logo Kompas.id
Gaya HidupBunga Itu Telah Mekar
Iklan

Bunga Itu Telah Mekar

Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO/SRI REJEKI
· 5 menit baca

Meski hanya lulusan sekolah menengah atas, Bunga Jelitha Ibrani (25) mampu menyisihkan 37 finalis lainnya dan keluar sebagai Puteri Indonesia 2017. Nasib Indonesia di ajang kompetisi Miss Universe, sekarang berada di tangan Bunga yang akan berangkat mengikuti kompetisi ini tahun depan.Pagi itu, wajah Bunga tampak semringah meski tersisa gurat lelah. Malam sebelumnya, ia baru saja dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2017. Itu berarti ia juga akan mewakili Indonesia di ajang Miss Universe. Cara bicaranya lembut meski tidak kehilangan ekspresi, dengan suara yang sedikit serak. Bunga cukup terbuka menceritakan kisah hidupnya. Mengapa ia memilih tidak kuliah dan sebagai gantinya terjun ke dunia model. Begitu juga soal harapan dan kekhawatirannya menghadapi kompetisi ratu kecantikan sejagat tahun depan."Saya ingin mencoba hal baru, di luar dunia modeling yang menjadi zona nyaman saya selama ini," kata Bunga tentang alasannya menjajal kontes kecantikan. Sebagai model papan atas yang sudah malang-melintang selama 11 tahun, sosoknya cukup dikenal. Para penggemar kemudian menyarankannya mencoba Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) yang diselenggarakan Yayasan Puteri Indonesia dan Mustika Ratu. Ia pernah mencobanya empat tahun lalu, tetapi gagal keluar sebagai wakil provinsi.Baru tahun ini ia mendaftar kembali dan ternyata malah berhasil keluar sebagai juara dalam acara pengumuman yang diwarnai kesalahan sebut oleh pembawa acara. Nama Bunga diumumkan pertama kali pada ujung babak tiga besar, ketika seharusnya urutan itu untuk posisi runner-up kedua dan akhirnya diralat. Sebagai model dan peragawati, prestasinya cukup membanggakan. Bunga pernah menjadi juara dalam kompetisi Supermodel International 2011 yang berlangsung di Bangkok, Thailand. Pada saat itu, ia berhasil menyisihkan peserta dari 30 lebih negara dalam ajang yang semula bernama Supermodel of Asia Pacific. Bunga juga pernah menjadi juara dalam pemilihan Guess Girl South East Asia 2015. Ia lalu berangkat ke Los Angeles untuk mengikuti rangkaian pemotretan di bawah arahan Paul Marciano, pendiri dan direktur kreatif Guess.Dianugerahi postur tubuh yang tinggi semampai, 180 sentimeter, membuat sosoknya menonjol. Kulitnya yang kecoklatan menyumbang penampilan yang unik. Bunga menjadi pilihan para perancang papan atas, seperti Biyan, Sebastian Gunawan, dan almarhum Iwan Tirta untuk membawakan karya mereka. Bunga berharap latar belakangnya di dunia model inilah yang mengantarnya menuju kemenangan pada kompetisi ratu kecantikan sejagat, seiring dengan pergeseran pemilik lisensi yang dahulu dipegang Donald Trump. Kekurangannya pada kemampuan bicara di depan publik, menurut Bunga, akan dijadikannya cambuk untuk maju. "Ini pekerjaan rumah saya untuk memperbaiki public speaking dan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris," kata anak bungsu dari empat bersaudara ini. Kemampuannya bicara di depan publik yang masih lemah, sempat membuat Bunga menjadi bulan-bulanan sebagian pencinta kontes ratu kecantikan. Kondisi ini tak urung membuatnya tertekan. Namun, bukan Bunga jika ia tidak mampu mengatasinya. Keberaniannya menghadapi tantangan membuat Bunga merasa tidak perlu lagi merasa minder."Sekarang aku enggak mau lagi ada kata minder dalam kamus hidupku. Kekurangan akan aku ubah menjadi kekuatan," kata Bunga.Ada tekad membara yang terasa saat ia mengucapkan kata-katanya. Bunga juga bertekad mengatasi ketinggalannya di dunia akademis. Ia akan mulai kuliah September