkadang kurang maksimal sebab masih ada saja warga yang memilih untuk golput atau tidak menggunakan hak pilihnya. Toh, usaha para petugas KPPS ini tetap patut diapresiasi untuk menyukseskan sebuah pesta demokrasi.