Cinta Mini untuk Film
Cut Mini tidak akan berhenti pada "Athirah". Pencapaiannya lewat film tersebut hanyalah satu puncak. Masih banyak puncak lain yang ingin digapai. Bukan sekadar piala sebagai penghargaan, melainkan sebuah kontribusi yang baik dan nyata bagi dunia perfilman Indonesia.
Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik Tahun 2016 dipajang bersama sejumlah piala penghargaan yang pernah diterima Cut Mini di kediamannya di Kemang, Jakarta Selatan. Duduk di ruang tamu dengan santai, ramah, dan terbuka, dia bertutur tentang dunianya yang berpusar di seputar seni peran.
Keceriaan dan antusiasmenya mengiringi setiap kisahnya di dunia akting. Gaya bercerita yang ekspresif dan nada suara yang riang membuat perhatian akan terpusat penuh kepadanya.
"Kata kuncinya adalah usaha. Saya belajar dialek Makassar, belajar mengatakan sesuatu dengan ekspresi, bermain dengan rasa dan mimik. Itu jarang dan susah. Untuk pemain otodidak seperti saya, butuh waktu yang banyak untuk menjadi Athirah," tutur pemilik nama lengkap Cut Mini Theo ini.
Khusus untuk proses reading atau membaca dan mendalami naskah sekaligus karakter, dia menghabiskan waktu dua bulan langsung di bawah arahan sang sutradara, Riri Riza. Dia belajar dialek secara khusus dari teman- temannya yang berasal dari Makassar. Begitu masuk scene, dia langsung siap.
Ya, Mini tidak memiliki latar belakang formal ketika terjun ke dunia akting. Dia belajar dari orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia membantunya. Dia menuturkan, ketika awal merambah dunia tersebut, dia bahkan tidak tahu bagaimana membaca skrip atau apa itu scene.
Namun, dia tidak ragu mengakuinya dan bertanya kepada ahlinya. "Saya dilindungi banyak orang baik hati. Mereka supportive, mau membagi ilmu untuk saya. Saya mengakui ketidakbisaan saya bahwa saya butuh belajar. Mereka selalu bilang, \'Tenang aja, Min. Entar kita yang ajarin\'. Jadi, belajarnya gratis," ungkap Mini.
Tak suka difoto
Semua berawal pada tahun 1989 saat usianya baru 15 tahun. Bungsu dari tujuh bersaudara ini menuturkan, kakaknya nomor lima yakin Mini punya potensi menjadi model. Padahal, Mini kecil tidak suka difoto. Dia bukan tipe anak yang dipita atau dikuncir dan bermain boneka. Dia lebih suka memanjat pohon, main di got, atau main layang-layang.
Dia akhirnya mau mencoba. Ikut lomba model foto dan bisa sampai finalis, lalu menjadi model. "Waktu itu saya dibayar Rp 25.000. Dulu jumlah segitu banyak banget. Bisa buat jajan, beli baju, apa saja yang saya mau. Wow," katanya sambil tertawa.
Setelah itu, ada yang menawari dia bermain sinetron, Catatan Si Boy. Dari situ dia belajar tentang skrip, scene, dan berakting dalam sinetron. Kemudian datang tawaran menjadi pembawa acara. Sebuah dunia baru lagi yang tak terpikirkan sebelumnya.
Lagi-lagi Mini dengan rendah hati mengakui ketidaktahuannya dalam bidang itu. Rekan-rekan sesama pembawa acara menenangkan dan mengajari dia. Farhan, Ferdi Hasan, dan Nico Siahaan adalah sebagian di antaranya.
Dia juga bertemu dengan P-Project dan bekerja bersama mereka. "Bersama merekalah saya belajar melucu," katanya. Akhirnya, sosok Mini lekat dengan genre komedi.
Tahun 2004, nama Mini mencuat berkat perannya sebagai Meimei dalam film Arisan! karya sutradara Nia Dinata. Bagi Mini, ini dunia baru lagi. Akting dalam sinetron dan film berbeda perlakuan. Saat itulah dia belajar tentang reading dan blocking.
