Karena Senja di Teras Rumah Fia
Di atas sofa di sudut rumah itu, Fitria Anggraeni alias Fia (33) betah duduk berlama-lama. Apalagi ketika langit berwarna lembayung saat senja. Kesendiriannya di sudut rumah melahirkan lagu-lagu yang sebentar lagi menjadi album solo keduanya.
Sudah ada 12 lagu dan saya memilih sembilan di antaranya dalam album baru nanti. Sudah ada dua lagu yang direkam, sisanya masih dalam proses. Rencananya habis Lebaran diluncurkan," ujar Fia yang siang itu ditemani anaknya, Michelle Amala Ilmi atau Ichelle (3,5), di rumahnya di kawasan Cinere, Depok, Jumat (14/4).
Tak lama kemudian, suaminya, Muhammad Masdar Ilmi atau akrab dipanggil Daniel (38), muncul. Dia membawa berbungkus-bungkus gudeg dan serabi solo. "Kita makan dulu ya sambil ngobrol," kata pria yang dulu sibuk ngeband di Avatar dan Quat ini ramah.
Kami pun makan diiringi lagu "Ada Rindu Ada Cemburu" dari album solo perdana Fia tahun 2008. Lagu itu diputar atas permintaan Ichelle. Album Ada Rindu Ada Cemburu menjadi penanda eksistensinya di dunia musik. Setelah itu muncul singel "Menebus Dosa" pada 2010 sebelum Fia tenggelam dalam kesibukan sebagai penulis lagu untuk orang lain, mengaransemen lagu, dan produser musik. Salah satu lagu ciptaannya yang meledak adalah "Resah Tanpamu" dibawakan duet Anji dan Titi Kamal.
Dia juga sibuk ngeband lewat duo Pop the Disco. Lalu bersama Tere dan teman-temannya menggalang energi kreatif dan advokatif sesama musisi perempuan dalam gerakan Sisterhoodgigs. Komunitas ini rutin manggung sebulan sekali dengan merangkul musisi-musisi muda perempuan.
Pindah tempat tinggal dari rumah kontrak di Cipete ke rumah sendiri di Cinere membawa energi kreatif baru. Menurut Fia, hawanya lebih inspiratif dan kontemplatif.
Fia paling suka duduk di sana saat sore ketika langit berubah warna dari biru ke lembayung hingga kemudian gelap. Kebetulan di pojok rumah yang juga ruang tamu itu terdapat jendela besar yang memungkinkan dia untuk leluasa melihat ke langit tempat senja pelan-pelan berubah malam. Kadang dia duduk di teras rumah agar lebih bebas melihat senja. Matahari senja seolah menjadi kunci inspirasi atas karya-karyanya kali ini.
Sebutlah lagu seperti "Sore dan Kamu", "Hujan Telah Reda", dan "Ruang Kita". Lagu-lagu tadi tercipta ketika matahari mulai rebah dan meninggalkan warna lembayung senja di atas rumah Fia.
Dari sisi lirik pun, lagu-lagu Fia dalam album barunya nanti ini lebih kontemplatif. Fia seperti tersedot untuk lebih memaknai hidup. "Ini pengaruh rumah baru dan suasananya," kata Fia yang baru setahu beberapa hari tinggal di rumahnya itu.
Sudut kreasi
Rumah Fia dan Daniel tergolong imut. Bangunan rumah sekitar 45 meter persegi, dengan luas tanah 75 meter persegi. Rumah bergaya minimalis itu terdiri dari dua kamar dan satu ruang tamu.
Halaman rumah terkesan lebar karena kebetulan berhadapan dengan playground. Fia ataupun Daniel dapat dengan mudah mengawasi Ichelle dari balik jendela ketika dia bermain ria di sana. Tatkala Fia duduk jenak di sudut idamannya, Daniel sering kali tenggelam di studio.
Halaman rumah terkesan lebar karena kebetulan berhadapan dengan playground.
