Lebaran Lebih Cepat di Rumah Desainer Deceu
Lebaran selalu datang lebih cepat di rumah desainer Deceu Suzan yang tinggal di Bandung. Jauh sebelum memasuki bulan Ramadhan pun, suasana Lebaran sudah terasa dengan membeludaknya pesanan busana yang didesain Deceu. Saking sibuknya, sering kali pekerjaan pun dibawa untuk dikerjakan di rumahnya yang mungil di perbukitan Bandung tengah.
Sebagai desainer sekaligus pengurus di Indonesia Fashion Chamber cabang Bandung, kesibukan menjelang Lebaran memang sudah menjadi agenda rutin tahunan. "Ini sedang sibuk persiapan produksi buat Lebaran. Panik dan enggak konsen karena buat koleksi baju Lebaran. Penjualannya dimulai sejak puasa," kata Deceu.
Di tengah kesibukan itu, Deceu menyambut riang dan segera mempersilakan duduk di ruang makan yang menyatu dengan ruang tamu rumahnya di kawasan Griya Cikutra, beberapa pekan lalu. Sembari menghabiskan semangkuk bakso, ia menunjukkan seri koleksi busana perempuan yang didesainnya khusus untuk Lebaran tahun ini.
Busana-busana itu sengaja dipajang karena sering kali pelanggannya datang menjajal busana ke rumah. Datang langsung ke rumah menjadi pilihan paling nyaman terutama bagi pelanggan tetap. Namun, kebanyakan dari penyuka desain busana Deceu memilih datang ke rumah produksinya yang terletak di Parakan, Bandung.
Keunggulan desain karyanya yang seluruhnya memang siap pakai ini terletak pada sentuhan sulaman tangan. Meski diproduksi secara massal, tidak berdasarkan pesanan, semua busana karyanya selalu diberi sentuhan sulam. Lebaran kali ini, ia fokus memproduksi kaftan dan abaya dengan warna dominansi pastel yang cocok untuk segala jenis kulit.
Berbeda dengan desainer-desainer muda yang mulai menggaet pasar lewat penjualan daring, hingga kini, Deceu belum tertarik mempromosikan busana karyanya di jejaring internet. "Takut foto busananya saya upload tetapi ternyata sudah ludes terjual. Kasihan," tambah Deceu.
Karena menjadikan rumah sebagai tempat memajang koleksi, rumah pribadinya akhirnya menjadi bangunan yang terbuka bagi siapa pun. Sentuhan keterbukaan itu antara lain muncul dari elemen kaca serta banyaknya pintu dan jendela yang selalu terbuka, seolah siap menyambut tamu. Rumah tersebut dibeli setengah jadi sebelum kemudian dirombak.
Selain di dapur, Deceu terbiasa menjamu pelanggannya di ruang tamu mungil. Ia sengaja menghilangkan televisi di ruang tamu merangkap ruang santai tersebut agar kualitas pertemanannya dengan semua tamunya bisa terjalin kuat. Sebagai ganti televisi, ia memajang foto dirinya dalam beragam pose di setiap dinding rumah.
Rumah egois
Tinggal seorang diri setelah bercerai, rumah tersebut memang spesial didesain untuk dirinya sendiri. Tak heran jika hanya tersedia satu kamar tidur di rumah tersebut. Di kamar itu pun, hanya ada satu ranjang. Apabila ada saudara atau sang mama yang ingin menginap, Deceu tak segan berbagi ranjang dengan kerabat dekatnya itu. "Ini memang rumah egois. Dirancang untukku sendiri," tambahnya sembari tertawa.
Karena tak perlu berbagi ruangan dengan siapa pun, bangunan rumah sengaja didesain dengan konsep minimalis. Agar terasa ringan, mebel dipilih berdasarkan fungsi sehingga tidak ada mebel dari kayu berat atau etnik di rumah tersebut. Seluruh koleksi lama yang dinilai terlalu berat dari rumah lama akhirnya tak mendapat tempat di rumah yang baru ditempati sejak tiga tahun lalu.
Deceu sengaja memilih rumah di lokasi berkontur perbukitan demi memperoleh hawa segar pegunungan. Rumahnya terasa menjadi lebih nyaman karena berada di pojokan dengan ujung jalan buntu sehingga jauh dari lalu lalang kendaraan. Sebagai ganti bunyi berisik lalu lintas, ruang dengarnya dipenuhi bunyi serangga bahkan di siang hari.
Dari lapisan tanah perbukitan yang longsor karena hujan, misalnya, ia bisa memperoleh inspirasi untuk mendesain busana serupa warna layer tanah. Sembari duduk di teras belakang rumah yang dibiarkan terbuka, inspirasi tentang desain pun sering kali datang menghinggapi di saat yang kadang tak terduga.
Berlokasi tak jauh dari toko kue, rumah Deceu pun selalu harum roti. Apalagi memasuki bulan puasa seperti kali ini, harum aroma roti yang sedang dipanggang tersebut terbawa angin dan seolah memenuhi isi rumah. "Kalau pas puasa, jangan sampai ada di rumah siang-siang. Harum bau kuenya menjadi godaan terberat," tambahnya.
Mode jalanan
Selain sibuk mempersiapkan desain busana Lebaran, Deceu sedang sibuk menyiapkan keterlibatan dalam beberapa peragaan busana. Kota Bandung yang juga dikenal sebagai kota mode memang kreatif dalam menciptakan tren baru di dunia mode. Pada bulan Mei ini, misalnya, Deceu turut terlibat dalam peragaan busana pembukaan salah satu pusat perbelanjaan baru di Bandung.
Seiring makin banyaknya desainer muda yang terus bermunculan di Bandung, Deceu dan desainer lain yang lebih senior memang tertantang makin kreatif dalam berkarya. Setiap pekan sekali, busana yang didesainnya dijual dan dipamerkan di Cilandak Town Square di Jakarta Selatan.
Deceu mulai jatuh cinta pada dunia desain busana ketika teman-temannya tertarik pada busana yang didesain dan dipakainya sendiri kala masih kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Padjadjaran. Setelah lulus kuliah, Deceu membangun Detchfashion pada 2000. Dari awalnya hanya memproduksi busana berdasarkan pesanan, produksi massal mulai dilakukan sejak 2006.
Di antara beragam kegiatan di dunia mode, Deceu antara lain terlibat aktif merealisasikan pergelaran mode di jalanan Bandung. Dengan pergelaran busana di jalanan seperti di Jalan Braga, masyarakat umum bisa lebih mengenal dunia mode. Selama ini, peragaan busana cenderung eksklusif dan hanya bisa dinikmati oleh segelintir kalangan di hotel berbintang.
Selain menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja, pelarian dari kesibukan dijalani dengan hobi olahraga. Bersama teman-teman dekatnya, ia terbiasa lari ke taman hutan rakyat demi menghirup udara segar. Kecintaan pada udara segar pula yang mendorongnya aktif menyosialisasikan gerakan antirokok ke anak-anak di sekolah ataupun panti asuhan. Ia terlibat dalam kepengurusan di Wanita Indonesia Tanpa Tembakau.
Lahir dan menetap di Bandung, energi kreatif Kota Bandung menjadi salah satu tampuk penyemangat bagi Deceu dan desainer-desainer "Kota Kembang" untuk terus berkarya bagi Indonesia.