Tamiya Enggak Pernah Mati
Sesekali terdengar teriakan, ”Yaaa, kepontal lagi.” Nada kesal, mengumpat keluar dari sejumlah peserta, sambil berlari mendekati mobil-mobilannya yang terpental keluar. Kesal, karena belum sampai satu putaran, mobil-mobilan itu sudah gagal bertahan di pelintasan treknya saat harus melompati trek bergelombang.
Ada juga yang kesal, apalagi mobil-mobilan itu gagal saat putaran (lap) kedua dari tiga lap pada setiap lomba. Kekesalan itu tidak berlarut-larut. Peserta bisa segera move on, berlari mengambil mobil-mobilannya. Lalu keluar arena balapan dan mendekati timnya. Dari setiap tim, memang sudah ada perangkat yang dibawanya sendiri.
”Mobilan baru saja terlempar ke luar trek. Begitu menanjak dan melintas jalan bergelombang, kecepatan larinya bikin mobil lompat. Kalau enggak pas jatuhnya di trek, ya terlempar ke luar,” kata Rudi, wiraswasta, saat mengikuti lomba Tamiya.
Lomba itu disebut cengrace alias seceng (seribu rupiah) setiap ikut tiga lap di lantai 1 Season City Mall, Jakarta Barat, Kamis (6/4). Walaupun disebut cengrace, harga karcis itu bervariasi, berkisar Rp 2.000-Rp 3.000. Ada minimal karcis yang harus dibeli peserta, minimal satu paket berisi 50 karcis.
Lompat dari trek memiliki konsekuensi langsung terdiskualifikasi. Yang bikin kesal juga, apabila sasis bodi mobil-mobilannya sampai patah. Roller patah pun bisa menjadi masalah karena harus segera diganti roller cadangan asli. Bahkan, mobil-mobilan yang sudah mencapai finis tercepat pun bisa terdiskualifikasi kalau ternyata ada beberapa komponen ditemukan patah atau mengenakan komponen palsu.
Peter Andreas (30), pemilik toko Dolphin Tamiya di Season City, mengatakan, ”Lomba ini berseri. Ini sudah ke-14 kali lombanya.”
Lomba Tamiya di sejumlah arena biasanya dilakukan di mal-mal di Jakarta ataupun kota besar lainnya.
Beberapa waktu lalu, lomba Tamiya di Atrium Pondok Gede, Jakarta Timur, mensyaratkan kits original Tamiya, penggunaan sasis Ar Rainforce diperbolehkan, dinamo hanya Mabuchi F130 harus dicoak, bahkan pertukaran atau cross box dilarang kecuali gear.
Kembali populer
Indikator populernya kembali juga ditandai dengan maraknya lomba Tamiya.
Dalam dua bulan belakangan ini saja, lomba juga ada yang diselenggarakan di Bekasi Trade Center Mall, Cibubur Junction, dan pada awal April lalu diselenggarakan di Tunjungan Plaza, Surabaya, Jawa Timur.
Kategori yang dilombakan di sejumlah tempat itu, antara lain, Standard Tamiya Box (STB) Murni dan Standard Tamiya Original (STO) 100. Untuk STB Murni, peserta harus mempertandingkan mobil-mobilan yang berasal dari bawaan boks sewaktu dibeli di toko, termasuk menggunakan suku cadang asli yang biasanya disediakan di boksnya.
Sementara STO 100 yang dimaksud adalah mobil-mobilan yang boleh dimodifikasi agar memperoleh performa optimal asalkan komponen yang ditambahkan 100 persen harus asli keluaran Tamiya Jepang. Jika tidak, panitia lomba berhak mendiskualifikasi.
Berbekal pengalaman berlomba sejak usia 10 tahun, Peter pun merasakan komunitas Tamiya memang timbul tenggelam. Tahun 1990-an, Tamiya sempat populer. Baru belakangan ini, permainan Tamiya bangkit lagi. Bahkan, Peter pun menghidupkan kembali komunitas Tamiya dengan menggunakan fasilitas media sosial, seperti Facebook.