Studio itu adalah kamar tidur seluas 9 meter persegi yang disulap menjadi ruang kerja. Di ruang ini, Daniel yang tak lagi ngeband lebih banyak membantu editing, rekaman, atau pembuatan jingle-jingle pesanan berbagai perusahaan.
Baru-baru ini dia mendapat pesanan 10 jingle dari salah satu penyedia aplikasi toko online dan sebuah BUMN. Di samping itu, dia sibuk membantu sebuah band papan atas untuk menyelesaikan album baru. Di studio ini juga, lagu-lagu Fia direkam dan disempurnakan.
Jika ditarik garis lurus secara diagonal, studio ini berada pada satu titik dan sofa tempat Fia mencipta lagu di titik satunya. Rumah minimalis itu diperkaya sudut-sudut kreasi: tempat Fia mencipta lagu dan tempat Daniel mencipta jingle.
Daniel tak hanya piawai meramu bunyi-bunyian menjadi komposisi indah. Sore itu dia membuktikan kemampuan lainnya: meracik kopi. Dengan grinder elektrik yang dia pesan dari seorang kawannya, dia menyuguhkan kopi arabika. Kualitas racikan dan seduhannya tak kalah dengan barista bersertifikat. "Saya keliling ke mana-mana bahkan sering nitip kopi ke teman-teman saat mereka main ke daerah-daerah. Sekarang saya tahu jenis kopi yang saya mau."
Filosofi kopi
Kecintaannya terhadap kopi itu dia tabalkan dalam kalimat "While there is coffee there is hope" yang ditulis di papan kayu dan ditempel di dinding. Tulisan itu bersanding dengan kutipan tersohor dari Albert Einstein, "Life is like riding a bicycle to keep your balance you must keep moving".
Bagi Fia, dua kutipan itu seperti bingkai kehidupannya bersama Daniel. Kopi selalu memberi inspirasi juga harapan bagi Daniel. Adapun kutipan Einstein tadi pernah diucapkan Daniel ketika mereka berada di masa-masa susah yang kemudian menguatkan mereka untuk terus melanjutkan hidup jika tak ingin tumbang. Susah-senang dihadapi bersama.
Itu yang lalu memunculkan kutipan dalam hiasan kayu lain. "Live laugh love". Fia memaknainya sebagai satu kesatuan. "Kalau hidup tidak ada cinta dan tawa, itu bukan hidup," ujarnya.
Itulah modal mereka dalam membesarkan Ichelle. Dia harus tumbuh dan berkembang dalam suasana penuh cinta. Mereka berkomitmen untuk tidak menggunakan jasa pengasuh bayi. Di berbagai kesempatan ketika manggung atau shooting videoklip, mereka selalu membawa serta Ichelle. Tatkala Fia manggung, Daniel menggendongnya. Ketika keduanya sama-sama sibuk, rekan-rekan Fia membantunya menjaga Ichelle.
Itu berlangsung sejak Ichelle mungil. Di satu sisi, Ichelle jadi mudah beradaptasi dengan beragam karakter orang karena terbiasa bertemu dengan banyak teman ibunya. Di sisi lain, Ichelle begitu akrab dengan musik karena terbiasa terpapar suara-suara harmonis ketika ibunya menyanyi di panggung. Tentu saja juga saat di rumah.
Kedekatan itu membuat mereka begitu terikat sehingga memunculkan melankoli ketika harus berpisah. Misalnya ketika Fia harus bekerja di tempat klien yang tidak memungkinkan membawa Ichelle. "Kalau Babapnya yang pergi sih dia biasa saja. Kalau mamaknya yang pergi dia sedih banget," kata Fia. Babap adalah panggilan sayang Ichelle kepada ayahnya.
Emosi yang muncul ketika berpisah itu lantas mengilhami Fia menciptakan "Ruangan Kita", lagu tentang rumahnya, tempat paling nyaman. Lewat lagu ini, Fia menegaskan keluarga adalah pusat hidup, tempat mengulang hari tenang. Lagu ini tercipta karena senja di teras rumah.