Namun, ada kalanya sebuah berita tidak bisa atau sulit mendapatkan fotonya karena berita itu merupakan sebuah keadaan, misalnya ”Rupiah Menguat”, atau ”Ketegangan Politik Mulai Terasa”. Sebaliknya, ada sebuah berita yang cukup ditampilkan fotonya saja di halaman pertama karena memang informasi verbalnya hanya sedikit, atau informasi verbalnya tidak cukup layak muncul di halaman pertama. Contoh untuk hal ini adalah keindahan matahari terbit saat tahun baru di sebuah tempat, lalu berita lebih jauh tentang tempat tersebut muncul di halaman dalam.
Jadi, foto HL tidak selalu menyertai berita HL-nya.
Kompas edisi 15 November 2007 merupakan contoh menarik untuk membahas foto HL ini. Pada edisi itu, berita HL dan foto HL berhubungan langsung dan saling menguatkan. Kalau saja papan iklan di daerah Blok M, Jakarta, itu tidak roboh, mungkin foto yang dipakai adalah foto yang tidak berhubungan langsung dengan beritanya. Tidak terlalu mudah mendapatkan foto tentang hujan dan angin yang cukup kuat untuk menjadi HL.
Yang menarik dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana foto itu sampai terpilih di antara foto alternatifnya, yaitu foto A, sampai foto D yang ada di halaman ini. Satu hal penting yang harus dipikirkan untuk menempatkan sebuah foto sebagai HL adalah infonya secara visual kuat dengan tetap mengandung semua informasi yang menguatkannya.
Dalam kasus papan iklan roboh itu, informasi yang menguatkannya adalah terjadi kemacetan, ada taksi yang menjadi korban, serta ada kehebohan yang membuat orang berdatangan.
Maka, untuk kasus pemilihan foto ini, hal pertama yang mencuat adalah foto ini terpilih karena HL tulisnya sejalan. Dan, untuk sementara, foto A dan foto B harus tersisih karena ”terlalu sepi” dari informasi pendukungnya.
Sesungguhnya foto C adalah foto terkuat untuk menjadi HL karena kehebohannya jelas, taksinya terlihat dan situasai total dengan kemacetannya juga terekam. Lebih jauh, foto D tidak dipilih karena justru ”drama utama” kejadian ini, yaitu taksi yang terkena dampak langsung, tersembunyi.
Foto HL Kompas edisi itu adalah foto seperti terlampir karena pertimbangan visual. Foto HL harus mudah dicerna sekilas. Foto C tidak dipilih karena, walau informasinya lengkap, foto itu terlalu rumit karena banyak informasi visualnya. Sementara foto yang terpilih secara sederhana sudah berbicara banyak. Kemacetan dan kehebohannya ada dalam sisi verbal alias pada teksnya.
Dalam sebuah foto HL, informasi tidak harus ada secara visual, semua ada pada lembar fotonya. Foto HL menuntut kesederhanaan karena foto tersebut adalah elemen visual utama sebuah surat kabar.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.