logo Kompas.id
Gaya HidupCerita Boga Ade Putri
Iklan

Cerita Boga Ade Putri

Oleh
FRANSISCA ROMANA NINIK
· 6 menit baca

Jangan meminta Ade Putri Paramadita (38) bercerita soal makanan. Dia akan bercerita dengan antusias, dari A sampai Z, dengan penggambaran yang sangat detail sehingga seolah-olah kita bisa melihat makanan yang diceritakan tersaji di piring di depan mata. Gayanya dalam bercerita bahkan bisa membuat air liur pendengarnya atau pembacanya terbit saat membayangkannya.Ade, demikian dia akrab disapa, memang lebih senang disebut sebagai food story teller atau pencerita makanan, bukan chef atau food blogger. Segala makanan yang pernah dia cicipi, baik hasil memasak sendiri ataupun makanan restoran, dia ceritakan lengkap dengan fotonya. Dia mengunggahnya di media sosial, terutama Instagram dan Twitter, lalu menuliskan ceritanya."Aku sudah biasa memotret makanan, bahkan sebelum ada smartphone. Dari ponsel dengan kamera jelek sudah ada kebiasaan itu," ujar Ade. Selasa (30/5) siang itu, Ade tampak santai dengan baju tanpa lengan dan celana pendek, memperlihatkan tato di lengan, tangan, dan kakinya. Badannya terbilang langsing untuk seorang penggemar makanan. Sekilas penampilannya terlihat sangar. Sosok bertato dan bertindik di bibir itu sepertinya lebih cocok membawa gitar listrik daripada wajan dan panci. Namun, Ade adalah pribadi yang ramah dan menyenangkan. Panjang lebar dia bertutur tentang dirinya, aktivitasnya, terlebih kegemarannya terhadap makanan. Cerita terus mengalir diselingi banyak tawa karena Ade suka bercanda. Perbincangan kami selama lebih kurang satu jam seakan berlalu begitu saja. Ade kini adalah host web series 6x6 di qube FoodieS di Qubicle.id. Tugas utamanya adalah bercerita tentang makanan di suatu tempat. Misalnya dalam seri Kuliner di Pasar Baru, Ade mengunjungi enam tempat makan selama enam jam di sekitar Pasar Baru dan menceritakannya. Di situ Ade akan memberikan alasan mengapa harus makan di tempat itu, makanan apa yang wajib dipesan, seperti apa rasanya, apa cerita di balik makanan atau tempat makan itu, berikut harga makanannya."Aku suka sekali menceritakan tentang makanan. Bukan sekadar rasanya saja. Kalau ke rumah makan, aku suka ngobrol dengan pemiliknya atau pemasaknya. Aku jadi tahu cerita di baliknya, lalu aku suka menceritakannya lagi kepada orang lain," tuturnya.Coba intip salah satu post di Instagram Ade, @misshotrodqueen. Suatu kali dia mengunggah foto masakan olahan ikan dengan kuah kental dan irisan bawang merah. Di bawah foto, dia menyertakan keterangan seperti ini: "Definisi seksi versi saya: sajian tradisional dengan proses mematangkan yang tidak biasa, cita rasa yang kompleks, dengan spektrum warna yang menarik perhatian, dan hasil akhir yang liar memikat".Di bawahnya, dia menuliskan cerita tentang makanan tersebut. "Gohu adalah sajian khas Maluku. Dianggap sebagai salah satu ceviche-nya Indonesia karena sama-sama menggunakan ikan mentah yang dimatangkan dengan acidity (keasaman) dengan jeruk lemon cui, kemudian diberi santan (ada juga yang menambahkan minyak kelapa), irisan rawit dan bawang merah, serta kemangi segar. Tak lupa kacang kenari yang menambah tekstur serta gurih hidangan ini. Ciamik benar!"Salah satu komentar terhadap postingan itu, "Aaahh bikin laper aja lu, De."Sebelumnya Ade pernah menjadi pembawa acara Food for Fun di Female Radio. Lagi-lagi pekerjaannya bercerita tentang makanan. Tantangannya lebih besar karena tidak ada visualisasi makanan yang diceritakan. Berbeda dengan televisi atau media cetak, di radio Ade hanya bisa menjelaskan suatu masakan, bentuknya, hingga rasanya sedemikian rupa sehingga terbayang di benak pendengarnya.Dia juga harus