Kamera Legenda dalam Foto Jurnalistik
Di masa kini, rasanya tidak ada tipe dan merek kamera yang khas dengan dunia jurnalistik. Semua merek dan semua tipe kamera bisa dipakai para wartawan foto.
Namun, di masa lalu, ada kamera yang bisa dikatakan telah menjadi legenda dalam dunia foto jurnalistik, bahkan bisa dikatakan sebagai kamera pertama yang membawa dunia jurnalistik berkembang pesat, yaitu Graflex Speed Graphic yang berformat besar (large
format), dengan film lembaran.
Kamera buatan pabrik Graflex di Rochester, New York, Amerika Serikat, ini juga punya rentang produksi sangat panjang. Dirancang pada tahun 1887, produksi besar-besaran mulai tahun 1912 dan baru dihentikan total produksinya pada tahun 1973. Dibuat dalam beberapa format film, dengan yang terpopuler ukuran film 10 sentimeter x 12,5 cm, Speed Graphic menyandang kata speed yang artinya cepat, karena mampu memotret dengan kecepatan 1/1.000 detik, sesuatu yang langka di masa lalu.
Foto paling terkenal yang dibuat Speed Graphic adalah foto pengibaran bendera AS di Iwo Jima pada masa Perang Dunia II. Foto karya Joe Rosenthal (1911-2006) dari kantor berita Associated Press, yang meraih hadiah Pulitzer pada tahun 1945, itu lalu mengilhami beberapa film bioskop, antara lain Flag of Our Fathers (2006) dan Letter from Iwo Jima (2006). Terjadi sedikit ironi karena kedua film tersebut baru mulai diedarkan tak lama setelah Joe Rosenthal meninggal.
Sementara foto terakhir hasil pemotretan dengan Speed Graphic yang meraih hadiah Pulitzer adalah foto terbunuhnya politikus Jepang, Inejiro Asanuma, oleh Otoya Yamaguchi yang dipotret Yasushi Nagao pada 12 Oktober 1960. Ini merupakan hadiah Pulitzer terakhir (1961) bagi Speed Graphic karena mulai 1960-an kamera Jepang yang ringkas dan murah dengan format 135 seperti yang kita kenal sekarang mulai digemari para jurnalis.
Pada awal 1950-an, pesona Speed Graphic mulai digeser ke kamera yang lebih ringkas, seperti Rolleiflex (format medium) dan Leica (format 135). Mutu film yang semakin baik membuat kamera besar jadi merepotkan. Sampai dengan tahun 1940-an, mutu pemotretan kamera kecil belum dianggap memadai untuk pemakaian profesional, seperti jurnalistik.