Lilin-lilin yang Menghangati Aida Nurmala
Berumah di pusat kota Jakarta, Aida Nurmala (44) tak perlu pusing dengan padatnya arus lalu lintas. Perempuan yang antara lain turut membintangi film "Arisan" ini menyebut dirinya beruntung karena telah mewarisi rumah tersebut dari kakek-neneknya dari sejak bayi. Karena itu, pertalian dengan rumah yang berlokasi tak jauh dari Sudirman Central Business District tersebut sudah dibangun dari masa kecilnya.
Aida sempat menempati rumah itu selama dua tahun ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Beberapa kali pindah tempat tinggal di kawasan Jakarta, ia akhirnya memutuskan kembali menempati rumah tersebut sejak 2009. Sebelumnya, bangunan lama dirobohkan dan didirikan bangunan baru yang benar-benar mewakili selera Aida.
"Aku tuh lucu, dari lahir sudah dikasih rumah oleh kakek-nenekku. Aku cucu perempuan pertama. Sejak kecil sudah tahu. Punya keterikatan sama rumah ini dan enggak boleh dijual," kata Aida mengawali perbincangan tentang rumah yang kini ditinggali berdua dengan putri semata wayangnya, Jade Shaleeza B.
Aku tuh lucu, dari lahir sudah dikasih rumah oleh kakek-nenekku.
Karena lokasinya yang strategis, tak butuh waktu lama bagi Aida untuk pergi pulang ke kantornya di kawasan Senopati. Saat ini, ia masih sibuk dengan beragam bisnis seperti sebagai CEO Studio One, mengembangkan portal video mode yang terkurasi Visionare.id, hingga membentuk bran baru DarkNTrendy. Perjalanan ke kantor pun dengan mudah bisa ditempuh dengan hanya berjalan kaki atau bersepeda santai sehingga banyak waktu yang bisa dihabiskan di rumah.
Sejak lulus kuliah di Blue Mountain Hotel Management School, NSW, Australia serta IHTTI School of Hotel Management, Neucha^tel, Swiss, lalu pulang ke Tanah Air, kantornya memang tak pernah jauh dari rumah. Dulu, ketika menempati rumah keluarga di kawasan Hang Tuah, Kebayoran Baru, kantor Studio One pun berada di Hang Tuah, kemudian pindah ke Permata Senayan, Terusan Hang Lekir, dan sekarang berlokasi di Senopati. "Kantor selalu dekat. Memang beruntung banget. Jalan kaki juga bisa," ujarnya.
Memasuki rumah berlantai tiga dengan jendela-jendela yang menjulang tinggi, rasa hangat segera menyergap. Ruangan di lantai satu dibiarkan terbuka tanpa sekat sehingga memberi kesan luas. Memasuki ruang tamu yang nyaman dengan sofa-sofa empuk, nuansa klasik muncul dari kehadiran lampu gantung yang sekaligus memberi kesan mewah.
Dua ekor anjing peliharaan keluarga bebas meringkuk di karpet ruang tamu. Ruang tamu dengan hiasan lukisan-lukisan indah pemberian para sahabat sering kali membuat tamu-tamu yang berkunjung menyebut rumah itu serupa galeri seni. Dari ruang tamu, Aida berjalan menuju ruang makan dan menunjukkan foto masa kecilnya ketika menjadi wajah sampul di majalah wanita Mutiara.
"This is what I want. I like something classic. Jendela tinggi. Enggak suka minimalis, bosan. Suka yang klasik. Senangnya seperti ini. This is just me. Kombinasi glamor dengan chandelier, sentuhan kayu, hingga pernak-pernik dari Bali. Kalau dilihat satu-satu memang enggak nyambung. Campur aduk," tambah Aida.
Energi perubahan
Tinggal berdua dengan putrinya yang disebutnya justru makin besar makin manja, Aida punya banyak waktu untuk mempercantik rumah. Sembari duduk di taman di bagian belakang rumah yang terpisah dengan sekat pintu kaca dari bangunan utama, ia bercerita bahwa nuansa di dalam rumahnya terus berganti sesuai dengan mood-nya.
"Sudah tujuh tahun lebih di sini. Aku melakukan banyak hal yang sesuai keinginan aku. Macam-macam yang aku ganti. Energinya rumah ini benar-benar energi aku. Enjoy my home. Home is everything. Warm, happy, fun, seru...," ujarnya.
