Harum Kopi di Rumah Anthony Gunawan, Sang Pebasket
Suara mesin kopi membuat percakapan sejenak terhenti. Sang tuan rumah, Anthony Gunawan, kemudian sibuk dengan sederet peralatan membuat kopi yang ditaruh merapat di salah satu dinding ruang. Suasana ruang ini sebenarnya lebih mirip kafe mini.
Tidak lama, harum kopi memenuhi ruangan yang dindingnya dibiarkan polos tanpa cat itu. Desis berisik mesin kopi semakin membuat Anthony sejenak larut dalam kesibukannya memproses biji kopi Colombia Inza Cauca dengan metode V60 manual brewing. Kita akan sejenak lupa bahwa pria ini dulunya atlet profesional bola basket.
Kopi menjadi minat baru Anthony sejak beberapa tahun terakhir. Ia sampai mengambil kelas khusus mempelajari kopi dan berakhir dengan membuka kedai kopi, Contain Coffee, di Tanjung Duren, Jakarta Barat, tidak jauh dari rumahnya. Barista terkenal yang dulu menjadi guru kopinya ia ajak kerja sama mengelola kafe tersebut.
Jejak kesukaannya pada kopi berupa peralatan lengkap disimpan di meja kerjanya yang ia sebut "ruang semedi". Ia kerap membuatkan kopi untuk teman-temannya di ruangan itu sambil duduk seru mengobrol, mulai dari basket hingga bisnis. Sebagai alas dari peralatan kopinya adalah kayu ulin bekas bantalan rel kereta api yang ia potong lantas dipasang menempel pada dinding. Meja kerjanya juga dari kayu solid yang dikemas seperti peti berwarna perak.
"Ini tempat curhat dan diskusi. Anak-anak basket sering datang ke sini. Paling enggak sebulan sekali. Menjelang kompetisi, kami juga banyak diskusi di sini," kata Anthony yang kini pelatih untuk tim 3x3 Indonesia.
Berbagai medali dan penghargaan semasa menjadi atlet juga dipasang di ruang itu. Termasuk koleksinya berupa action figure pebasket idolanya, Dennis Rodman dan Michael Jordan, lengkap dengan tanda tangan sang legenda. Anthony menghabiskan sebagian besar kariernya sebagai pebasket bersama klub Aspac. Ia enam tahun bermain di sana. Anthony juga setahun bermain bersama Satria Muda. Julukannya adalah "Transformer" karena gaya bermainnya yang seperti robot, tabrak sana tabrak sini.
Sejenak kami menghirup pelan-pelan kopi hasil olahan Anthony. Ringan, sedikit asam, dengan rasa coklat yang samar di akhir cecapan. Kesegaran kopi ini membuat kami berpaling dari semula menikmati hidangan teh hijau pomegranate dengan rasa dan aroma buah delima.
Anthony lalu melanjutkan kisahnya. Setelah menjadi pebasket profesional, ia kemudian berbisnis di bidang retail mode. Produknya berupa T-shirt berlabel Traffic Room yang tokonya tersebar di tiga mal di Pondok Indah, Kelapa Gading, dan Bekasi. Anthony punya ketertarikan di dunia mode. Ia kemudian bertemu Eveline Puspita, seorang model dan peragawati yang suka bermain basket dan kemudian menjadi istrinya.
Bata tempel
Savio, anaknya yang baru berusia empat tahun, lalu masuk ruangan. Melihat action figure tergeletak di meja ayahnya, dengan cepat menarik minatnya memegang benda-benda itu. Anthony segera mengambil alih dan memindahkannya ke tempat yang tidak terjangkau. "Nanti, ya, Nak, kalau kamu sudah besar, semuanya buat kamu," katanya sambil tertawa.
Savio yang kehilangan minat lantas keluar dan melintasi ruang makan yang dindingnya bermotif bata ekspose. Tidak benar strukturnya dari bata ekspose, tetapi bata tempel karena ide bata ekspose ini muncul belakangan setelah dinding terbangun. Latar belakang Anthony yang kuliah di jurusan teknik industri memberinya kesukaan menggambar dan mendesain. Rumah dan toko adalah tempat-tempat yang konsep desainnya ia garap detail.