mendatang dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi di sebuah perguruan tinggi swasta."Enggak ada kata terlambat untuk belajar. Banyak orang di usia 40 bahkan 50 tahun baru lulus kuliah. Kenapa saya yang lebih muda harus malu karena baru mulai kuliah," kata Bunga dalam percakapan dengan Kompas beberapa waktu lalu. Bantu keluargaSejak lulus SMA, ia memilih langsung terjun ke dunia model dan tidak kuliah. Ia harus membantu keluarga dan mengurus kakaknya yang sakit. Ayahnya pensiunan pegawai negeri sipil, ibunya manajer casting sebuah rumah produksi. Menjadi model yang mulai dirintisnya ketika berusia 13 tahun, memberi keleluasaan untuk mencapai tujuannya, membantu keluarga.Bunga sempat merembang air mata dan sulit berkata-kata ketika menceritakan seorang kakaknya yang harus terbaring di rumah sakit karena serangan bakteri pada otak, yang menyebabkan tangan kiri tidak bisa menggenggam dan telapak kaki kiri tak bisa menapak. Sejak November lalu, Bunga harus bolak-balik rumah sakit dan menginap di sana untuk merawat kakaknya. Itu yang membuatnya sempat ragu ketika akan mendaftar PPI karena harus meninggalkan sang kakak. Ketika diumumkan sebagai juara, ia persembahkan kemenangan itu untuk kakaknya agar semakin bersemangat melawan penyakitnya. "Tadi aku video call sama abangku. Kami terharu sampai nangis terus. Kata orang-orang, kemenanganku itu berkah karena aku sudah merawat keluarga," kata Bunga.Bunga sendiri merasa yakin terhadap apa pun yang ia jalani. Sepanjang itu untuk orangtua dan keluarga, hasil yang ia peroleh akan melebihi harapan. Pengalamannya mengurus kakaknya yang sakit juga memberi pengalaman berharga pada Bunga. Ia menjadi tahu jenis rumah sakit, obat-obatan, prosedur mengurus BPJS, hingga mengganti popok pasien. Selama mengurus kakaknya, Bunga lebih banyak di rumah sakit ketika sedang tidak ada jadwal pemotretan atau memperagakan busana. Ia hanya pulang ke rumah untuk mandi lalu kembali lagi ke rumah sakit. Rasa welas asihnya semakin muncul. Pada saat-saat tertentu, seperti bulan Ramadhan, ia dan sang ibunda juga akan pergi ke panti asuhan atau mengundang anak yatim piatu untuk berbagi kebahagiaan.Begitulah proses belajar Bunga, menggali dari pengalaman hidup. Ia menempa diri melalui sekolah kehidupan. Prosesnya menjadi model dan peragawati juga didahului dengan sejumlah penolakan. Bunga pun terbentuk menjadi pembelajar otodidak, termasuk bagaimana menjadi model profesional. "Saya belajar mengamati dari para senior, lalu saya praktikkan. Oh, cara jalannya begini, kalau sampai di depan lalu pose," kata penyuka traveling ini. Bunga menyukai pantai. Pada dasarnya ia suka dengan alam. Melintasi jalan tol dan melihat pepohonan dari kaca jendela mobil saja sudah membuatnya ceria. Bunga tidak takut berkotor-kotor atau berpanas-panas yang bisa membuat kulitnya bertambah gelap. Ia juga lebih suka perjalanan yang memungkinkannya berinteraksi dengan warga lokal. "Seumur hidup cuma sekali ke suatu tempat. Terserah deh, mau hitam atau kotor. Meski aku tetap jaga juga sih, tetapi enggak yang segitunya menyusahkan diri kayak semua badan harus ditutupi pasmina agar tidak kepanasan atau kena debu," ujar Bunga menceritakan pengalamannya pergi ke pantai bersama teman-teman. Bagi Bunga, tipe liburannya bukan harus selalu mewah. Naik kapal nelayan akan lebih ia pilih karena memberinya kesempatan berbaur dengan orang setempat, ketimbang naik boat atau kapal layar mewah, misalnya. "Profesi model identik dengan yang mewah-mewah. Aku tidak mau anggapan itu menghalangi aku untuk bisa mengenali kehidupan orang lain di luar duniaku," ujar Bunga.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000