FotografiKlinik FotoPemilu, Pesta Fotografi...
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Bebas Akses

Pemilu, Pesta Fotografi Indonesia

Pesta demokrasi di pemilu juga menjadi pesta fotografi Indonesia. Dalam hajatan bangsa itu, terekam perjalanan bangsa.

Oleh
YUNIADHI AGUNG
· 5 menit baca
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencoblos contoh surat suara saat peluncuran hari pemungutan suara pemilu serentak 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (14/2/2022). Pemilu serentak berlangsung pada 14 Februari 2024.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencoblos contoh surat suara saat peluncuran hari pemungutan suara pemilu serentak 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (14/2/2022). Pemilu serentak berlangsung pada 14 Februari 2024.

Rabu (14/2/2024), bangsa Indonesia akan merayakan pesta demokrasi dengan memberikan suara mereka di pemilihan umum (pemilu). Pada hari yang sama, penggemar fotografi juga akan mengabadikan pesta tersebut melalui fotografi.

Setelah berakhirnya ingar-bingar kampanye dan berlanjut ke periode tenang dalam beberapa hari menjelang pemilu, para pencinta fotografi bisa merefleksikan karya-karya fotografi yang telah diproduksi pada jangka waktu yang panjang, ketika tahapan Pemilu 2024 dimulai. Sejak setahun terakhir, mungkin saja media perekam di kamera para fotografer didominasi dengan beragam hal terkait pemilu. Jika diibaratkan sebuah konstruksi benda, maka pada hari pemungutan suara, Rabu (14/2/2024), foto yang dihasilkan menjadi pelengkap yang kuat dan menyatukan rangkaian perjalanan demokrasi bangsa saat kini.

Jika dilihat dari visual yang dihasilkan, suasana saat pemungutan suara sangat jauh kalah dengan visual saat masa kampanye. Ruang sempit di tempat pemungutan suara (TPS), aktivitas petugas di TPS, atau momen warga saat ”mencoblos” jelas tidak bisa dibandingkan dengan megahnya karya foto saat pasangan calon presiden/calon wakil presiden berada di panggung dengan puluhan ribu hingga ratusan ribu warga yang mendukung mereka.

Meski demikian, karya fotografi di TPS mempunyai nilai sejarah yang sangat kuat, baik untuk dokumentasi pribadi bahkan hingga rekaman sejarah bangsa. Seorang bapak atau ibu akan berusaha mendapatkan foto anak mereka yang baru pertama kalinya memberikan suara. Nilai fotografinya mungkin sejajar dengan saat foto pertama setelah si anak lahir, foto pertama saat masuk sekolah, atau foto saat sunatan. Jika beruntung, kita bisa mendapatkan foto yang unik saat pemungutan suara, ketika para petugas di TPS berdandan dengan tema tertentu untuk memeriahkan suasana di TPS.

https://cdn-assetd.kompas.id/b6Hus1RgW6w44uPjSwnQCoiyYYA=/1024x613/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F07%2Fdade7bf5-2fa0-4571-9018-6e4f8fe89243_jpg.jpg

Antusiasme warga dalam mengikuti pemungutan suara saat Pemilu 1999 di Jakarta.

Petugas KPPS tempat pemungutan suara 073, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, mengenakan kostum hantu saat melayani warga yang hendak memberikan suaranya di bilik suara, Rabu (17/4/2019).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Petugas KPPS tempat pemungutan suara 073, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, mengenakan kostum hantu saat melayani warga yang hendak memberikan suaranya di bilik suara, Rabu (17/4/2019).

Dalam ranah fotografi jurnalistik, foto di bilik suara dan TPS menjadi rekaman bangsa. Salah satu foto bersejarah di hari pemilihan umum adalah foto presiden pertama RI Soekarno yang sedang memasukkan surat suara ke dalam kotak suara pada Pemilu pertama RI tahun 1955. Foto tanpa nama pemotret yang dirilis oleh IPPHOS dibuat di TPS di Kementerian Penerangan,

Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 9, Jakarta, pada saat pemilihan untuk anggota legislatif, Kamis (29/9/1955). IPHHOS juga merekam saat Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta memasukkan suara suara ke kotak suara di pemilu untuk anggota-anggota dewan konstituante, Kamis (15/12/1955). Foto proklamator RI saat memberikan suara di pemilu pertama RI ini menjadi arsip bangsa yang tidak ternilai harganya. Foto-foto tersebut jarang sekali muncul di media atau internet sehingga sedikit orang mengetahui foto bersejarah tersebut.