"Teman-teman sering bilang, rumah lo tuh kayak toko lo," kata pria asal Yogyakarta ini terkekeh.
Konsep industrialis dengan dinding-dinding yang dibiarkan polos dengan warna hitam dan abu-abu dipadukan dengan dekorasi bergaya pop-art untuk melembutkan sisi keras gaya industrialis.
Ia dan keluarga baru tinggal di rumah itu setahun belakangan. Rumah ini berlokasi di belakang rumah orangtua Eveline. Sejak menikah, Anthony dan Eveline tinggal di rumah orangtuanya. Mereka kemudian ingin lebih mandiri, tetapi ingin tetap dekat dengan orangtua. Pagi itu, Eveline tidak tampak di rumah karena sudah berangkat untuk mengikuti kelas master of ceremony untuk pengembangan kariernya.
Rumah keduanya dikonsep unik. Pintu utama berada di tengah dan setelah mengaksesnya, tamu akan langsung bertemu kolam renang. Pintu utama lama tidak difungsikan lagi dan di baliknya dipakai sebagai ruang keluarga dengan televisi, meja, dan sofa bermotif Union Jack. Motif serupa banyak ditemukan dalam bentuk lainnya, seperti alas bangku atau bantal kursi.
Sebuah rak juga didekorasi menyerupai penampilan boks merah telepon yang menjadi ikon jalan-jalan di Inggris. Di dalamnya ditaruh foto-foto keluarga. Perabot lucu dan antik banyak diburu keduanya saat bepergian, baik ke luar kota maupun luar negeri.
Selain Union Jack, visual wajah Marilyn Monroe juga ditemui di berbagai sudut, seperti motif bufet atau hiasan pada meja bergaya klasik yang ditempatkan pada akses masuk. Eveline menyukai sosok Marilyn Monroe.
Kamar-kamar tidur diletakkan di lantai atas, menghadap kolam renang. Namun, agar aman, antara kamar dan dinding berkaca yang menghadap kolam renang diberi selasar. "Pengin dapat suasana yang segar. Dari kamar terdengar gemericik air dari kolam. Keluar kamar lalu lihat ke bawah, sudah terlihat air kolam renang yang segar," ungkap Anthony.
Bekas gudang
Di seberang kolam adalah gazebo bergaya minimalis yang dilengkapi sofa untuk bersantai. Ia kerap bermain bersama Savio di sana di sela-sela acara berenang yang mereka lakukan pada pagi hari. Kadang-kadang mengobrol dengan teman-teman juga dilakukan di area itu.
"Dulu di tanah ini ada sebuah bangunan seperti gudang dan kolam renang yang bentuknya lekuk-lekuk ala Bali. Saya ubah menjadi persegi minimalis agar terlihat modern. Bangunan bekas gudang direnovasi menjadi kamar untuk pemain yang butuh menginap," katanya.
Anthony sempat bermain di kompetisi streetball, olahraga basket yang memasukkan unsur hiburan ke dalamnya. Namun, kini ia lebih mengurusi tim 3x3 Indonesia. Aturannya sama persis dengan cabang basket, tetapi dengan jumlah pemain lebih sedikit. Ia Pelatih dan Kepala Bidang 3x3 Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia.
"Tugas saya mempersiapkan tim sampai mengurusi hal teknis, seperti order lapangan, karpet, dan cari sponsor karena keterbatasan dana yang kami peroleh," ujarnya.
Sebuah kamar di bagian samping rumahnya semacam paviliun, ia siapkan untuk pemain asal daerah yang datang ke Jakarta dan belum beroleh tempat tinggal. Berbagai pengorbanan ini, menurut Anthony, wujud baktinya untuk memajukan olahraga basket Indonesia. Ia boleh turut berbangga karena kini tim 3x3 yunior berada di peringkat kedelapan dunia, sedangkan tim senior di urutan ke-19 dunia.