Kelindan Kolaborasi di Rumah Sanur
Rumah Sanur Creative Hub di Sanur, Bali, menghadirkan konsep kolaborasi dengan melibatkan banyak pihak. Sengaja memakai julukan rumah agar pengunjungnya nyaman, Rumah Sanur menghadirkan banyak peran di satu tempat. Meskipun memunculkan banyak fungsi, Rumah Sanur sejatinya tetap mengusung fungsi utama kolaborasi.
Bagi pengunjungnya, Rumah Sanur menjadi tempat nyaman untuk bekerja dan bergaul. Sebanyak 70 persen dari total bahan bangunan yang digunakan merupakan bahan baku limbah sehingga memunculkan kesan kentalnya kepedulian terhadap lingkungan. "Di tempat ini, kami bereksperimen dengan ruang," ujar Co-Founder Rumah Sanur Creative Hub Arief Budiman yang akrab disapa Ayip.
Dengan memakai bahan baku daur ulang, setiap ruangan menjadi lebih unik dan menghadirkan suasana klasik. Semua meja dan kursi didaur ulang dari kayu- kayu bekas bak truk. Beberapa meja, misalnya, masih menyisakan bentuk sebelumnya, seperti daun pintu, sehingga di meja itu masih bisa dijumpai sisa-sisa gagang pintu. Selain kayu bekas truk, beberapa bagian ruang juga dibangun dari tangki solar kapal. Maklumlah, satu dari tiga pendiri Rumah Sanur ini berbisnis di bidang perikanan sehingga mudah memperoleh bahan baku bekas tangki solar kapal.
"Tempat ini kita create dengan kolaborasi desainer produk, desainer grafis, arsitek, dan lain-lain. Harus dikerjakan dengan kolaborasi untuk menunjukkan bahwa hasilnya lebih baik dibandingkan dikerjakan sendiri. Renovasi hanya dalam waktu 3-4 bulan tanpa merombak banyak bangunan awal yang sudah ada. Semuanya tentang network," kata Ayip.
Kehadiran rumah yang nyaman dibutuhkan karena Rumah Sanur mengusung konsep yang serius, "connect, collaborate, dan celebrate". Akhirnya Rumah Sanur menjadi rumah bagi banyak aktivitas dengan menghadirkan Kumpul Coworking Space, To-Ko Concept Store, Kedai Kopi Kultur, dan Teras Gandum. Selain ruangan bagi setiap fungsi tadi, terdapat panggung ruang terbuka dan ruangan untuk berbagai fungsi.
Pendiri Kumpul Coworking Space, Faye Alund, menghadirkan ruang bagi coworking space di lantai dua. Ruangan coworking yang didesain semiformal ini terbukti bisa membuat penggunanya betah. Beberapa orang-baik penduduk lokal Bali maupun turis asing-tampak larut dalam pekerjaan. Dengan komputer jinjing di meja, mereka tetap bekerja sembari menikmati atmosfer ruang dengan limpahan cahaya.
Kumpul coworking space menjadi tempat kerja profesional di mana orang-orang tak hanya bekerja secara individual. Faye menyebut ada beberapa orang atau komunitas yang akhirnya menemukan kolaborasi ketika bertemu, mengobrol, dan akhirnya mencapai kesepakatan untuk menjalin bisnis bersama. Kebanyakan pengguna coworking space ini adalah pekerja lepas, konsultan, dan pekerja independen.
Hasil kerajinan
Selain coworking space, Rumah Sanur menghadirkan To-Ko Concept Store. Tak sekadar toko, ruangan di bagian paling depan dari Rumah Sanur ini menghadirkan hasil kerajinan dari berbagai penjuru Tanah Air yang sudah dikurasi. Kebanyakan produk kerajinan yang dipajang merupakan karya dari para desainer muda. Memberi tempat bagi hasil kerajinan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, To-Ko Concept Store sekaligus menjadi tempat favorit belanja bagi turis asing.
Ruangan dengan fungsi khusus, seperti Kedai Kopi Kultur dan Teras Gandum by Brewers Beer Garden, memberi asupan ragam konsumsi makanan dan minuman bagi pengunjung Rumah Sanur. Kopi Kultur menyajikan kopi kualitas terbaik dengan memangkas jalur distribusi sehingga kopi langsung diperoleh dari para petani kopi dengan perdagangan kopi yang adil.
Rumah Sanur hadir dari ide awal untuk menciptakan jembatan antara komunitas lokal, wirausaha, pedagang, hingga bisnis rintisan, termasuk industri kreatif. "Pada prinsipnya, tantangan utama Rumah Sanur adalah memaknai ruang sebagai arena interaksi lintas batas yang membangun dampak," kata Ayip.
Rumah Sanur juga ingin memaknai kekuatan kolektif yang mampu mencetak dampak sosial, ekonomi, budaya, hingga lingkungan. "Jika keberadaan sebuah space dianggap sebagai suatu kelaziman, kami menitikberatkan kepada pengelolaan dan aktivasi melalui aneka strategi dan program yang merangkum visi menjadi seri kemenangan cepat di samping pengoperasian yang berimplikasi kepada keberlanjutan," kata Ayip.
Gandeng petani
Eksperimen dengan ruang di Rumah Sanur dimulai dari pertemuan antara tiga sahabat, Ayip, Roberto Aria Putra, dan William Sutiyoso. Tak hanya menjadi ruang yang mati, riak kehidupan di Rumah Sanur terus berkelindan dengan hadirnya banyak kegiatan dan program. Fasilitas di Rumah Sanur antara lain dimanfaatkan untuk pelatihan, membangun kapasitas, hingga membuka kesempatan global digital dengan beragam kegiatan, seperti monitoring, workshop, dan kursus.
Fokus utama Rumah Sanur lebih pada kolaborasi antara perajin usaha menengah kecil dan para desainer untuk mendongkrak produktivitas dan meraih pasar. Rumah Sanur juga menyediakan diri menjadi inkubasi bisnis dan mengelola sumber- sumber manajemen lokal. "Yang kami bagi bukanlah kisah sukses, melainkan bagaimana terus belajar dalam proses yang terus-menerus," kata Ayip.
Hadirnya To-Ko Concept Store, misalnya, diharapkan bisa menjadikan bisnis UMKM di Indonesia sebagai bisnis berkelanjutan dengan produk dan jasa berkualitas agar menjadi merek berbobot, berkualitas, dan bergengsi. Rumah Sanur pun turut mendorong, memfasilitasi, mendampingi UMKM untuk mengembangkan kreasi dan inovasi. Perusahaan yang produknya dihadirkan pun telah melalui tahapan seleksi sekaligus difasilitasi dengan akses infrastruktur, pendanaan, mentoring, konsultasi, hingga pelatihan teknis.
Ke depan, Rumah Sanur juga sedang intensif terlibat dalam pengelolaan sumber daya pangan melalui pemberdayaan ekosistem lokal. Dengan label Paradesa, mereka antara lain mengolah kayu manis terintegrasi dengan Komunitas Petani Kayu Manis Kerinci di Jambi serta berintegrasi dengan petani lokal Bali untuk menghadirkan beragam produk, seperti garam bali, kelapa bali, ataupun madu bali. Tak sekadar ruang kosong, setiap sudut Rumah Sanur menghadirkan kelindan kolaborasi untuk kemajuan bersama.