Presiden Soekarno memasukkan tanda gambar ke dalam kotak suara saat pelaksanaan Pemilu 1955, Kamis (29/9/1955).
-

Presiden Soekarno memasukkan tanda gambar ke dalam kotak suara saat pelaksanaan Pemilu 1955, Kamis (29/9/1955).

Wakil Presiden RI Mohammad Hatta memasukkan kertas suara saat Pemilihan Umum 1955 untuk memilih anggota konstituante, Kamis (15/12/1955).
-

Wakil Presiden RI Mohammad Hatta memasukkan kertas suara saat Pemilihan Umum 1955 untuk memilih anggota konstituante, Kamis (15/12/1955).

Presiden Soeharto bersama Ibu Tien Soeharto tersenyum ketika memasukkan surat suara Pemilu 1992 di TPS 02 Cendana, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Selasa pagi (9/6/1992).
KOMPAS/JB SURATNO

Presiden Soeharto bersama Ibu Tien Soeharto tersenyum ketika memasukkan surat suara Pemilu 1992 di TPS 02 Cendana, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Selasa pagi (9/6/1992).

Fotografer yang bekerja di media massa dengan rutin mengabadikan para tokoh saat memberikan suara. Foto Presiden kedua RI Soeharto di hari pemilihan suara adalah foto yang wajib diabadikan selalu menjadi foto utama di sebagian besar media cetak. Pada era pemilu untuk memilih pasangan presiden dan wakil presiden secara langsung, semua pasangan capres/cawapres yang ikut dalam kontestasi pemilu diabadikan untuk menjadi dokumen bagi media tersebut. Selain itu, petinggi partai juga menjadi menjadi sosok yang harus didapatkan fotonya saat pencoblosan.

Jika fotografer di media cetak atau media daring mengabadikan tokoh bangsa di hari pemungutan suara, maka fotografer yang meliput bidang entertainment juga tidak luput untuk mengabadikan sosok yang kuat di industri hiburan. Musisi, bintang sinetron, hingga youtuber menjadi target pemotretan mereka.

Masa kampanye Pemilu 2024 telah berakhir, poster para calon anggota legislatif (caleg) telah dibersihkan dari seluruh penjuru kota sehingga memberi napas visual yang melegakan. Poster-poster caleg sebagai alat peraga kampanye (APK) yang dipasang secara masif tersebut telah menjadi obyek yang menarik bagi para fotografer.

Pemasangannya yang semrawut, kondisi APK yang rusak terkena cuaca dan ulah tangan jahil menjadi bentuk foto yang lucu, tetapi satire. Tujuan para caleg untuk memperkenalkan diri kepada calon pemilihnya menjadi tidak terlalu efektif karena poster tersebut saling mengganggu poster lainnya, sementara warga yang melihat tidak bisa fokus pada satu kandidat caleg. Terlepas dari banyaknya komentar negatif terhadap cara pemasangan APK di Pemilu 2024, foto deretan poster di pinggir jalan raya, tembok di pinggiran kota dan kampung-kampung telah menjadi arsip foto yang bernilai tinggi. ”Kekacauan” APK telah menunjukkan dinamisnya pelaksaan pemilu di Indonesia.

Dereta alat peraga kampanye Pemilu 2024 berupa poster yang dipasang di pinggir jalanan di Kota Jakarta, Rabu (27/12/2023).
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Dereta alat peraga kampanye Pemilu 2024 berupa poster yang dipasang di pinggir jalanan di Kota Jakarta, Rabu (27/12/2023).

https://cdn-assetd.kompas.id/YU6j68X5Ph5gN5STk2EFFSiYoS8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F12%2F7404c0c1-19d7-47f5-a00b-6096d08404ee_jpg.jpg

Poster caleg yang rusak.