Di taman belakang yang dindingnya dipenuhi tanaman merambat itu, terdapat meja panjang yang beberapa kali diganti untuk menjamu teman-teman dekatnya. Seperti sore itu, Aida tampak buru-buru dan memotong percakapan karena seorang sahabatnya berencana datang berkunjung. Ketika sahabat-sahabatnya berkunjung, terutama pada akhir pekan, kepiawaiannya memasak menjadi suguhan utama.
Mengantongi ijazah di bidang perhotelan, memasak memang menjadi salah satu talenta. Jika pembantu rumah tangganya sibuk memasak ala Indonesia, Aida lebih menyukai mengolah masakan Eropa. Menghabiskan waktu lama di dapur, tak heran jika desain dapur menjadi pertimbangan utama ketika merenovasi rumah.
Ketika pembangunan rumah belum selesai, Aida bahkan sudah membeli pemanggang yang didatangkan dari Arab Saudi. Kala itu, ibundanya Sjamsidar Isa, yang dikenal sebagai tokoh penggerak industri mode Tanah Air, mendorongnya membeli pemanggang itu karena harganya yang ekstra murah. Apalagi, keluarga besarnya pun tergolong doyan dan betah memasak.
"Mamah bilang, mumpung murah nih dari Jeddah. Barang belum tentu ada dan di sini mahal. Rumah belum jadi, tapi oven sudah standby," tambahnya.
Senang bereksplorasi dengan rumah, ruang dapur menjadi salah satu bagian rumah yang paling sering direnovasi, antara lain dengan mengganti warna cat dindingnya.
"Aku senang evolusi. Kalau datang ke sini beberapa waktu yang lalu. Enggak kayak gini. Di dalam hidup harus ada sesuatu yang baru. You want to always create something. Paling enak mulai dari rumah. Kalau punya duit paling benar investasi, ya, di rumah sendiri. Enggak pernah salah spend uang di rumah supaya betah di rumah," kata Aida.
Baginya, rumah seperti juga fashion-dunia yang dicintainya-bisa dieksplorasi terus-menerus.
Campur-campur
Suasana yang selalu baru itu juga bisa dijumpai ketika kaki melangkah menaiki tangga ke lantai dua. Di ruang keluarga di antara kamar-kamar tidur, sebuah rak buku baru dihadirkan untuk mewadahi koleksi aneka buku seperti buku mode dan fotografi. Lantai yang masih hanya berupa lapisan semen rencananya akan diganti tegel kunci dengan cat warna mediterania untuk menghadirkan suasana Timur Tengah.
Pada dinding lantai dua, tergantung dua poster film Arisan! Dan Arisan!2 yang turut dibintanginya. "Main film itu hobi. Saya tidak banyak bergaul di dunia itu. Buat saya enggak ngoyo. Saya selektif. Biarpun enggak dapat film banyak, saya seleksi. Enggak semata mencari uang. Pengin main di film yang ada mutunya supaya saya sendiri enggak jadi kecewa," kata Aida yang juga serius belajar peran.
Di lantai dua ini, masih tersisa ruangan terbuka serupa balkon dengan pemandangan taman di lantai satu. Balkon tersebut menjadi rumah bagi Perry si burung beo. Segera saja, Perry yang manja ini hinggap di tangan Aida dan berteriak protes ketika akan dikembalikan ke kandangnya. Aida sampai harus memanggil asisten rumah tangganya yang bertugas merawat binatang dan menempati kamar di lantai tiga untuk mengambil alih Perry.
Baik di lantai satu maupun lantai atas, Aida gemar meletakkan banyak lilin menyala. Lilin-lilin aneka bentuk itu membaur dengan pilihan mebel yang juga beraneka ragam.
Mebel dari rotan ditabrakkan dengan mebel dari kayu hingga sofa empuk yang lebih modern. Di antara nuansa klasik, misalnya, tiba-tiba hadir hiasan mainan anak yang sayang jika dibuang. "Suka nyampur-nyampur. Mood jadi lebih happier. Enggak ada batasan dalam create sesuatu," ujar Aida.
Rumah seolah menjadi representasi dari karakter Aida yang penuh warna. Padu padan gaya klasik dengan berbagai gaya lain terajut oleh nyala lilin-lilin koleksinya. Lilin yang menghangati sekaligus memberi keceriaan.