berusaha agar orang tertarik mendengar ceritanya. "Tidak semua orang tahu ketika aku bilang daun ketumbar, misalnya. Aku juga tidak bisa cuma bilang \'Hmmm, enak\'. Jadi aku bilang, \'Kebayang enggak, itu dagingnya diiris tipis-tipis, kalau dilihat pinggirannya coklat tengahnya masih pink\' atau \'bayangin pas kamu iris pakai sendok, pas kebelah, dagingnya agak sedikit membal\'. He-he-he," kata Ade, tertawa.Kepiawaiannya bercerita saat menjadi pembawa acara itu membuat dia dijuluki foodtective. Pengakuan beberapa pendengarnya, mereka sampai ingin sekali melahap makanan yang diceritakan Ade. Cleguk....Makan apa sajaKecintaan Ade pada makanan tak lepas dari keluarganya. Dia lahir dalam keluarga pencinta makanan. Akhir pekan tidak dihabiskan untuk tamasya, tetapi pergi makan ke suatu tempat. Sejak kecil ibunda Ade membiasakan dia untuk makan apa pun. Apa pun. Ekstremnya, sampai udang hidup yang baru dikupas pun harus dicobanya."Tidak boleh ada kata tidak mau. Suka atau tidak itu belakangan, yang penting aku harus coba dulu. Jadi sekarang aku terbiasa makan apa saja. Ada beberapa makanan yang belum bisa kumakan, tetapi dalam setiap kesempatan aku coba lagi dan lagi. Karena, kan, pekerjaanku menceritakan makanan ini kepada orang lain," ujarnya.Dari kebiasaan itulah, Ade bisa dengan otomatis membayangkan bahan makanan ini enak dicampur bumbu apa atau enak dimasak seperti apa. Ibunda Ade kebetulan pemilik usaha katering. Segala resep yang terbayang di benak Ade akan disampaikan kepada sang ibu dan dieksekusi. Sudah pasti jadi enak, kata Ade, karena ibunya jago memasak.Ade penggemar berat masakan Indonesia, terutama Bali dan Manado yang banyak rempah dan pedasnya kompleks. Sewaktu masih menjadi road manager band Seringai, Ade berkesempatan pergi ke sejumlah kota di Indonesia dan menjajal makanan setempat. "Kalau mereka (anggota band Seringai) masih tidur pagi-pagi, aku suka ke pasar sendirian. Selain ketemu jajan pasar unik, aku juga jadi tahu makanan sehari-hari yang disantap warga setempat. Dapat pengetahuan lagi untuk diceritakan," tutur Ade.Saat liburan bersama di vila, misalnya, orang-orang akan tahu bahwa dia ada di dapur. Dia sangat senang memasak untuk orang lain. Dari situ dia juga belajar menjadi food stylish. Makanan, menurut Ade, tidak hanya harus enak di lidah, tetapi juga sedap dipandang. Sewaktu masih memiliki Kedai Aput di Pasar Santa, Ade juga menata sendiri makanan yang dipesan pelanggan. Dia memasak menu rumahan Indonesia yang setiap hari diganti agar pengunjung tak bosan. Melalui dongeng dan cerita, serta sedikit bujukan, Ade sering bisa membuat seseorang yang tidak mau makan suatu jenis makanan menjadi mau memakannya."Aku paling suka saat orang bertanya, ada makanan apa hari ini. Aku akan menceritakannya. Aku berhasil membuat banyak orang yang tadinya tidak makan pare, misalnya, jadi mau makan, bahkan suka dan kembali memesannya. Parenya dibelah, diisi cakalang suwir, disiram santan pedas, pakai kemangi. Aku bilang, ibuku masak pare paling enak. Dari tidak mau makan, akhirnya orang itu pesan kemudian lagi," ujarnya. Untuk mengimbangi pekerjaan dan kesukaannya terhadap makanan, Ade pun giat berolahraga. Dia menjalani olahraga berat dan bersepeda setiap hari. Tak heran badannya tetap langsing.Kini dalam aktivitasnya bersama Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI), Ade juga mengajak orang agar tidak sekadar suka makan, tetapi juga mendapat pengetahuan tentang masakan Indonesia. Masih banyak bahan makanan yang bisa dieksplorasi untuk membuat masakan Indonesia. Jangan lupa, setelah dimasak, makanannya difoto dan diceritakan ya....

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000