Poster caleg terbalik setelah terkena angin kencang
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Poster caleg terbalik setelah terkena angin kencang

Jika ada yang terasa hilang di pemilu kali ini, salah satunya adalah tidak banyaknya kampanye terbuka yang melibatkan simpatisan salah satu partai yang melakukan konvoi keliling kota dalam jumlah yang besar. Massa hanya terlihat padat di gedung atau lapangan ketika para tokoh politik atau capres/cawapres menggelar kampanye terbuka. Tidak banyak lagi bunyi bising sepeda motor dengan knalpot ”blong” yang mengganggu telinga dan asapnya yang mengotori udara kota.

Kemeriahan pawai partai yang melihatkan kendaraan sepeda motor selalu menarik untuk difoto dan menampilkan drama-drama kemeriahan penyelenggaraan pemilu. Juga pada masa kampanye Pemilu 2024 tidak banyak terlihat simpatisan berdandan maksimal dengan atribut partai yang mereka dukung. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, orang yang melukis wajah mereka, memotong rambut berbentuk angka partai politik selalu mendominasi foto-foto yang tersaji di masa kampanye.

 Warga dan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tumpah ke jalan untuk "berkampanye" keliling, lengkap dengan berbagai atribut pada masa kampanye Pemilu 1997.
KOMPAS/EDDY HASBY

Warga dan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tumpah ke jalan untuk "berkampanye" keliling, lengkap dengan berbagai atribut pada masa kampanye Pemilu 1997.

https://cdn-assetd.kompas.id/t-WCJVFAKkrG09HQb6CwC7BeafI=/1024x623/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F12%2F38e4c259-715a-44d2-9ce7-9ba954dadf63_jpg.jpg

Simpatisan Golkar memanfaatkan segala kendaraan berkeliling di berbagai kawasan Jakarta pada masa kampanye Pemilu 1997.

Massa simpatisan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menggunakan bajaj dan sepeda motor saat berkampanye di Pemilu 1992.

Foto kombo yang memperlihatkan seorang warga merias badannya dan hadir di kampanye tiga partai peserta Pemilu 1997 (dari kiri ke kanan) yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia.
ARSIP KOMPAS

Foto kombo yang memperlihatkan seorang warga merias badannya dan hadir di kampanye tiga partai peserta Pemilu 1997 (dari kiri ke kanan) yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia.

Kembali ke foto di hari pemungutan suara, jika pada saat pemungutan suara foto yang kemungkinan dihasilkan akan biasa-biasa saja, maka pada saat penghitungan suara, suasananya mungkin akan berbeda. Kemeriahan saat penghitungan suara akan menghasilkan foto-foto yang natural dan humanis.

Ekspresi warga saat bersorak ketika partai atau pasangan capres/cawapres mendapatkan suara menjadi foto yang kuat. Adegan-adegan di masa penghitungan suara bisa dipermanis dengan memanfaatkan pencahayaan matahari di sore hari yang terkadang menciptakan efek dramatis pada foto yang dihasilkan. Penghitungan suara yang biasanya berlangsung hingga malam hari juga menyajikan kemungkinan foto yang dramatis. Temaram lampu penerangan dan petugas TPS yang mungkin lelah setelah bertugas bisa memperlihatkan bahwa banyak orang yang berusaha agar hajatan bangsa ini berlangsung lancar.

Suasana penghitungan suara Pemilihan Umum 2019 di di Tempat Pemungutan Suara 039 Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2019).
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Suasana penghitungan suara Pemilihan Umum 2019 di di Tempat Pemungutan Suara 039 Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2019).

Dua perempuan tertawa lebar saat capres pilihannya mendapat suara saat proses penghitungan suara di TPS 013, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2009).
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Dua perempuan tertawa lebar saat capres pilihannya mendapat suara saat proses penghitungan suara di TPS 013, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2009).

Rabu (14/2/2024), pastikan Anda menggunakan hak pilih di Pemilu 2024. Besok pula, rekam peristiwa besar bangsa itu dengan kamera Anda….

Memuat data...
Memuat data...
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000