Tidak tanggung-tanggung, komunitas Tamiya yang digarap Dolphin Tamiya yang berafiliasi dengan Tamiya di Jepang menyelenggarakan kontes dengan mempertandingkan di beberapa daerah di seluruh negara. Pemenangnya, dipertemukan di tingkat nasional. Kemudian juara utamanya mendapatkan hadiah ke Jepang selama sepekan.
Aturan ketat
Oki, mahasiswa Bina Nusantara, yang ditemui di salah satu arena balapan Tamiya di Jakarta, mengatakan, timnya sudah sering ikut lomba di mal-mal di Jakarta. Kecepatan mobil saja tidak jaminan.
”Kalau menang, itu sih soal hoki saja,” kata Oki.
Soal menang, kata Akim, tinggal berdoa saja. Sambil membetulkan roller dengan menggunakan ampelas dan pisau cutter, Akim dan Vina sangat menikmati penuh penasaran lomba Tamiya.
”Tadinya sih ribut terus waktu saya ajak main Tamiya. Dia bosan nunggu saya mainan Tamiya. Tapi, lama-lama malah dia ikut-ikutan main. Mobilan-nya juga jago banget, sering menang,” kata Akim.
Kemenangan tak sekadar menentukan juara, tetapi juga ada patokan best time overall (BTO). Penentuan BTO biasanya ditetapkan panitia, tergantung perhitungan model lintasannya.
Sementara besaran hadiah yang umumnya berupa uang ditambah hadiah ditentukan panitia. Hadiah itu berpatokan paket karcis yang terjual setelah dipotong operasional panitia, sewa tempat, dan dana untuk hadiah utama ke Jepang.
Ada juga hadiah yang ditentukan dari awal, tanpa memedulikan jumlah paket karcis yang terjual. Namun, biasanya lebih kecil hadiahnya dari karcis yang terjual oleh panitia penyelenggara.
Bangkitnya komunitas Tamiya menjadikan kalangan tua dan muda begitu akrab di arena balapan. Tak peduli asal-muasal, tim pun terbentuk mirip ”cinta lokasi” alias cilok.
Bukan hanya laki-laki yang gemar dengan mobil balap asal Jepang ini. Di Poins Square, Lebak Bulus, Jakarta, Suci bersama dengan suami, Aries Kurniawan, dan anaknya, Bama, ikut kompetisi untuk kelas STB Murni. Bersama dengan peserta lainnya, mereka bermain di track permainan yang digelar Jordan Toys, Minggu (9/4).
Untuk berkompetisi, keluarga Kurniawan membentuk tim beranggotakan empat orang yang dinamakan Bacil. ”Kami satu tim, tapi masing-masing punya satu kupon, yang bisa bermain 50 race. Nanti kalau lolos di babak penyisihan, baru dipilih mobil siapa nih yang paling cepat, lalu diadu lagi untuk babak selanjutnya,” kata Suci.
Awalnya, Suci diajak suaminya untuk ikut bermain Tamiya, lalu mereka pun mengenalkan kepada Bama. Hobi balapan mobil ini mereka gemari sejak setahun yang lalu. Sambil mengawasi anaknya bermain, Suci beberapa kali mendatangi suaminya yang sibuk dengan peralatan Tamiya miliknya.
”Seru kalau sudah main bersama teman-teman yang lain. Dan, kami bukan hanya bertemu waktu main, biasanya setelah itu kami ngumpul bareng, makan- makan sambil mengobrol, terutama tentang mobil yang bagus gimana. Kami bisa sampai dini hari, tuh, kalau sudah mengobrol,” kata Suci.
Dari permainan ini, bukan hanya sekadar berkompetisi menjadikan mobil jagoan tercepat, melainkan juga mengajarkan sportivitas. Untuk itulah, Suci senang bisa mengajak anaknya meski tidak pernah sampai permainan selesai karena terlalu malam.
Panitia kompetisi STB Murni, Syahrul, mengatakan, komunitas yang terbentuk dari Jordan Toys sejak 2013 di Bumi Serpong Damai. Lalu berkembang menjadi dua tempat. ”Kalau bertemu bukan hanya saat kompetisi. Kadang-kadang, ada lomba dadakan atau challenge race, dan peminatnya banyak sekali,” katanya. (Stefanus Osa TRIYATNA/ Susie Berindra)