Proses reading ini memerlukan banyak waktu agar ketika pengambilan gambar, pemeran bisa langsung masuk ke dalam karakter dan tidak memerlukan take berulang kali. "Waktu itu sering sekali ada yang teriak-teriak. \'Pokoknya 1:3 ya\'. Saya tanya ke Tora (lawan mainnya, Tora Sudiro), artinya apa, eh dia juga enggak tahu," kata Mini.
Dia baru tahu, rupanya itu istilah untuk satu adegan hanya boleh take tiga kali. "Ini, kan, pakai film. Film mahal. Kalau enggak hafal-hafal dialog, buang- buang film. Oh, gitu," tambahnya.
Dari situ dia belajar banyak tentang film. Mini sangat menyukai proses pembuatan film, terutama saat pengenalan karakter, bedah skenario, dan reading. Dia menjadi tahu karakter pemain lain, dekat dengan mereka, dan menyambung chemistry, kemudian menyamakan irama dengan kamera.
Setiap pengambilan gambar, dia meminta waktu reading paling sedikit tiga pekan. Jika ada waktu longgar, dia minta reading lagi. Karena sulit mencari lokasi reading, dia pun membuka rumahnya. Bersama-sama, para pemeran akan reading naskah hingga enam jam per hari.
Setelah Arisan!, Mini bermain di sejumlah film, salah satunya Laskar Pelangi (2008) sebagai Ibu Muslimah. Karakter ini sangat berkesan bagi dia karena berhasil membuktikan bahwa kesan komedian yang melekat kepadanya bisa ditanggalkan dan dia bisa bermain karakter serius.
Mini pun ambil bagian dalam film Tri Mas Getir (2008), mengisi suara di film Meraih Mimpi (2009), dan kembali menjadi Meimei di Arisan! 2 (2011). Tahun 2016, Mini kebanjiran peran. Dia bermain di setidaknya lima film, salah satunya Athirah yang berkisah tentang Ibunda Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tahun ini, Mini bermain di dua film drama dan komedi.
Negeri dongeng
Mini juga mengungkapkan kesibukannya selama tujuh tahun terakhir yang tak banyak orang tahu, yakni mendongeng untuk anak-anak. Mendongeng ini juga tak jauh dari seni peran. Ada skripnya, lalu rekaman di Female Radio. "Pekerjaan ini juga tidak mudah. Sama seperti membaca skenario, membaca skrip dongeng ini perlu gambaran dan imajinasi. \'Oke, sekarang kita akan ke negeri dongeng\'. Saya bayangkan ada gumpalan awan- awan, warna hijau, biru, pangeran ganteng, ratu cantik. Indah," tuturnya.
Dalam setiap laku, hal yang paling diingat Mini adalah nasihat sang ibu untuk mempertanggungjawabkan komitmen dan nasihat mentor modelnya untuk selalu menghargai waktu. Dia juga pantang berkata tidak mungkin karena segala sesuatu itu mungkin terjadi jika kita mau berusaha keras, contohnya dirinya sendiri.
"Foto model sudah, presenter dan MC sudah. Main sinetron dan film sudah. Apa lagi yang bisa saya lakukan? Yang enggak mungkin sih saya menyanyi," ujarnya terbahak-bahak.
Mimpinya berakting di bawah arahan Riri Riza dan Mira Lesmana juga sudah tercapai. Tinggal bermain bersama Christine Hakim dan Reza Rahadian yang belum terwujud.
Kini Mini hanya akan terus setia pada dunia akting yang telah dilakoni hampir sepanjang hidupnya. Sembari berlakon, dia ingin turut berkontribusi pada perfilman Indonesia. Selain berakting dengan lebih baik, dalam film dengan cerita yang baik, dia akan terus mengajak masyarakat menonton film Indonesia.
"Kalau bukan kita, siapa lagi. Kita bisa membanggakan film luar negeri, tetapi kenapa tidak untuk film kita sendiri? Jangan sampai film mati lagi bukan karena enggak ada yang bikin, melainkan enggak ada yang nonton. Kurang sedikit, wajarlah. K-Pop saja bisa, kenapa kita enggak?" tuturnya menutup perbincangan.